Setelah mengalami penderitaan di kehidupannya karena keberuntungan memiliki wajah cantik, tubuh semampai dan kaya. Kirana mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali. Sebagai orang jelek, miskin dan badan gemuk. Tak disangka keberuntungannya ikut berubah. Bahkan dia mendapat jodoh yang lebih baik daripada saat menjadi wanita cantik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Kirana bangun dari tidur dan menyadari dirinya masih berada di apartemen Tuan Armand.
Tanpa ingin berlama-lama berada di apartemen mantan atasannya, Kirana segera pergi. Sebelum keluar dari pintu, dia melihat kertas yang ada di atas meja lalu meninggalkannya begitu saja.
Semua hal yang dikatakan oleh Tuan Armand semalam begitu ... Konyol. Seperti sesuatu yang hanya bisa dibaca oleh Kirana di novel dewasa atau drama televisi. Bagaimana bisa seseorang melakukan pekerjaan sebagai calon istri?
Itu tidak mungkin.
Pasti Tuan Armand hanya bercanda dengannya. Terutama tentang Tuan Armand yang merupakan pewaris tunggal Grup Riady. Atau uang yang akan diterima Kirana setelah enam bulan. Semuanya terdengar terlalu bagus untuk menjadi nyata.
Kirana sampai di rumah dan berpapasan dengan Kak Yuyun.
"Kau kemana saja?? Aku mencari mu semalaman"
Kirana lupa memberitahu kak Yuyun kalau dia mengikuti seseorang semalam dan tidak kembali lagi.
"Maaf kak. Aku sakit perut" jawabnya sembarangan.
"Tapi kau tampak baik-baik saja"
Kirana menunjuk sebuah minimarket kecil di ujung jalan.
"Aku akan membeli obat."
"Apa kau minum semalam?"
"Tidak"
"Baiklah"
Sekembalinya Kirana dari minimarket, dia mulai membuka laptop. Dan menulis beberapa surat lamaran baru.
"Sudah cukup menggila dalam sehari. Kini tiba saatnya kembali ke kenyataan yang menyedihkan namun masih memiliki harapan" ucapnya tak ingin menjadi seperti dirinya semalam.
Sebelum petang datang, Kirana berhasil mengirim lebih dari enam surat lamaran pekerjaan. Dia mempersiapkan diri untuk mencari pekerjaan paruh waktu besok.
Lalu tengah malam, ketika dia tidur.
Tok Tok Tok
"Cantik, pagi ini aku melihatmu masuk ke kamar ini!!"
Pria itu, kenapa datang lagi?
"Ayo cantik buka pintu!!"
Kalau pria itu datang terus, bagaimana Kirana bisa berisitirahat dengan baik?
Kirana pikir pria itu akan pergi setelah Kirana mengabaikannya. Tapi malam ini pria itu mendorong pintu dengan kuat. Hampir membuka pintu dengan paksa.
Dengan segera, Kirana bangun dan menahan pintu dengan tubuhnya. Rasa takut mengalahkan kantuknya.
"Cantik, aku melihatmu!!" ucap pria itu semakin membuat Kirana takut.
Dan ketika pria itu kembali mendorong pintu, Kirana mengerahkan semua kekuatannya. Mencengkeram lantai dan dinding dengan tangan juga kakinya.
"Ayolah cantik. Kau tidak akan bertahan terus disana!!" ucap pria itu hampir membuat Kirana menangis.
"Hei!! Apa maumu?!"
Tiba-tiba terdengar suara kak Yuyun.
"Jangan ikut campur kau wanita hina!!"
"Kurang ajar!! Bagaimana bisa kau menyebutku wanita hina?!"
Terjadi pertengkaran antara kak Yuyun dan pria itu. Membuat Kirana semakin takut dan gemetar di dalam kamarnya.
"Dasar wanita hina. Kau cantik tapi miskin. Karena itu kau hanya bisa jadi wanita hina!!"
"Pria sialan!!"
PLAKKK
BRUGHH
Apa itu? Pria itu yang memukul? Atau kak Yuyun? Tapi pukulan itu terlalu keras untuk dilakukan seorang wanita. Jadi kak Yuyun yang dipukul dan jatuh?
Trauma ketika melihat ibunya berdarah karena perlakuan pria, kembali ke otak Kirana. Dia berjongkok, memeluk kakinya dan mulai menangis.
"Dasar wanita hina. Cuihh. Cantik, aku akan datang lagi besok!!"
Kirana memeluk kakinya lebih erat lagi. Dan ketika pria itu tidak terdengar lagi, Kirana membuka pintu. Melihat tubuh kak Yuyun yang terkapar di lorong.
"Kak Yuyun, kak!!" panggilnya panik karena menemukan darah mengalir dari sudut bibir kak Yuyun.
"Kirana!! Kau tidak apa-apa?"
"Ayo kita ke rumah sakit!" ajak Kirana dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.
Kirana berhasil membawa kak Yuyun ke rumah sakit. Kata dokter, kak Yuyun menderita malnutrisi juga kelelahan. Ditambah pukulan tepat di ulu hati, membuat kak Yuyun semakin lemah lagi.
Pagi datang dan akhirnya kak Yuyun bangun.
"Dimana ini?"
"Rumah sakit" jawab Kirana
"Kenapa membawaku kesini? Aku tidak punya uang untuk membayarnya"
"Aku yang membayar"
"Kau baru saja dipecat. Kau juga butuh uang itu!"
"Tidak apa-apa. Yang penting kak Yuyun sembuh"
Kak Yuyun terdiam dan Kirana juga tidak bicara lagi. Keduanya diam sampai keluar rumah sakit dan pulang.
"Bodoh! Berapa uang yang kau habiskan untuk rumah sakit? Aku akan menggantinya" kata kak Yuyun yang baru saja duduk di kasur tipis.
Keadaan kamar kak Yuyun ternyata tak lebih baik dengan Kirana. Mereka sama-sama memiliki sedikit barang.
"Tidak perlu" jawab Kirana lalu membantu menyiapkan makan untuk kak Yuyun.
"Aku tahu kau memiliki hutang banyak. Aku tidak mungkin memakai uang pesangon mu untuk pengobatan ku"
"Tidak apa-apa. Sungguh"
"Haaahh. Hidup ini kenapa begitu sulit. Aku harus bekerja seperti ini, tanpa bisa menabung untuk menghidupi ibu dan adikku. Dan kau yang diberi kelebihan berupa kecantikan dan kepintaran juga tak lepas dari nasib buruk. Dan semua itu karena kita dilahirkan dalam keadaan miskin. Sungguh nasib yang buruk"
"Kak Yuyun"
"Kadang aku berpikir, alangkah senangnya bisa dilahirkan dengan makanan dan minuman yang telah tersedia di hadapanmu. Tanpa harus berusaha keras mendapatkannya. Tinggal di tempat mewah. Tapi semuanya hanya sebatas mimpi. Kenyataannya sangat sulit untuk diwujudkan"
Kirana menghela napas berat lalu menyodorkan makanan yang telah dia siapkan untuk kak Yuyun.
"Bagaimanapun kita harus tetap hidup. Jadi ... Kak Yuyun harus makan dan kuat" katanya mencoba menghibur.
"Pindah!!"
"Apa?"
"Pindah dari sini! Jangan tinggal disini atau nasibmu sama denganku. Kau akan terus miskin walau sudah menginjak umur 35 tahun" terang kak Yuyun lalu mulai makan. Tapi tersedak dan batuk.
"Pelan-pelan"
"Seandainya saja, ada kesempatan untuk mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat. Aku akan melakukannya. Paling tidak, uang untuk pindah dari tempat kumuh ini!"
"Kalau begitu kita harus mengikuti undian" canda Kirana
"Keberuntungan bukan teman baikku" balas kak Yuyun.
Uang banyak dalam waktu singkat?
Tiba-tiba saja Kirana mengingat pekerjaan yang ditawarkan oleh Tuan Armand. Meski terdengar sangat tak masuk akal. Tapi uang yang dijanjikan oleh Tuan Armand. Jika benar akan diberikan pada Kirana setelah enam bulan. Akan benar-benar merubah hidupnya.
Kirana melihat kak Yuyun yang makan dengan perlahan sambil menahan sakit.
Dan mungkin bukan hanya hidupnya yang bisa berubah.
"Kak Yuyun makan saja perlahan. Aku harus melakukan sesuatu"
"Iya. Pergilah!"
Sepanjang hari, Kirana mulai membersihkan kamar. Membereskan semua barang-barangnya. Membawa beberapa barang penting dan keluar dari kamar.
Kirana berhenti di depan kamar kak Yuyun, menyelipkan amplop berisi uang di bawah pintu lalu dengan langkah pasti pergi dari kamar sewa yang sudah dia tinggali selama lebih dari lima tahun.
Menuju sebuah apartemen mewah yang ternyata tak bisa dia terobos. Karena dia bukan penghuni disana.
Terpaksa Kirana duduk berjongkok di depan apartemen, menunggu mantan atasannya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Tuan Armand yang baru saja pulang.
Kirana membuka topi dan menatap Tuan Armand di hadapannya. Dengan tegas, dia berkata,
"Saya akan melakukannya"