Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Paham situasi.
Bang Arial dengan sigap membantu Bang Renes menyadarkan Fia. Bang Zeni pun turut menjenguk bersama Nadia, istrinya.
Nadia segera menyusul dengan membawa minyak angin dan air hangat. Suasana di ruangan itu terasa tegang dan penuh kekhawatiran.
"Bagaimana ini, Ren? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bang Zeni cemas.
Bang Renes menghela napas panjang. "Semuanya rumit, Bang. Ternyata Fia tidak tau kalau saya sudah duda dan punya anak. Dia juga tidak tau kalau Laras sedang hamil tua."
"Sesuai dugaan Abang, Ren. Kenapa kamu tidak cerita dari awal?" Bang Zeni menggelengkan kepala. "Ini semua salahmu karena tidak jujur."
Nadia datang dengan membawa handuk kecil yang sudah dibasahi air hangat. Ia membantu mengompres dahi Fia yang masih tidak sadarkan diri.
"Sudah, jangan menyalahkan Om Renes terus. Sekarang yang penting adalah bagaimana caranya menenangkan Fia." kata Nadia lembut.
Setelah beberapa saat, Fia mulai membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan mata, berusaha sadar, mengumpulkan pikiran dan menyesuaikan diri dengan cahaya di sekitarnya.
"Oomm... Mbak Laras..." lirih Fia dengan suara lemah. Air matanya kembali mengalir membasahi pipi.
Bang Renes menggenggam erat tangan Fia. "Tenang dulu, Dek. Saya akan jelaskan semuanya. Tapi sekarang, kamu istirahat dulu, ya?"
Fia menggelengkan kepala. "Tidak mau, Fia mau pulang..!! Fia tidak mau sama Om, lagi..!!"
"Fia, dengarkan saya dulu.." bujuk Bang Renes. "Saya tau saya salah, tidak peka keadaan. Saya minta maaf karena tidak langsung jujur sama kamu. Tapi sungguh, saya sayang sama kamu."
"Sayang? Kalau sayang, kenapa Om bohong?" Fia menatap Bang Renes dengan tatapan penuh kekecewaan. "Om jahat..!!! Fia benci sama Om..!!"
Bang Renes terdiam. Ia tau kata-katanya tidak akan bisa mengubah perasaan Fia saat ini. Ia hanya bisa berharap waktu akan menyembuhkan luka di hati istrinya.
"Saya bukan laki-laki yang tidak punya perasaan, saya juga masih punya pikiran waras, dek. Dengarkan baik-baik. Om Renes mu ini duda. Duda anak satu." kata Bang Renes akhirnya. "Dosakah status saya dalam pandanganmu??"
Tak lama Laras datang dan menggandeng Farra ke dalam ruangan. Gadis itu berlari kecil menghampiri Bang Renes.
"Papaaaa.. Aya rindu Papa."
Bang Renes tersenyum kemudian berjongkok menyambut putrinya dalam dekapannya.
"Oya?? Mana sayangnya untuk Papa kalau rindu???" Jawab Bang Renes.
Si kecil Farra mencium pipi Bang Renes dengan sayang. "Aya sayang Papa." Ekor matanya beralih pada Fia yang berusaha bangkit.
Nadia dan Bang Renes membantunya untuk duduk kemudian Bang Renes mengusap pipi Farra.
"Itu Mama Fia, mamanya Farra juga. Ayo salim sama Mama Fia..!!" Perintah Bang Renes.
Farra turun dari gendongan lalu meraih tangan Fia. "Hai Mama Fia, kata Papa.. Aya punya dua Mama dan kata Papa, Mama Fia sangat cantik."
Bang Renes kembali berjongkok di samping putrinya. "Jadi bagaimana, cantik atau tidak??"
"Seperti kata Papa, Mama Laras dan Mama Fia sama-sama cantiknya. Tapi satu yang paliiiing cantik.. Ayaaaa..!!!!!!" Tawa riang gadis kecil itu memberi aura positif bagi seisi ruangan.
Fia menelan ludah, ia tidak bisa menjabarkan bagaimana perasaannya saat ini hingga kemudian ia melihat Bang Arial menggamit pinggang Laras.
"Farra nggak sayang ayah?" Goda Bang Arial pada 'putrinya'.
"Ayya juga sayang Ayah." Jawab Farra.
Sontak saja Fia menangis, seisi ruangan mengurai nafas kelegaan.
...
Fia sudah mau menerima air minum yang di berikan Bang Renes, ia pun sudah memahami duduk perkaranya. Perlahan hatinya juga mulai lega.
Laras duduk di hadapan Fia dan bicara dari hati ke hati. Hanya ada Bang Zeni sebagai saksi beserta "Kami berpisah baik-baik, tanpa paksaan dari pihak manapun. Tidak ada hubungan apapun lagi di antara kami. Bang Arial sudah mengerti permasalahan ini secara jelas dan kini kamu harus tau permasalahan juga agar tidak ada salah paham lagi di kemudian hari."
Bang Renes menengadah, ia mengingat perjalanan rumah tangganya bersama Laras yang berakhir tanpa adanya cinta.
"Kami berpisah karena ada salah satu nafkah batin yang tidak bisa Bang Renes penuhi. Selama menjadi istri Bang Renes, beliau memperlakukan saya dengan baik, tidak kasar dan selalu perhatian. Hanya saja wanita tidak hanya butuh materi dan perhatian fisik semata. Saya tidak 'disayangi' dalam hal tertentu." Imbuh Laras.
Fia menatap wajah suaminya dengan penuh tanda tanya, seulas senyum menghias wajah suaminya itu.
"Meskipun harus berulang kali saya katakan, saya tetap memohon maaf. Laras pasti sudah tau jawabannya, alasan saya tidak pernah menyentuhmu sebagai istri saya, dulu." Jawab Bang Renes.
Bang Arial mengurai senyum. "Inilah cara Tuhan mempertemukan kita semua. Tapi apapun yang terjadi, saya berterima kasih karena kamu telah menjaga 'kesucian' Laras di dalam lingkaran. Sekarang biar saya yang melanjutkan dan kamu bisa memulai harimu bersama gadis yang kamu cintai sejak dulu. Insya Allah saya akan selalu membantumu menjaga dan membesarkan Farra."
:
Fia termenung sambil mengusap perutnya yang masih datar, ia terus menatap wajah cantik si kecil Farra yang sedang tidur di sofa. Paras wajahnya secantik ibunya, sebersit wajah Bang Renes juga ada disana.
Sebisa mungkin Fia menarik nafas kemudian membuangnya pelan. Hatinya terbolak balik, mungkin terbawa hormon kehamilan. Adanya Farra memang tidak pernah di sengaja tapi setelah dirinya pernah melewatkan malam bersama Bang Renes, tentu ada sekelebat sentilan dalam hatinya apalagi saat kini dirinya melirik gagahnya langkah Bang Renes yang tengah mondar mandir sembari menjawab panggilan telepon dari seberang sana, ia pun tidak bisa menepis aura jantan sang suami.
Tiba-tiba saja kepala Fia pening tak sanggup membayangkannya.
"Kenapa dek? Pusing lagi?? Sebentar lagi saya antar pulang." Kata Bang Renes kemudian menutup panggilan teleponnya.
"Om.. masih cinta kah Om sama Mbak Laras??" Tanya Fia.
Kini Bang Renes pahami, istrinya itu ternyata sedang cemburu.
"Kalau cinta, tidak mungkin kami berpisah. Saya hanya menghormatinya sebagai ibu dari Farra, saya juga sudah menganggapnya adik, tidak lebih." Jawab Bang Renes jujur.
"Hmmm.. Bagaimana kalau ternyata saat ini Fia mencintai laki-laki lain, Bang Hara misalnya?"
Entah kenapa pertanyaan Fia seakan sebagai pancingan emosi bagi Bang Renes. Hanya saja dalam situasi seperti ini, Bang Renes tidak ingin menarik amarah mengingat hatinya sedang bahagia atas kehamilan Fia.
"Saya tidak tau, apakah ini bagian dari karma Tuhan karena saya sudah melakukan dosa besar di masa lalu. Saya sudah berusaha untuk tobat dan memperbaiki diri, tapi harap saya.. Saya ingin di berikan kesempatan untuk bisa membimbing istri dan anak saya kelak. Biarlah yang pahit saya telan agar istri saya bisa menerima manisnya. Tapi terus terang, saya masih egois, masih belum bisa ikhlas jika hatimu terbagi." Bang Renes beranjak menahan emosi agar tidak menyakiti hati Fia.
"Baang..!!!!" Panggil Fia.
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂