NovelToon NovelToon
The Land Of Methera

The Land Of Methera

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

WARNING!!
Kita akan berkelana ke Dunia Fantasi, Karena itu, ada beberapa lagu yang akan di rekomendasikan di awal cerita untuk membawamu ke sana. Putarlah dan dengarkan sembari kamu membaca >>

___
Di sebuah kerajaan, lahirlah dua putri kembar dengan takdir bertolak belakang. Satu berambut putih bercahaya, Putri Alourra Naleamora, lambang darah murni kerajaan, dan satu lagi berambut hitam legam, Putri Althea Neramora, tanda kutukan yang tak pernah disebutkan dalam sejarah mereka. kedua putri itu diurus oleh Grand Duke Aelion Garamosador setelah Sang Raja meninggal.

Saat semua orang mengutuk dan menganggapnya berbeda, Althea mulai mempertanyakan asal-usulnya. hingga di tengah hasrat ingun dicintai dan diterima sang penyihir jahat memanfaatkannya dan membawanya ke hutan kegelapan. Sementara itu, Alourra yang juga berusaha mencari tahu kebenaran, tersesat di tanah terkutuk dan menemukan cinta tak terduga dalam diri Raja Kegelapan, makhluk yang menyimpan rahasia kelam masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar Yang mengguncang

‧˚♪ 𝄞 :

...ᝰ.ᐟ...

Keesokan paginya, sinar mentari menembus tirai tipis, menebarkan cahaya hangat di sudut kamar. Althea terbangun dengan gerakan malas, duduk di tepi ranjang sambil mengerjap, seolah masih berusaha mengumpulkan serpihan nyawanya. Ternyata… kakak memang tak bisa pulang, batinnya lirih. Sorot matanya redup, hingga tiba-tiba terdengar suara samar dari arah ruang ganti.

Ia tertegun. Langkahnya pelan namun penuh waspada, mendekati sumber suara itu. Begitu pintu kayu ruang ganti terbuka, pandangannya jatuh pada sosok yang begitu dikenalnya... Alourra... Tengah mengikat pita gaun, anggun bak putri dalam balutan cahaya pagi.

“Baiklah… selesai,” ucap Alourra puas, hendak berbalik, namun terhenti saat mendapati Althea berdiri di ambang pintu.

“Althea, kau sudah Bangun” ucapnya setengah kaget, namun kata-katanya terputus ketika tubuh mungil itu berlari dan langsung memeluknya erat.

“Kakak…” suara Althea pecah, sarat kerinduan yang tertahan terlalu lama.

Alourra membalas pelukan itu, genggamannya hangat, seolah ingin merangkum semua jarak yang pernah memisahkan. “Kakak juga merindukanmu… bahkan sangat - sangat merindukanmu,” ujarnya, nyaris bergetar, sementara Althea sudah terisak di dadanya.

“Sudah, jangan menangis. Maafkan aku… aku tak bisa hadir di pengumuman perangkinganmu semalam,” bisik Alourra.

Althea menggeleng pelan, matanya basah. “Tak apa… asalkan kakak pulang.”

Senyum Alourra merekah. “Lihatlah… kenapa masih menangis? Seharusnya kau bahagia, kakakmu yang cantik ini sudah di sini.”

Althea terkekeh di sela isaknya. “Kalau begitu, mana… tunjukkan empat plakat kebanggaan yang kau dapatkan sekaligus itu.” ujar Alourra kemudian

Dengan cepat, Althea menghapus air matanya. “Baik, ikut aku.” Ia menarik tangan Alourra menuju sisi ranjang, membuka laci meja kayu di sebelahnya, lalu mengangkat empat plakat berkilau. “Lihat, Kak… ini semua.”

Alourra menatapnya dengan mata berbinar. “Althea… kau hebat sekali. Kakak sangat bangga… sangat bangga padamu.” Ia kembali memeluk adiknya, menundukkan kepala dan berbisik, “Terima kasih… karena kau sudah bertahan dan baik-baik saja.” Kata-kata itu membuat tangis Althea kembali pecah.

Beberapa lama mereka larut dalam pelukan, hingga Alourra kembali menenangkan, “Cukup, jangan menangis lagi. Sekarang aku sudah di sini, aku akan menjagamu althea.”

Althea mengangguk, "tidak, akulah yang akan menjaga kakak," ujarnya sembari menghapus sisa air mata, lalu tersenyum.

"baiklah baik" ujar Alourra.

“Tunggu, aku punya sesuatu untukmu,” ia teringat sesuatu. Ia bangkit menuju ranjangnya, membuka tas khusus yang tergeletak di sisi bantal. Althea memperhatikannya penuh rasa ingin tahu.

“Duduklah di sini,” kata Alourra sambil menepuk kasur. Althea pun duduk di sebelahnya.

“Apa itu?” tanya Althea penasaran.

Alourra mengangkat sebuah botol kaca kecil, berisi cairan biru berkilau bagai serpihan langit senja. “Ini… nektar bunga Myosotis.”

Althea mengerutkan kening. “Aku tak pernah mendengar nama itu.”

Alourra tersenyum samar. “Itu adalah bunga langka yang aku temukan di negeri yang jauh. Butuh waktu berbulan-bulan untuk menemukannya. Cobalah… kau pasti menyukainya.”

Dengan hati-hati, Althea menuangkan isinya ke dalam gelas. Cairan itu memantulkan cahaya biru memukau, nyaris seperti memegang tetesan bintang. “Indah sekali… aku belum pernah melihat yang seperti ini,” gumamnya takjub.

“Iya… cobalah,” ujar Alourra sambil tersenyum tipis.

Althea mengangkat gelas itu ke bibirnya dan meneguk perlahan. Begitu cairan biru itu menyentuh lidahnya, matanya membulat lebar.

“Enak… ini enak sekali, Kak! Manis… sangat manis,” serunya penuh semangat. Ia segera meneguknya lagi, lalu lagi, seolah tak ingin berhenti.

“Benarkah? Kau menyukainya?” tanya Alourra, matanya memancarkan kehangatan.

“Aku suka… sangat suka!” jawab Althea mantap. Kemudian, raut wajahnya berubah menjadi penuh rasa ingin tahu. “Ah, Kakak… selama ini Kakak ke mana?”

Alourra terdiam sejenak, jemarinya meremas ujung gaunnya, menimbang kata-kata yang tepat. "Jika aku ceritakannya, mungkin kau tidak akan percaya…" Perkataan Graclle kembali terngiang di benaknya, bahwa apa yang ia lihat dan alami, takkan mudah dipercaya orang lain yang tak menyaksikannya sendiri.

“Aku percaya,” potong Althea cepat, seolah mampu membaca keraguan kakaknya. “Ayo, Kak… ceritakan padaku,” pintanya penuh antusias, nyaris memaksa.

Alourra tersenyum kecil. “Baiklah… baiklah. Akan Kakak ceritakan.”

Mereka pun mulai bertukar kisah, Alourra menceritakan hari-harinya di bawah bimbingan Graclle, mempelajari kendali atas elemen-elemen sihirnya, juga bertemu para peri, yang sontak membuat Althea terkagum-kagum; sementara Althea bercerita tentang kehidupannya di Akademi Kerajaan, Bagaimana dirinya mengabiskan waktu bersama Arzhel, dan ditempa menjadi bangsawan yang kelak akan memikul tanggung jawab besar membuat Alourra benar-benar bangga padanya.

...───✦───...

Sementara itu, jauh di Istana Eamora…

“Yang Mulia Duke Aelion, ada surat dari Kepala Akademi Stevia,” ujar Paul, kepala pelayan, sembari membungkuk hormat.

“Berikan padaku,” jawab sang Duke, yang tengah duduk di bangku taman istana, dikelilingi aroma mawar dan melodi air mancur.

Ia menerima gulungan perkamen bersegel emas itu, lalu membukanya. Tatapannya berubah tegang seiring kata demi kata terbaca.

...───✦───...

...Salam hormat kepada Yang Mulia Duke Aelion, cahaya kebaikan Kerajaan Eamora....

...Bersamaan dengan surat ini, hamba membawa kabar bahagia… sekaligus kabar buruk yang patut diwaspadai....

...Pertama, kabar bahagia:...

...Alourra telah berhasil menguasai dan mengendalikan setengah dari kekuatan sihirnya....

...Kedua, kabar buruk yang mengkhawatirkan:...

...Alourra memiliki tujuh elemen sihir, Cahaya, Air, Udara, Alam, Jiwa, Pemurnian, dan… Api....

...Kau pasti terkejut, sebagaimana hamba pun demikian saat mengetahuinya. Elemen Api yang ia miliki bukanlah api biasa, melainkan api kegelapan. Untunglah, keberadaan elemen Pemurnian di dalam dirinya menekan kekuatan itu, sehingga bahaya besar belum terjadi....

...Namun demikian, hamba khawatir. Kekuatan Api ini, jika tak terlatih, bisa meledak sewaktu-waktu. Maka, hamba memohon bantuan Yang Mulia, temukan sebuah kitab kuno yang memuat pengetahuan tentang elemen Api kegelapan, dan carikan guru yang mampu mengajarkan pengendalian elemen Pemurnian. Hanya dengan begitu kedua elemen itu dapat berjalan beriringan dan mencapai keseimbangan....

...Tertanda hormat,...

...·𖥸·...

...Graclle...

...───✦───...

Duke Aelion menatap kosong pada huruf terakhir di surat itu. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya, sementara jemarinya meremas perkamen hingga terdengar bunyi lipatan yang kaku.

“Ada apa, Duke Ael?” tanya Paul, nada suaranya sarat kecemasan. “Apa yang tertulis di sana?”

“Kau bisa membacanya sendiri,” jawab Aelion dingin, menyerahkan perkamen itu.

Paul menerimanya, lalu membacanya dengan seksama.

“Duke… ini…” ucapnya tertahan.

“Jangan biarkan kabar ini menyebar ke seluruh Kerajaan Eamora. Dan, Paul… carikan buku yang disebutkan Graclle dalam surat ini. Segera,” perintah Aelion tegas.

“Baik, Yang Mulia.” Paul membungkuk, lalu bergegas pergi.

Namun, tanpa mereka sadari, seekor kelelawar bertengger di dahan pohon besar tak jauh dari situ. Matanya merah menyala, telinganya tajam menangkap setiap kata.

Sttt… kikikik… ternyata itu yang terjadi. Aku akan memberitahukannya pada Yang Mulia…

1
anggita
like👍 iklan👆, moga novelnya lancar.
anggita
iri 😏
anggita
visualisasi gambar tokoh dan latar belakang tempatnya bagus👌
Nanachan: wah trimakasih banyak kak, jadi makin semangat 🫰🫶
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!