NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Dokter / Penyesalan Suami / Nikah Kontrak / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:23.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Usaha Langit menebus kesalahan

...0o0__0o0...

...Langit duduk lama di musala setelah salat dhuha. Sinar matahari pagi menembus kisi jendela, membentuk garis cahaya di wajahnya yang letih....

...Di depannya, kitab kuning tua ayahnya terbuka. Tapi pandangan-nya kosong....

...Ayat-ayat yang dulu mudah ia pahami kini terasa seperti cermin — memantulkan dirinya yang lalai....

...“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja…”...

...(QS. An-Nisa: 3)...

...Ayat itu membuat dadanya kencang....

...Langit menutup kitab, menarik napas panjang, lalu beristighfar dalam hati. Ia sadar — selama ini ia sibuk membenarkan keadaan, bukan memperbaikinya....

...“Ya Allah,” bisiknya pelan, “aku sudah berlaku zalim pada hamba-Mu sendiri. Aku kehilangan arah, padahal aku yang seharusnya membimbing.”...

...Langit berdiri, mengambil kertas dan pena. Ia mulai menulis sesuatu. Tulisan tangannya goyah, tapi isi surat itu keluar dari dasar hatinya....

...Untuk Jingga,...

...Aku tak tahu harus mulai dari mana, karena semua penyesalanku terasa tak pantas diucapkan setelah aku membuatmu menunggu dalam sepi....

...Aku tidak ingin lagi menyebut kata “khilaf”. Karena itu bukan sekadar khilaf — itu kelalaian, kesombongan, dan kelemahan yang menyakiti....

...Aku terlalu sibuk menenangkan hati orang lain, sampai lupa bahwa hatimu juga sedang aku biarkan retak....

...Aku lupa, berlaku adil bukan hanya tentang hadir secara bergiliran... tapi tentang menepati janji, menenangkan, dan menjaga yang sudah kuberi amanah....

...Aku tahu maafmu tidak mudah. Tapi izinkan aku memperbaiki diriku, bukan dengan janji — melainkan dengan sikap....

...Aku akan belajar menjadi pemimpin yang bukan hanya pandai berbicara tentang agama, tapi juga menjalankannya dengan benar....

...Jika suatu hari kamu belum siap bicara, aku akan tetap menunggu....

...Bukan sebagai suamimu, tapi sebagai hamba Allah yang sedang menebus kesalahannya padamu....

...Langit....

...Langit menatap tulisan itu lama....

...Surat itu bukan sekadar permintaan maaf — tapi niat untuk memperbaiki arah hidupnya. Ia melipat kertas itu dengan hati-hati, lalu berjalan menuju kamar Jingga....

...Langkahnya perlahan, penuh ragu, tapi juga penuh tekad....

...Di depan pintu itu — pintu yang kemarin menolak dirinya — Langit berdiri lebih lama dari sebelumnya. ...

...Langit tidak mengetuk kali ini. Ia hanya menyelipkan surat itu di bawah pintu, lalu menunduk dalam-dalam....

...“Semoga Allah lembutkan hatinya…” bisiknya pelan....

...Langit beranjak pergi tanpa menunggu balasan. Tidak ada suara dari dalam, tidak ada langkah mendekat....

...Tapi entah mengapa, untuk pertama kalinya sejak semalam, hatinya sedikit lebih tenang....

...0o0__0o0...

...Beberapa menit kemudian, Jingga melangkah ke arah pintu kamar. Ia melihat selembar kertas terselip di bawahnya....

...Tangannya gemetar saat mengambilnya — tulisan tangan Langit yang ia kenal dengan baik....

...Jingga membaca perlahan, kalimat demi kalimat. Setiap kata menampar sekaligus menghangatkan hatinya....

...Di akhir surat, ada tetes tinta kecil yang tampak seperti bekas air mata....

...Jingga menutup surat itu di dadanya, memejamkan mata....

...“Kalau memang dia sungguh berubah... maka biar Allah yang menilainya, bukan aku,” gumamnya lirih....

...Tapi air matanya tetap menetes — kali ini bukan karena marah, melainkan karena masih ada kecewa... yang belum sanggup ia maafkan....

...0o0__0o0...

...Beberapa hari berlalu sejak surat itu....

...Jingga belum menjawab sepatah kata pun. Ia masih menjaga jarak, berbicara seperlunya, dan menatap Langit dengan tatapan datar yang membuat dada pria itu nyeri setiap kali berpapasan....

...Namun, kali ini Langit tidak lagi menuntut pengertian. Ia memilih menebusnya lewat perbuatan....

...Pagi itu, selepas salat Subuh berjamaah, Langit duduk di ruang tamu. Di hadapannya sudah ada Nesya — istri pertamanya — dengan wajah manis dan suara lembut seperti biasa....

...“Abi, sarapan sudah siap,” ucap Nesya, menunduk anggun. “Aku masak bubur ayam kesukaan Abi.”...

...Langit menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. “Terima kasih, Sayang. Tapi hari ini, aku ingin sarapan bersama Jingga dulu.”...

...Sekilas, wajah Nesya menegang....

...“Abi ?” suaranya meninggi setipis rambut, tapi Langit tetap tenang....

...“Aku ingin memperbaiki kesalahan ku pada istri kecilku. Itu haknya,” ucap Langit datar tapi tegas. “Dan mulai hari ini, aku tidak ingin ada lagi pembagian waktu yang aku langgar, sekecil apa pun alasannya.”...

...Nesya terdiam. Wajahnya masih menunduk, tapi matanya menyipit tajam. Dalam diam, api kecil cemburu menyala di dadanya....

...“Baik, Abi,” jawabnya pelan, mencoba menutupi kecewa dengan senyum manis. Namun senyum itu dingin — penuh perhitungan....

...Langit berdiri, melangkah menuju kamar Jingga dengan hati-hati. Pintu itu masih tertutup, tapi kali ini ia mengetuk dengan tenang....

...Tok... Tok......

...Dari dalam, terdengar suara lembut Jingga....

...“Masuk, Kak.”...

...Langit membuka pintu perlahan....

...Di dalam, Jingga sedang menata rak buku. Ia tampak berusaha sibuk, tapi tatapannya langsung berubah kaku saat melihat Langit....

...Langit menunduk sopan. “Aku tidak ingin mengganggu, hanya ingin bilang... aku sudah belajar tadi pagi, dan aku ingin memulai hari ini dengan cara yang benar.”...

...Jingga terdiam, hanya menatap....

...Langit melanjutkan dengan suara rendah namun mantap....

...“Mulai hari ini, aku akan memperbaiki giliran kita. Aku tidak akan biarkan satu malam pun berlalu tanpa izinmu. Aku akan jaga apa yang seharusnya aku jaga.”...

...Ia berhenti sejenak, menatap Jingga yang masih diam. “Dan... aku ingin kita sarapan bersama. Bolehkan, Dek ?”...

...Ada jeda lama sebelum Jingga menjawab. Ia menatap Langit, melihat sorot matanya yang kini jauh lebih tenang — tidak lagi defensif, tidak lagi penuh pembenaran....

...Hanya tulus....

...“Baiklah,” jawab Jingga akhirnya. “Tapi hanya sarapan, Kak. Aku belum siap bicara banyak.”...

...Langit mengangguk, senyum tipis terbit di wajahnya. “Itu sudah lebih dari cukup, Dek.”...

...0o0__0o0...

...Beberapa hari berikutnya, perubahan itu benar-benar terasa....

...Langit mulai menegakkan aturan di rumah tanpa pilih kasih. Ia tidak lagi membiarkan Nesya memanfaatkan “posisi istri pertama” untuk mendominasi....

...Jika ada keputusan keluarga, keduanya di ikutsertakan secara seimbang....

...Suatu malam, ketika Nesya mencoba menahan Langit lagi dengan alasan sederhana....

...“Abi, aku masih takut tidur sendirian...” —...

...Langit hanya menatapnya lembut namun tegas....

...“Nesya, rasa takutmu tidak bisa jadi alasan untuk menunda hak orang lain. Kalau kamu butuh teman, aku akan temani setelah izinnya ku peroleh dari Jingga. Itu aturan yang aku buat untuk diriku sendiri.”...

...Nada suaranya tidak keras, tapi penuh wibawa....

...Nesya terdiam. Bibirnya bergetar menahan kesal, tapi sorot mata Langit membuatnya tak sanggup membantah....

...Malam itu, untuk pertama kalinya, Nesya merasakan sesuatu yang asing....perasaan kalah, bukan karena di tinggalkan, tapi karena suaminya akhirnya berdiri di atas kebenaran, bukan kasihan....

...0o0__0o0...

...Di kamar lain, Jingga menatap sajadahnya dalam diam....

...Sudah lama ia tidak menangis dalam doa, tapi malam itu, air matanya jatuh perlahan....

...“Ya Allah...” bisiknya pelan, “aku tidak ingin balas dendam. Aku hanya ingin keadilan yang Engkau ridai.”...

...Ia mengangkat wajah, tersenyum samar. “Dan jika suamiku sungguh berubah karena-Mu, bukan karena aku... maka aku siap memaafkan.”...

...0o0__0o0...

...Langit duduk di taman samping rumah, membaca ayat yang dulu membuatnya tersadar. Namun kali ini, ia membacanya dengan dada lapang, bukan dengan rasa bersalah....

...“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untukmu pasangan hidup supaya kamu mendapatkan ketenangan, dan di jadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang...” (QS. Ar-Rum: 21)...

...Langit tersenyum tipis. Ia tahu perjalanan mereka belum selesai, tapi kali ini, ia berjalan dengan arah yang benar — bukan karena ingin di cintai, tapi karena ingin mencintai dengan cara yang di ridhai....

...0o0__0o0...

1
Arsifa Masyid
Ira aja Lo nesyot. mending Lo tobat Sono biar gak makin panas.🤭🤭🤭
Arsifa Masyid: sekian menghilang. akhirnya up juga kak othor 🤭🤭🤭
total 2 replies
Bunda Abi
kasih Nesya sadar dan balikin ke tempat asal Thor
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭 sabar ya Bun,
total 1 replies
Bunda Abi
wah masalalu Nesya apa yah🤔
اختی وحی
knp namanya jdi syanas dan rasya🤣
Arsifa Masyid
Ah elah Nesya,, minimal sadar diri lah. pekok.🤣🤣🤣🤣
Kunfah Adistih
Astaga nesya,, gak tobat tobat lo yah 🤣🤣🤣🤣🤣
Sunaryati
Aku seperti merasakan kepedihanmu Jingga, rasanya sakit. Mengapa kebenaran baru diungkap, menjelang ayah Zidan meninggal. Tapi percayalah itu mungkin rencana kamu agar lebih tangguh. dan jalan menuju kebahagiaan kamu dan Langit. Minta penjelasan dan lapangkan hati untuk memaafkan Ky Salman
Sunaryati
Nesya kok hatinya penuh kebusukkan, kenapa kok yng mengasuh Jingga Ky Zidan, malah ayah kandungnya merawat anak tiri, yang hatinya penuh iri dan dengki
Bunda Abi
masih bingung kenapa jingga bisa sama ayah zidan, dan kyai Salman tidak mencarinya
Kunfah Adistih
lanjutkan thor👍👍👍
Kunfah Adistih
jingga👍👍👍👍👍👍👍
Kunfah Adistih
semangat💪💪💪💪
Kunfah Adistih
sabar jingga💪💪💪💪
Kunfah Adistih
selamat menjanda nesyot🤣🤣🤣
Kunfah Adistih
👍👍👍👍 langit
Kunfah Adistih
mampus lo Nesya 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Kunfah Adistih
nyebut Nesya🤣🤣🤣🤣
Kunfah Adistih
ibarat malaikat vs jin🤣🤣🤣💪
Kunfah Adistih
tetap💪💪💪💪
Kunfah Adistih
hihihi... langit 🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!