NovelToon NovelToon
Rahasia Kuil Naga

Rahasia Kuil Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Epik Petualangan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lien Machan

Di jantung hutan misterius, terdapat sebuah kuil kuno yang tersembunyi dan dirahasiakan dari dunia luar. Konon katanya, Kuil tersebut menyimpan sebuah kekuatan dahsyat yang bisa menggemparkan dunia.

Sampai saat ini banyak yang mencari keberadaan kuil kuno tersebut, namun sedikit orang yang bisa menemukannya.

Akan tetapi, tak ada satupun yang berhasil kembali hidup-hidup setelah memasuki kuil kuno itu.

Sebenarnya, kisah apa yang tersimpan di dalam kuil kuno tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lien Machan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22

Bab 22~Perjalanan menuju Lembah Petir(bagian 3)

Xiansheng, lebih suka dipanggil Asheng. Dia adalah siluman ulat sutra.

Kesehariannya ialah mengumpulkan makanan sambil bermain di hutan.

Bocah itu sudah tak memiliki keluarga dan hanya tinggal bersama para siluman lainnya di hutan Cheoshan dekat gunung Run.

Terkadang bocah ulat sutra itu menjadi bahan olokan para siluman lain sebab tubuhnya yang kecil dan tenaganya yang lemah. Asheng juga sering menangis untuk hal sepele membuat semua siluman menjulukinya dengan sebutan bocah cengeng.

Karena sakit hati atas ejekan itu, Xiansheng akhirnya kabur ke dataran tinggi Lushan dan berniat tinggal di sana seorang diri sampai Zhang Yuze datang lalu tak sengaja menduduki tubuhnya yang memang kecil dan tak terlihat.

"Maafkan aku karena bersikap kurang ajar padamu sebelumnya. Sejujurnya aku memang tak melihat tubuhmu karena kau memang sangat kecil," ujar Zhang Yuze blak-blakan.

Mata Xiansheng sudah berembun siap menumpahkan air mata, namun Zhang Yuze tak peduli seolah itu bukan masalah besar sebab memang kenyataannya seperti itu.

"Kau mau menangis lagi? Dengar bocah, kehidupan itu keras, perlu perjuangan untuk bertahan. Jika kau menangis hanya karena ucapan itu, lalu kau mau apa jika ada yang hendak membunuhmu? Coba katakan padaku!" ketus Zhang Yuze.

"Kau harus tumbuh menjadi kuat dan membuktikan pada semua kelompokmu bahwa kau lebih kuat dari mereka. Tunjukan pada mereka bahwa kau tak selemah yang terlihat," imbuhnya lagi.

Mendengar perkataan Zhang Yuze, Xiansheng pun terdiam sambil menunduk, memikirkan apa yang diucapkan pemuda asing tersebut.

Benar kata Zhang Yuze, hidup bukan sekedar menangisi harga diri tapi juga harus mempertahankan harga diri tersebut.

"Kau benar, manusia. Mulai sekarang, aku harus banyak berlatih agar bisa melindungi diri sendiri juga yang lainnya." Xiansheng berdiri sambil mengepalkan tangan, bertekad untuk merubah diri. "Terima kasih, ....Gege!" ucapnya malu-malu setelah berbalik menghadap Zhang Yuze.

Pemuda itu tersenyum lalu mengulurkan tangan, mengacak-acak rambut pendek Xiansheng yang bagian belakangnya dikepang.

"Hei, susah payah aku menata rambut, kau malah mengacak-acaknya begitu saja. Dasar!" protesnya kesal.

Tawa Zhang Yuze meledak karena sikap Xiansheng yang terlihat imut di matanya. "Maaf, soalnya kamu lucu." celetuknya menggoda sambil mencubit pipinya.

Xiansheng menepis tangan itu cukup keras. "Jangan perlakukan aku seperti anak kecil! Aku tak suka," ketusnya sembari memalingkan wajah.

Zhang Yuze mengangguk sembari tersenyum. "Baiklah, siluman yang tidak mau disebut anak kecil. Memangnya berapa usiamu?" Ia tahu jika siluman pasti memiliki usia lebih tua dari manusia, walaupun penampilannya terlihat muda.

Sambil melipat kedua tangan di dada dan memalingkan wajah, Xiansheng menjawab ketus. "Seratus lima puluh tahun,"

Benar kan tebakannya, bahwa siluman memang memiliki usia jauh lebih tua dibanding manusia. Walaupun usia Xiansheng sudah seratus lima puluh tahun, tapi dia terbilang masih muda di antara kelompoknya.

"Wah, kau lebih tua dari Ibuku. Haruskah aku memanggilmu Kakek?" kelakar Zhang Yuze menggoda. Wajahnya terlihat serius tapi nada bicaranya terdengar santai membuat Xiansheng tertawa.

"Hahaha, kau bercanda Gege. Aku paling muda di antara kelompokku, jadi kau tak bisa memanggilku Kakek. Menyebalkan," Setelah tertawa lepas, ia merajuk kemudian.

Walaupun tahu jika Zhang Yuze sedang bercanda, tapi bocah ulat sutra itu juga senang menggoda pemuda tersebut.

Keduanya pun tertawa sambil saling menggoda, terlihat akrab dibanding sebelumnya.

"Baiklah Asheng, kau bisa kembali ke tempatmu lagi tanpa memperdulikan ejekan mereka. Sementara aku harus kembali melanjutkan perjalanan," ujar Zhang Yuze kemudian berpamitan.

Xiansheng terlihat sedih karena mereka akan berpisah. Bocah ulat sutra itu mengeluarkan sesuatu dari tangannya kemudian menyerahkan pada Zhang Yuze. "Sebagai tanda pertemanan kita, aku memberikan sutra ini untukmu. Kau bisa menggunakannya di saat menghadapi kesulitan. Terimalah, Gege!"

Sutra seukuran kelereng itu diterima Zhang Yuze dengan rasa haru. Ternyata siluman kecil itu cukup bersahabat hingga memberikan barang miliknya tanpa ragu.

Zhang Yuze pun mengeluarkan inti monster yang didapatnya setelah mengalahkan monster katak sebelumnya. "Ini untukmu. Kau bisa meningkatkan kekuatanmu dengan ini,"

Melihat benda di tangan Zhang Yuze seketika mata Xiansheng berbinar. Ia benar-benar senang mendapat inti monster dengan kualitas tinggi itu sampai melompat-lompat kegirangan.

"Kau benar-benar memberikannya padaku? Apa kau tak memerlukannya? Apa kau tak akan menyesal?" deretan pertanyaan itu terlontar seiring gerakan tangan mengguncang lengan Zhang Yuze.

"Aku bisa mencarinya lagi," sahut Zhang Yuze santai.

Xiansheng tersenyum senang. "Terima kasih, Gege. Kau memang orang baik,"

Setelah itu mereka pun benar-benar berpisah.

Zhang Yuze segera meninggalkan dataran tinggi Lushan kemudian melewati bukit Gongda agar bisa sampai di Lembah Petir.

Di sepanjang perjalannya kali ini tak ada sesuatu yang menghalangi hingga Zhang Yuze sedikit lega namun tetap waspada sebab tempat yang dilaluinya itu adalah area terlarang dan sangat berbahaya.

Krash ... Krash ...

Ranting dan dedaunan kering terinjak menimbulkan suara, mengusik sesuatu yang tak terlihat Zhang Yuze tapi bisa dirasakannya.

Walaupun Zhang Yuze tahu bahwa ada yang sedang memperhatikannya, ia tetap tenang dalam melangkah tanpa pergerakan apapun yang bisa menimbulkan kewaspadaan lawannya.

Berpura-pura seolah tak mengetahui adalah siasat Zhang Yuze agar musuh keluar sendiri dari persembunyiannya.

Ketika sudah memasuki area bukit Gongda sepenuhnya, tiba-tiba saja tanah bergemuruh kemudian terbelah cukup lebar dan panjang.

Hampir saja Zhang Yuze terperosok ke dalam tanah seandainya tak menghindar secepatnya.

Kakinya melompat lalu berguling di tanah yang utuh sambil meningkatkan kewaspadaan.

Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan dengan memasang telinga serta insting yang kuat untuk membaca pergerakan dari berbagai arah.

Matanya melebar ketika merasakan sesuatu dari belakangnya. "Whoooaaaa!" Zhang Yuze melompat kembali dengan gerakan secepat kilat sebab serangan itu terus mengincarnya.

Slash ... Slash ....

Tubuh Zhang Yuze berputar menghindari serangan yang terus mengarah padanya.

Slash ...

Booooommmm

Batu besar di depannya meledak dan hancur berkeping.

Zhang Yuze melompat kembali ke atas sebelum tanah yang dipijaknya terbelah karena serangan yang mengarah padanya.

Slash ...

Duaaaarrr

Kepulan asap mengepul ke atas ketika serangan tersebut membentur tanah yang dipijaknya tadi.

"Sial, dia tak memberiku jeda," gerutu Zhang Yuze sembari terus menghindar.

Wuuuuussshhhh

Sesuatu seperti selendang panjang berwarna merah keluar dari pohon besar lalu menangkap tubuh Zhang Yuze dan melilitnya kuat.

Swiiiiiiisssshhhh

"Whoooaaaaaaaaa!" Zhang Yuze berteriak keras karena tubuhnya terjun bebas ke dalam tanah yang terbelah sebelumnya.

Blugh

"Aduh!" keluhnya.

Draaaaaaaakkk

"Hei!" Zhang Yuze memekik ketika tanah di atas kepala tempat ia terjatuh tadi menutup kembali hingga keadaan di sekitarnya menjadi gelap gulita.

"Monster jenis apa yang harus ku hadapi sekarang?!" gumamnya.

Tiba-tiba saja tempat gelap itu menjadi terang seiring kemunculan beberapa wanita di sana.

Nampak di depan Zhang Yuze seorang wanita duduk di singgasana dengan anggunnya. Di sisi kiri dan kanan terdapat beberapa wanita lainnya berjejer mengenakan pakaian seragam.

"Selamat datang di Istanaku!" ucap wanita yang diduga pemimpinnya itu.

Wanita tersebut berjalan menghampiri Zhang Yuze lalu mengulurkan tangan menyentuh wajahnya dengan gerakan lembut. "Pria tampan, maukah kau menikah denganku?!"

"Apa?"

...Bersambung .......

1
Kaum rebahan
lanjut
y@y@
👍🏼🌟👍🏾🌟👍🏼
y@y@
💥👍🏾⭐👍🏾💥
Mamat Stone
/Gosh/
Mamat Stone
/Panic/
Elisabeth Ratna Susanti
top markotop 👍
Elisabeth Ratna Susanti
paket komplit karya ini, visualnya keren, kisahnya keren, dan seru pollll. like plus subscribe 👍
MoonShape
secara logika Shizen termasuk org yg memiliki tekad kuat sampai bisa bertemu dengan kuil naga kuno... aku baca ulang klan Gui yg ngejar Shizen mati di tempat jdi itu mungkin keinginan hatinya(?)... berarti, shizen juga termasuk orang yg meminta sesuatu utk 'kejahatan' 🤔😵‍💫
MoonShape: jadi Shizen hidup!
Machan: Shizen cuma minta diselamatkan maka dia akan mengabdi pada dewa selamanya. untuk suku Gui memang gak bisa mendekati kuil naga sebab mereka manusia siluman yang bermusuhan dengan dewa hingga mereka dibasmi karena kejahatannya, bukan karena permintaan Shizen🤗
total 2 replies
MoonShape
wah, Shizen ini...
MoonShape
karena kehendak author
Machan: 😅😅othor berkuasa
total 1 replies
Mamat Stone
💪🔥💪
Mamat Stone
🔥💪🔥
Mamat Stone
sukses selalu Thor
Mamat Stone
sehat selalu Thor
Machan: makasih, kak. sehat selalu juga untukmu🤗
total 1 replies
y@y@
💥👍🏻👍🏼👍🏻💥
y@y@
🌟👍🏿👍🏾👍🏿🌟
y@y@
⭐👍🏼👍🏻👍🏼⭐
Mamat Stone
/Facepalm/
Mamat Stone
/Silent/
Mamat Stone
/Casual/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!