"Mas! Kamu tega!"
"Berisik! Gak Usah Bantah! Bersyukur Aku Kasih Kamu 10 Ribu sehari!"
"Oh Gitu! Kamu kasih Aku 10 Ribu sehari, tapi Rokok sama Buat Judi Online Bisa 200 Ribu! Gila Kamu Mas!"
"Plak!"
"Mas,"
"Makanya Jadi Istri Bersyukur! Jangan Banyak Nuntut!"
"BRAK!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Nis, nanti malam Mas ada kerjaan ke luar kota. Mas juga baru tadi dikasih tahu sama Boss. Kamu jaga diri ya dirumah. Kalau ada apa-apa kabari Mas."
"Nis,ada apa?" Melihat wajah Nisa sendu saat melihat ponsel, Mbak Nani khawatir.
"Oh, ini Mbak. Mas Bambang ngabarin, mau keluar kita diajak Bossnya."
Ada bimbang yang menggelayuti hati Anisa. Tak tahu, setiap hari Nisa semakin berat saja melepas Bambang bekerja disana.
Bukan Nisa tidak bersyukur, Bambang Suaminya sudah mendapat pekerjaan dan bahkan ekonomi Mereka mulai membaik.
Bahkan beberapa kali Bambang Nisa lihat memiliki uang banyak dan Bambang menjelaskan itu adalah bonus dari Si Boss.
Namun, hati kecil Nisa menolak. Tak tahu. Tapi begitulah tang Nisa rasakan.
"Memang berapa hari Nis?"
"Belum tahu Mbak. Nanti Aku tanya ke Mas Bambang."
"Ya sudah, Kamu ke depan saja. Layani pelanggan yang datang, biasanya sore begini banyak yang antar dan ambil laundryan."
"Nisa ke depan dulu ya Mbak."
***
Bambang berjalan dibelakang Si Boss, bersama dengan Si Black dan Si White.
Bersama menuju sebuah bangunan klasik dan Bambang tak pernah menduga, rupanya dibalik bangunan klasik dan cantik dihadapannya, menyimpan sejuta misteri dan membuat isi kepala Bambang penuh tak menyangka.
Tiga orang berbadan tinggi besar dengan stelan serba hitam mengiringi langkah Mereka.
Sudah sering Bambang ikut bersama Si Boss namun setiap kesempatan adalah hal baru dan sukses membuat ritme Bambang berdebar.
Entah ada apa lagi kejutan yang akan Ia terima. Semua yang berkaitan dengan dunia bawah tanah selalu membuat Bambang penasaran meski nyalinya sempat menciut.
Pintu hitam besar terbuka. Si Boss berjalan paling depan diikuti Bambang, White dan Black dibelakangnya.
"Kau bodoh!"
Bambang terkejut. Dihadapan matanya, Si Boss mendapat bogem mentah dari seorang pria yang wajahnya begitu keras dengan tatapan mata merah dan tajam.
"Kalian seharusnya bisa lebih rapi seperti biasanya! Dan karena kebodohanmu, Kau harusnya tahu bagaimana menyelesaikan ini semua!"
"Baik. Aku akan bereskan. Tapi, jangan cabut apa yang sudah Kau tanam. Aku mohon."
Bambang sedikit mengerti. Rupanya Pria dengan rambut silver dihadapannya punya kedudukan lebih tinggi dan lebih berkuasa dari Si Boss.
Jika di Cafe Si Boss bagai raja, disini tak ubahnya kacung rendahan.
Bambang dengan segala lamunan dan pikirannya tak sadar, dihadapannya sudah berdiri Pria berambut perak yang baru saja menghadiahi Si Boss tamparan hingga kedua pipinya membiru.
"Siapa namamu?"
Bambang segera sadar dari lamunannya, apalagi Si Boss di belakang sana sudah melotot agar Bambang jangan salah menjawab.
"Saya Bambang. Saya security Cafe." Bambang melipat bibirnya. Benarkan jawabannya. Tapi melihat Si Boss masih dengan wajah masam, Bambang pasrah saja. Toh Dia tidak tahu apa-apa.
"Kau bisa berikan Dia padaku."
Si Boss melotot. Namun mana berani melawan perintah Pria berambut Perak yang sudah membuatnya kehilangan harga diri dihadapan ketiga abak buahnya.
"Dia masih baru, mungkin Tuan bisa mengambil Black atau White, Mereka,-"
"Kau tidak tahu apa-apa bodoh! Aku mau Dia! Bukan yang lain!"
Bambang sendiri merasa diatas angin. Seorang Boss besar menginginkannya. Tentu saja Bambang jadi percaya diri. Dia bahkan membuat Si Boss tak berkutik.
Bambang menampilkan senyum jumawa kearah Si Boss dan tentu saja terlihat geram dari wajah Si Boss lengkap dengan kedua tangan mengepal di kanan dan kirinya.
"Baik Tuan. Tapi Saya akan menyiapkan Dia terlebih dahulu. Agar tak membuat masalah kedepannya."
Sialan Si Boss! Mau jatuhin Gue depan Tuan Besar! Gak bisa! Gue harus bisa ambil hati Tuan Besar! Udah males Gue punya Boss modelan Dia!
"Itu utusanku! Lebih baik Kau enyah dari hadapanmu dan bawa dua anak buah bodohmu itu bersamamu!"
Bambang semakin diatas angin saja. Mereka istimewa karena Tuan Besar memilihnya.
Sedangkan Si Boss menatap tajam kepada Bambang dan kembali datar saat pamit undur diri kepada Tuan Besar.
"Kami permisi Tuan." Setelah menundukan kepala dihadapan Tuan Besar dan pamit undur diri, Si Boss berhenti sejenak dihadapan Bambang, dengan langkah sedikit berbisik, "Selamat datang di dunia yang tak pernah Kau bayangkan!"
Si Boss undur diri diikuti Si Black dan Si White saat keluar melalui pintu hitam besar yang sudah terbuka dan dikawal oleh para Pria berbadan tinggi beaar dengan pakaian serba hitam.
Tinggalah Bambang dengan Si Tuan Besar. Jujur, Bambang semakin merinding. Tuan Besar menatap lekat tanpa suara sama sekali.
Bambang mati gaya. Memilih dia seperti patung. Tak berani bertanya apalagi bersuara sedikitpun.
Seketika pintu kembali terbuka, rupanya seorang perempuan dengan pakaian yang sangat aman menggoda iman dan imron.
Wanita itu membungkukkan kepala kepada Tuan besar.
"Jangan berlama-lama, Kau sudah tahu kan harus apa?" Nada datar Tuan Besar mendapatkan anggukan kepala dari si wanita.
Bambang tak memahami. Apa yang akan dilakukan si Wanita. Namun sepersekian detik berikutnya, Bambang tersentak, saat tubuhnya diangkut oleh dua pria berbadan besar.
"Ma-Mau apa Kalian?" Bambang panik.
"Jangan berisik! Cepat lepas pakaianmu! Atau Kami yang akan menelanjangimu!"
"Tu-tunggu! Kenapa harus buka baju!" Bambang belingsatan. Masa Ia dirinya akan di perk@sa oleh dua pria dan apa-apa wanita tadi sudah bugil saja. Dan Bambang sepertinya hampir mengeluarkan liurnya, melihat betapa molek tubuh tanpa sehelai benang dihadapannya berjalan mendekat.
"Mau apa?" Bambang dengan segala keterkejutannya, kini semakin dibuat dag dig dug kala si Wanita dengan cepat merobek pakaian Bambang dan kedua tangan Bambang sudah diborgol oleh kedua pria besar tadi.
Bambang tak bisa lagi berkata-kata kala si Wanita dengan seenaknya melakukan hal yang sangat melenakan bahkan Bambang sangat menikmati service dadakan yang membuatnya merem melek.
Namun, hal itu segera berganti dengan rasa mual dan jijik, manakala, dari arah belakang tubuhnya rudal berukuran jumbo menerobos liang yang tak seharusnya dibobol seenaknya oleh salah datu dari pria berbadar tinggi besar itu.
"Gila! Gue gak mau!" Belum sempat Bambang kembali protes dan berteriak, mulutnya tak kalah sibuk, karena salah satu rudal jumbo pria satunya lagi sudah melesak memenuhi rongga mulut Bambang.
Bambang tak menyangka. Dirinya dipakai beramai-ramai dan bahkan disaksikan oleh Si Tuan Besar dengan santai sambil menyesap cerutu dengan nyaman di sofa.
Pergolakan batin Bambang, wajah polos Anisa terlintas dalam bayangannya.
Bambang tak bisa melawan. Kedua tangannya terborgol. Tubuhnya sudah terjajah oleh tiga orang yang memiliki nafsu besar.
Dan Bambang kini tak ubahnya seorang pelacur namun Ia sendiri tak mengerti saat sebuah suntikan yang baru saja dibenamkan dilehernya oleh Si Wanita membuat Bambang beberapa detik kemudian malah semakin liar dan haus akan sentuhan ketiganya.
"Apa yang baru saja Mereka berikan kepadaku?"
Ditengah rasa bimbang dan hawa panas menyebar keseluruh tubuh dan membuat Bambang semakin haus akan sentuhan yang diluar nalar jika dilihat oleh orang normal.
dan tak berdaya dia SDH di monitor oleh si bos
Nisa jg trllu bodoh jd istri