Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.
Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.
Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?
Update setiap hari,jangan lupa like dan komen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 RENCANA PENANGKAPAN
"Terus sekarang mayat Lula dimana?"tanya Gavin.
"Mayat Lula sekarang gue autopsi di rumah sakit ini" Jena memberikan dokumen autopsi kepada Gavin.
"Kematiannya baru beberapa bulan?"tanya Gavin.
"Ya kematian Lula baru 3 bulan"Rei menjawab sambil menatap hantu Lula di sebelah Darren.
"Terus dokumen tentang Laksmi yang sudah meninggal beberapa tahun?bahkan kesaksian bapak itu dan boneka itu?"tanya Darren meminta penjelasan kepada Rei.
"Bo...boneka itu milikku kak dan rumah itu adalah rumah tempat tinggal ku sama mama"kata hantu anak kecil itu.
"Terus soal bapak bapak itu?"
"Bapak bapak itu adalah orang suruhan Andre yang selalu menjaga dikuburan itu jika ada pihak yang mau mencari kebenaran bapak itu akan berpura pura bilang bahwa Laksmi dibunuh seseorang"
"Kenapa dibunuh?bukannya itu malah berbahaya kalau ketahuan siapa pelakunya?bagi Andre" tanya Gavin penasaran.
"Kalian dengerin gue baca dokumen terakhir yang bakal ungkap semua kebingungan yang kalian pikirkan"kata Rei.
Ruangan itu mendadak sunyi, hanya suara Rei yang terdengar saat ia membuka lembar terakhir dokumen kuno itu. Cahaya lampu redup membuat bayangan di wajahnya tampak menyeramkan.
Rei menarik napas panjang lalu berkata,
"Halaman terakhir ini menjelaskan cara Andre menutupi semua kebusukan yang dia buat"
Darren langsung maju setengah langkah, matanya menatap Rei penuh waspada.
"Apa maksudnya? Jangan bertele-tele, Rei"
Rei menunduk sebentar, lalu membaca kalimat berikutnya.
"Dokumen yang ada di kepolisian semua palsu. Semua rekayasa. Salah satu polisi di sini kerabat Andre sendirimenerima suap. Tiga ratus juta untuk membuat laporan palsu, agar kebenaran tidak pernah keluar"
Gavin mendecak keras, hampir membanting meja di depannya.
"Astaga! Jadi semua berkas yang kita pegang selama ini cuma sampah? Orang dalam juga ikut main, pantesan susah banget ngorek kasus ini"
Selina yang sedari tadi diam, menatap Rei dengan mata membelalak.
"Terus Laksmi? Jangan bilang kabar kematiannya juga—"
Rei mengangguk pelan, wajahnya kelam.
"Di berita memang disebut Laksmi meninggal bertahun-tahun lalu tapi kenyataannya, ia tidak mati. Ia dikurung,dikurung di rumah Andre sendiri. Itu cara Andre memastikan Liora tidak pernah berontak menjadikan Laksmi alat penekan"
Darren langsung mengepalkan tangannya begitu keras sampai buku-bukunya memutih.
"Brengsek dia menyiksa anak sekecil itu hanya untuk menekan ibunya?"
Rei menutup matanya sejenak, lalu melanjutkan,
"Kebakaran gedung kosong hanyalah sandiwara. Andre membakarnya lalu menyebarkan kabar bahwa Laksmi tewas di dalam. Padahal yang terbakar cuma bangunan tak berpenghuni"
Selina menutup mulutnya, tubuhnya bergetar.
"Jadi selama ini semua orang percaya kebohongan itu?"
"Ya," jawab Rei dingin.
"Dan soal boneka… boneka itu bukan kebetulan. Ketua sendiri yang sengaja menggantungnya untuk memanggil Darren, agar matanya bisa melihat masa lalu hantu anak itu"
Darren tertegun. Ia teringat jelas boneka yang pertama kali membuat bulu kuduknya berdiri.
"Jadi itu semacam jembatan? Boneka itu sengaja dipakai buat nunjukkin kebenaran?"
Rei menatapnya tajam, lalu mengangguk.
"Betul dan bapak-bapak yang berjaga di sekitar sana hanyalah orang suruhan Andre. Mereka ditugaskan untuk menjaga rahasia itu tetap terkubur"
Keheningan menelan ruangan. Gavin mengacak rambutnya frustrasi, Selina memegangi dadanya, sementara Darren berdiri kaku, wajahnya penuh amarah bercampur putus asa.
"Jadi, semua ini bukan sekadar kebetulan," ujar Rei lirih.
"Ini sudah dirancang. Terencana,bahkan kematian itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan kebenaran yang jauh lebih kelam"
Hantu anak kecil itu ikut menyimak semua perkataan Rei,matanya berkaca kaca bahkan sampai kematiannya sendiri ia tudak tahu bahwa pembunuhnya adalah ayah kandungnya sendiri.
"Kak...aku tidak tahu pria itu ayahku"
"Tenang,aku akan menghukum orang yang telah melakukan hal keji kepadamu"
"Selamatkan Laksmi kak,dia tidak bersalah"
"Laksmi sudah aman bersama temaan kakak,kamu harus berjanji kepada kakak kalau kakak berhasil menangkap pembunuhmu kkamu harus pergi dari dunia perbatasan daan hidup dengan tenang?"
"Aku berjanji kak"
"Jadi gue udah selesai buat jelasin isi dokumen ini,untuk menangkap pelaku gue kasih semua tanggung jawab ke kalian"kata Rei lalu langsung menghilang tiba tiba.
"Jadi gimana ren,apa yang harus kita lakukan?"tanya Gavin.
"Kita harus temuin Selina dulu,Jen lo bisa kan jagain Laksmi disini?"tanya Darren.
"Karena gue lagi free selama 3 jam,jadi gue bisa jagain dia"kata Jena
"Yauda nanti dimobil gue kasih tau rencananya,sekarang kita temuin Selina dulu"
Darren,Jena dan Gavin keluar dari ruangan itu berjalan dengan langkah tergesa menuju ke warung depan rumah sakit. Sesampainya disana.
"Eh kalian datang ayo makan dulu"
"Ga lin,sekarang kita harus cepat nangkap Andre"
Gavin berjongkok lalu menatap Laksmi.
"Dek,kamu bareng kak Jena dulu ya disini. Nanti kakak kakak jemput kamu, kakak mau nangkep penjahat"
Laksmi mengangguk,lalu berkata.
"To-long..hu-kum...pen....ja..hat itu..ya..ka..kak"
"Iya sayang"Selina mengusap usap pucuk rambut Laksmi.
"Yauda ayo segera"ajak Darren.
Gavin,Darren dan Selina segera pergi menuju mobilnya dan bergegas menjalankan misi untuk menangkap Andre. Mereka masuk ke dalam mobil. Gavin melajukan mobilnya.
"Selina lo cari sekarang Andre ada dimana"
Selina segera membuka laptopnya tanganya menari dikeyboard laptonya dengan cepat ia mencari dimana keberadaan Andre karena ia telah menyadap handphone milik Andre.
"Di gedung baru milik perusahaan Andre,sepertinya disana banyak penjaga. Kali ini kita mau nyamar jadi apa?" kata Selina.
Gavin memutar setir, melirik sebentar ke kaca spion.
"Nyamar jadi apa? Jangan bilang lo punya ide gila lagi, Ren"
Darren menyandarkan tubuhnya ke jok, wajahnya serius.
"Bukan ide gila. Kita masuk sebagai tukang bersih. Gue sama lo yang turun, Vin. Selina tetap standby di mobil, mantau pergerakan lewat laptopnya"
Selina mendengus kecil, tangannya masih sibuk mengetik.
"Gue lagi-lagi jadi operator ya? Oke, tapi kalian harus pakai alat penyamaran ini biar gue bisa kasi intruksi"
"Tenang" Darren mengangguk.
"Makanya, Vin, nanti lo langsung ke kantor detektif. Pinjem mobil pembersih dari staf bagian logistik. Gue yakin mereka punya armada itu buat penyamaran"
Gavin langsung memutar matanya, tapi bibirnya tersenyum miring.
"Mobil pembersih? Seriusan? Dari semua penyamaran lo pilih jadi tukang ngepel gedung?"
"Justru itu yang nggak akan dicurigain" balas Darren cepat.
"Semua orang cuek sama tukang bersih. Kita bisa masuk, muter-muter, sambil bawa peralatan yang udah gue siapin"
Selina menutup laptopnya sebentar, menatap Darren lekat-lekat.
"Kalau ketahuan gimana? Lo sadar kan, Andre pasti pasang orang-orang bersenjata di sana"
Darren terdiam sejenak, lalu menjawab datar,
"Kalau ketahuan berarti kita mau ga mau hajar mereka"
Gavin tertawa hambar, lalu menggeleng.
"Asli, gue kadang bingung lo ini detektif apa stuntman film laga"
"Udah buruan kita ke kantor detektif"
Gavin segera melajukan mobilnya dengan cepat,hingga sampailah mereka ke kantor detektif.
"Vin lo pinjem mobil pembersih,Selina lo bantu Gavin. Gue mau ketemu Pak Doni buat minta bantuan.
"Baik"
Mereka pun segera melaksanakan tugas masing masing, Darren masuk ke dalam dan segera pergi menemui pak Doni.
"Pak,segera kerahkan pasukan khusus kita mau ngepung gedung di jalan kembar"
"Bukti?"
"Pak Doni ambil bukti di kantor Li meditech tepatnya di brangkas di ruang milik Liora,semua rekaman kejahatan terdapat disana"
"Baik, kamu hati hati Darren. Saya tidak mau kamu kenapa napa seperti ayahmu"
"Saya tahu pak,kalau begitu segera saya akan kirim intruksi lewat Selina kalau semua sudah siap"
"Baik saya tunggu"