Selina, seorang agen narkotika, yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, Selina justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie.
Hingga suatu ketika, Febrian menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Brian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
CUSS.. BACA NOVELNYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalung yang meresahkan.
Selina masih terpaku memandang kalung milik Sofie yang saat ini ada dalam genggamannya. Perlahan ia menutup kembali kotak kayu milik Sofie dan menaruhnya ke tempat semula dengan hati-hati.
Kalung itu, ya, kalung itu harus ia temukan secepatnya. Kalung miliknya yang mirip dengan kalung milik Sofie. Ia ingin memastikan, jika kalung miliknya itu adalah pasangan dari kalung milik Sofie. Jika itu benar adanya, tidak tertutup kemungkinan jika dia adalah Sonya. Adik Sofie yang sudah 25 tahun menghilang.
Selina bergegas mengeluarkan ponsel yang ia sediakan khusus untuk menghubungi Robin. Ia pun mengendap keluar kamar menuju suatu ruangan yang sepi tanpa ada orang yang bisa mendengar pembicaraannya dengan Robin. Setelah memastikan aman, Selina pun menghubungi Robin lewat ponselnya.
"Halo, Robin. Aku butuh kalung milik Selina. Kamu bisa membantuku tidak?" tanya Selina setengah berbisik saat panggilan telponnya terhubung dengan ponsel milik Robin.
"Kalung? Kemana aku harus mencarinya? Kalung itu selalu dipakai Selina kemana-mana. Suatu hal yang mustahil aku menemukannya. Kecuali...," Robin sejenak terdiam.
"Kecuali kamu menggali kuburnya dan mengambilnya dari jasad Selina yang sudah mati." Sambung Selina cepat.
"Gila! Kau sudah gila ya? Aku tidak mau! Itu adalah pekerjaan tak masuk akal! Mana mungkin aku melakukan hal yang menyeramkan seperti itu." Tolak Robin terdengar gusar.
"Lakukan itu! Kau bisa membayar orang lain untuk membongkar kuburannya 'kan, jangan menolak perintah ku Robin, atau aku hancurkan tempat persembunyianmu," ancam Selina penuh tekanan.
"Terserah kau! Kau tak ubahnya seperti jelmaan Selina yang hidup kembali dalam raga orang lain! Gila dan kasar!" teriak Robin berucap tanpa sadar.
"Anggap saja begitu. Aku adalah kembaran Selina!" Ucap Selina terkekeh geli mendengar ucapan Robin yang belum juga sadar tengah berbicara dengan siapa.
"Dasar wanita jahat!" maki Robin marah.
TUT.......
Senyum Selina mengembang sinis saat Robin memutuskan panggilan telpon darinya sesuka hati. Tinggal menunggu gebrakan Robin. Ia yakin, pemuda itu akan melakukan perintahnya. Sebab Robin, adalah salah satu orang kepercayaannya yang sudah ia anggap seperti teman dan saudara sendiri selama ini.
"Nyonya, apakah Anda sudah sembuh?"
Mendadak Betty muncul dari belakangnya mengejutkan Selina yang baru saja selesai menelpon Robin.
Dahi Selina seketika berkerut tajam memandangi pelayan kesayangan Febrian itu penuh selidik.
"Sejak kapan kamu menguping pembicaraanku Betty?" selidik Selina penuh rasa curiga.
"Menguping? Saya tidak menguping Nyonya. Saya baru saja lewat dan melihat Nyonya disini." Jawab Betty bingung seolah tak tahu apa-apa.
Sorot mata Selina perlahan berubah kembali biasa. Sikap Betty yang tampak kebingungan, menghapus rasa curiga yang timbul di hatinya. Ia pun menggenggam kedua tangan Betty kuat.
"Betty, aku bisa minta bantuanmu tidak?" Selina menatap Betty intens.
"Bantuan, bantuan apa Nyonya?" Betty memandang Selina bingung.
"Kalau Brenda datang kerumah, pantau setiap gerak geriknya. Aku mencurigai Brenda punya niat yang buruk terhadap diriku dan suamiku." Jelas Selina menyampaikan keinginannya pada Betty.
"Jadi Nyonya juga mencurigai Nona Brenda?" seru Betty tertahan menampakkan ekspresi kaget diwajahnya mendengar ucapan Selina.
"Bukan Nyonya saja, saya juga curiga dengan Nona Brenda. Awalnya saya mau cerita sama Nyonya tentang kelakuan Nona Brenda. Tapi, saya takut Nyonya tidak percaya. Soalnya, selama ini Nona Brenda terlihat akrab dengan Nyonya." Ungkap Betty tiba-tiba memberitahu Selina tentang isi hatinya.
"Apa saja yang kamu ketahui tentang Brenda? Katakan lah, biar aku bisa tahu kelakuannya yang sebenarnya." Tanya Selina penasaran.
"Itu Nyonya, setiap kali datang kesini, Nona Brenda suka masuk diam-diam ke ruangan kerja Tuan tanpa izin sama sekali pada Tuan. Selain itu, saya juga pernah kepergok Nona Brenda mencoba merayu Tuan di belakang Nyonya." Ujar Betty jujur menjelaskan perbuatan Brenda pada Selina.
"Tapi, percayalah Nyonya, Tuan Febrian tidak akan tergoda dengan Nona Brenda. Soalnya, Tuan adalah lelaki paling setia di dunia. Hehehe..." Kekeh Betty mengulas senyum lebar di bibirnya.
Seketika wajah Selina memerah. Tidak ia sangka diam-diam Betty dan Febrian telah mengetahui kelakuan Brenda. Lebih baik ia juga berhati-hati pada Betty dan Febrian, termasuk Jimmy. Jika tidak, rahasia dirinya sebagai Selina akan cepat ketahuan dan bisa berakibat fatal.
"Kamu yakin!? Brenda tidak berselingkuh dengan suamiku Betty? Aku takut, jika itu benar terjadi. Aku tak bisa hidup tanpa Febrian. Kamu tahu 'kan Bet, aku sangat mencintai suamiku." Selina mulai berdrama di hadapan Betty, bersikap seolah takut kehilangan Febrian.
"Nyonya, Anda tak perlu cemas. Aku siap mengawasi gerak gerik wanita gatal itu. Aku juga tak mau, rumah tangga Nyonya dan Tuan rusak oleh wanita seperti Nona Brenda. Pokoknya Nyonya tenang saja. Jika perlu, aku akan membuat wanita itu tidak betah setiap kali ia datang kesini." Ujar Betty bersemangat.
YESS! BERHASIL!
Selina nyaris melonjak kegirangan mendengar ucapan Betty. Dia berhasil membuat Betty menaruh rasa percaya padanya dan membuat Betty berada dalam kekuasaannya. Walaupun belum sepenuhnya, tapi itu cukup membantu Selina untuk memanfaatkan Betty sebagai pengawas yang memantau Brenda setiap kali datang kerumah itu.
*****
Hari mulai berganti sore. Febrian tampak mengenakan pakaian santai ala rumahan seperti kaos oblong dan celana pendek yang suka menjadi atributnya kala menikmati sore di teras rumahnya.
Secangkir kopi pahit dan sepiring cemilan menjadi teman duduknya di kala santai sambil memandang pemandangan taman yang menghias sekeliling rumah mewahnya.
"Selamat sore Tuan!"
Tiba-tiba Brenda muncul sambil membawa tumpukan berkas yang ia dekap erat dalam pelukannya.
Penampilan Brenda yang menggunakan baju terbuka lebar di bagian atas hingga memperlihatkan lekuk tonjolan dadanya, tanpa sengaja terlihat oleh Febrian yang terkejut melihat kemunculannya sore itu dengan pakaian yang cukup seksi menggoda.
Febrian jadi risih sendiri. Dia buru-buru berpaling membuang muka saat Brenda telah berada didekatnya.
"Ekhm, ada apa kamu kesini?" tanya Febrian dingin.
"Ini Tuan, saya mau menyerahkan laporan yang tadi anda perintahkan pada Jimmy untuk diselesaikan hari ini." Tangan Brenda terulur maju menyerahkan map berisi berkas-berkas yang ada ditangannya pada Febrian.
Tanpa melihat ke arah Brenda, Febrian mengambil map yang berisi berkas-berkas laporan proyek dari tangan Brenda dan membacanya dengan teliti.
"Oh ya Tuan, besok lusa pukul delapan malam, ada jamuan penting yang harus anda hadiri. Pimpinan perusahaan ASTECH GROUP mengundang anda untuk menghadiri perayaan pembukaan cabang perusahaannya yang baru di hotel Rollingstone." Ucap Brenda mengganggu konsentrasi Febrian yang sedang fokus membaca laporan darinya.
"Bagaimana dengan negosiasi harga yang kita ajukan kemarin pada kontraktor untuk pembangunan Real estate Villa Garden? Apa sudah ada kesepakatannya?" tanya Febrian seraya menaruh map yang di berikan Brenda di atas meja yang ada dihadapannya.
"Belum Tuan, mereka masih bertahan dengan harga yang mereka minta. Mereka beralasan, harga bahan bangunan saat ini ada yang naik 20 persen dari harga tahun lalu. Mereka mengeluh karena hanya mendapat sedikit keuntungan dari proyek yang kita berikan."
Sejenak Febrian terdiam. Lelaki tampan itu tampak sedang berpikir keras setelah mendengar perkataan Brenda.
Sementara itu tak jauh dari teras, tepatnya di balik sebuah tiang besar yang ada di pelataran teras, sosok Betty tampak bersembunyi mengintip sekaligus menguping pembicaraan Febrian dengan Brenda.
Pelayan wanita yang sudah di beri tugas oleh Selina untuk memata-matai Brenda itu terlihat memiringkan bibirnya kecut memandang penampilan Brenda yang seksi menggoda dengan penuh kebencian.
"Cih! Kucing garong sialan! Lihat saja, aku akan laporkan pada Nyonya Sofie. Huh!" dengusnya jengkel bergegas lari masuk ke dalam rumah untuk menemui majikan perempuannya yang belum tahu dengan kemunculan Brenda di rumah itu.