Di saat kedua sahabatnya telah menikah, Davin masih saja setia pada status jomblonya. hingga pada suatu malam ia menghadiri perayaan adik perempuannya di sebuah hotel. perayaan atas kelulusan adik perempuannya yang resmi menyandang gelar sarjana. Tapi siapa sangka malam itu terjadi accident yang berada diluar kendali Davin, pria itu secara sadar meniduri rekan seangkatan adiknya, dan gadis itu tak lain adalah adik kandung dari sahabat baiknya, Arga Brahmana. sehingga mau tak mau Davin harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menikahi, Faradila.
Akankah pernikahan yang disebabkan oleh one night stand tersebut bisa bertahan atau justru berakhir begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.
Keesokan harinya di gedung SJ Group.
"Kayaknya ada yang lagi bahagia banget nih...." Celetukan Fandi tersebut ditujukan pada Dila.
"Pak Fandi kepo deh..." Balas Dila dengan wajah yang masih terlihat berseri-seri. Senyum di bibirnya pun seakan enggan surut.
"Biasanya, kalau para istri lagi bahagia seperti ini, pasti habis diberikan hadiah luar biasa dari lakinya." Tebak Fandi.
"Ehem.... Permisi...."Suara yang berasal dari ambang pintu berhasil mengalihkan perhatian seisi ruangan ke sumber suara.
"Pak Davin." Seru Fandi menyadari keberadaan Davin. "Ada yang bisa kami bantu, pak?." Tanya Fandi, berpikir kedatangan Davin karena membutuhkan bantuan dari divisi mereka.
"Saya ada sedikit keperluan dengan Nona Dila." Balas Davin.
Mendengar namanya disebutkan oleh Davin, Dila lantas berdiri dari duduknya.
"Ikut ke ruangan saya!." Titah Davin sebelum berlalu meninggalkan ruang Divisi tersebut.
"Baik, pak." Dila menyusul Davin ke ruang kerjanya.
Rani nampak mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas meja saat melihat Dila berlalu.
"Sudah punya suami, tapi masih saja menggatal pada pak Davin" batin Rani. Cinta mampu membawa pengaruh besar terhadap diri seseorang. Terkadang karena cinta seseorang mampu mengorbankan hal yang dianggap tabuh, namun terkadang cinta juga mampu merubah sifat seseorang menjadi buruk. Sepertinya hal itulah yang kini tengah dialami oleh Rani. Ia yang sebelumnya begitu baik pada Dila, berubah kurang suka ketika Davin meminta Dila datang ke ruang kerjanya.
"Jangan berpikir yang bukan-bukan, Dila ke ruangan pak Davin karena permintaan dari pak Davin sendiri, bukan karena Dila yang menginginkannya." Peringat Fandi pada Rani. Bukan apa-apa, Fandi hanya tidak ingin ada perselisihan diantara rekan kerjanya. Biarpun Fandi sangat dekat dengan Rani, tapi Fandi pun tak ingin sampai Rani berpikiran jelek tentang Dila.
Menyadari tatapan sinis Rani, Fandi lantas berkata. "Ran, kamu adalah gadis yang baik, jangan sampai perasaanmu pada pak Davin merubah sifatmu!." Fandi merasa perlu mengingatkan Rani agar tak sampai bertindak bodoh yang malah akan merugikan diri sendiri.
Rani tak berniat merespon semua nasehat Fandi, ia justru memalingkan wajahnya dari pria itu. Rani mengaggap semua nasehat Fandi layaknya angin lalu, tak ada yang dimasukkan ke dalam pikirannya.
Sudah setengah jam berlalu, namun Dila belum juga kembali sehingga Rani jadi gelisah sendiri memikirkannya.
"Si Dila ngapain sih di ruang kerjanya pak Davin, lama banget?." Dalam hati Rani yang kini terlihat semakin gelisah. Gadis itu sesekali memandang ke arah pintu ruangan, berharap melihat keberadaan Dila kembali dari ruang kerja Davin. Namun sayangnya, hingga waktu istirahat makan siang tiba Dila belum juga kembali.
"Dasar perempuan tidak tahu malu, bisa-bisanya dia berlama-lama di ruang kerja pak Davin tanpa memikirkan statusnya yang sudah memiliki suami." Kesal Rani sambil bangkit dari kursinya, hendak ke kantin perusahaan untuk mengisi perutnya yang lapar.
"Argh......" Dila merintih kesakitan saat kakinya secara tidak sengaja membentur meja sofa. Davin yang panik mendengar suara rintihan istrinya sontak menghampiri. Davin menuntun Dila menuju sofa, mendudukkan tubuh istrinya di sana, kemudian berjongkok guna memeriksa bagian kaki istrinya yang tadi terbentur meja. Davin menaikan kaki Dila yang nampak sedikit bengkak ke pahanya.
"Lain kali hati-hati!." Tutur Davin sambil sedikit memberi pijatan lembut pada bagian kaki Dila yang bengkak.
"Ya Tuhan.... ternyata benar dugaanku, ini yang dilakukan Dila sehingga betah berlama-lama di ruang kerja pak Davin." Lirih Rani yang secara tidak sengaja melihat apa yang sedang dilakukan oleh Davin pada Dila. Kalaupun ingin mengatakan hal buruk, bukankah seharusnya Rani mengarahkannya pada Davin mengingat yang terlihat di depan matanya Davin tengah menyentuh kaki Dila. Tapi nyatanya, Rani justru berpikir Dila yang sengaja menggoda Davin. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Rani langsung mengeluarkan ponselnya dan mengabadikan gambar Davin dan Dila.
"Kita lihat saja nanti Nona Faradila, apa yang akan terjadi jika sampai tuan Faras tahu perangai buruk kamu...." Rani merasa menang karena mengantongi kartu as Dila sehingga sewaktu-waktu bisa membocorkannya. Setelahnya, Rani kembali mengayunkan langkah menuju kantin. Di sepanjang perjalanan menuju kantin, Rani nampak tersenyum penuh kemenangan.
"Kalau memang kaki kamu masih sakit sebaiknya lusa kita di rumah saja, tidak perlu ikut acara liburan yang diadakan perusahaan." Saran Davin. Ya, tujuan Davin meminta Dila ke ruang kerjanya adalah untuk membahas tentang rencana Faras yang ingin mengajak pegawainya berlibur ke Bali untuk merayakan ulang tahun SJ Group. Rencananya semua biaya untuk liburan akan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan. Semua itu dilakukan Faras sebagai bentuk apresiasi kepada semua pegawainya yang telah mendedikasikan diri kepada perusahaan SJ Group.
"Tidak bisa begitu dong, mas... Lagipula bengkaknya hanya sedikit saja kok, paling besok sudah baikan." Balas Dila, tak mau sampai tidak ikut acara liburan kantor bersama yang lainnya.
Davin hanya bisa menghela napas panjang melihat Dila melebarkan senyumnya, seolah ingin menunjukkan jika dirinya baik-baik saja. Padahal Davin tahu betul jika kaki Dila pasti terasa sakit.
"Baiklah, besok lusa kita akan ikut bersama yang lainnya ke Bali."
"Yes....." Mungkin karena terlalu senang sampai-sampai Dila menge-cup pipi Davin.
"Makasih ya mas...."
Davin tak langsung merespon, pria itu justru tertegun, memegangi pipinya yang baru saja dikecup oleh Dila.
"Kalau begitu aku kembali ke meja kerjaku dulu ya mas, takutnya ada yang naik tekanan dar-ahnya kalau aku semakin lama di ruang kerjanya mas Davin." sewot Dila.
"Apa Dila cemburu pada Rani?." Dalam hati Davin seraya memandang punggung Dila yang baru saja keluar dari ruang kerjanya. Ya, tentunya Davin tidak bodoh untuk menebak sosok yang dimaksud oleh istrinya itu.
*
Sore harinya, di kediaman orang tua Davin.
Sejak beberapa terakhir ibunya Davin memperhatikan suaminya lebih banyak diam, seperti sedang banyak pikiran.
"Pah...." Mamah Lidia menempati sisi bangku yang kosong di samping sang suami. Di teras belakang, disinilah akhir-akhir ini papah Alex lebih banyak menghabiskan waktu sepulang dari toko miliknya. Toko yang menyediakan bahan bangunan tersebut dirintis oleh pria paruh baya tersebut sejak Davin masih berusia dua tahun. Toko milik ayahnya Davin cukup besar dan juga ramai pembelinya. Dari hasil toko berlantai dua itulah papah Alex memenuhi semua kebutuhan hidup keluarganya, termasuk menyekolahkan kedua anaknya hingga mendapat gelar sarjana.
"Mamah mungkin tidak tahu persis seperti apa permasalahan keluarga papah, tetapi sebagai seorang anak, tidakkah papah merasa iba pada ayah kandung papah? Apalagi sekarang usia beliau sudah tidak muda lagi."
"Tidak baik menyimpan kebencian terlalu dalam pada orang tua kandung sendiri, pah." Mamah Lidia sedikit menambahkan. Sebelumnya mamah Lidia memang belum pernah sekalipun bertemu apalagi mengobrol dengan ayah mertuanya, sebab saat ia dinikahi oleh sang suami, tak seorangpun anggota keluarga papah Alex yang hadir, termasuk pria berusia senja yang kemarin mendatangi kediaman mereka. Pria yang ternyata adalah ayah kandung suaminya.
"Papah tidak pernah membencinya, mah, Papah hanya benci pada sikapnya di masa lalu. Jika saja saat itu dia percaya pada papah, mungkin wanita jal-ang itu tidak akan melenggang bebas setelah menyebabkan kematian ibu kandung papah." Ya, kekecewaan terbesar papa Alex pada ayah kandungnya adalah sikap sang ayah yang dahulu menolak percaya semua perkataannya. Dan yang lebih menyakitkan lagi, sang ayah lebih percaya pada wanita yang telah menyebabkan kematian ibu kandungnya. Di tambah lagi, setelah dua bulan kematian ibunya, sang ayah justru menikahi wanita jal-ang itu. Sejak saat itu papah Alex yang masih perjaka memutuskan meninggalkan ibukota, jakarta. Sampai beberapa tahun kemudian ia bertemu dan menjalin kasih dengan sang istri, mamah Lidia, hingga melahirkan buah hati mereka yakni Davin dan Rifa.
akibat iri,hampir hilang masa depan kan...
Davin ayo selidiki siapa yang melaporkan kalau Dila ada di dalam kamar mu??? bisa dilaporkan balik lho atas pencemaran nama baik,atau gak di kasi sanksi dikantor...
tanpa menncari fau siapa pasangan Davin
dan Dilla
tp siaapp2 yaa ujungnya kmu yg maluuu