Hidupnya tak mudah, bahagia seperti enggan menghampirinya. Sejak kecil hidup dalam kemiskinan dan keluarga yang hancur berantakan.
Ayahnya seorang pemabuk berat dan penjudi.
Ibunya berselingkuh dan wanita simpanan seorang pengusaha. Bahkan kakaknya pun kurang lebih sama seperti orang tuanya.
Gita tetap bertahan dalam keluarga itu demi dua adiknya yang masih kecil.
Hingga malam itu menghancurkan semuanya. Keluarganya tercerai berai, Gita terpaksa berpisah dengan dua adik kesayangannya.
Usianya baru lima belas tahun, tapi harus menanggung akibat dari kesalahan yang tak dilakukannya.
Gita diusir dari kota itu dengan cacian dan hinaan dari warga. Arga, putra selingkuhan ibunya bahkan membakar rumah gubuknya.
Hingga dua belas tahun kemudian dia kembali dengan tujuan mencari kebenaran tentang kematian ibu dan selingkuhannya.
Apa benar ayahnya itu benar seorang pembunuh ataukah dia difitnah oleh seseorang yang berkuasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Milik Arga
"Lepaskan saya, sialan! Saya bisa melaporkan anda atas perbuatan tidak menyenangkan yang anda lakukan pada saya!" Gita berteriak dan berusaha berontak karena Arga menyeret dan membawanya pergi dari restoran.
"Elisaaa!!! Tolong aku... Mas Bagaas!!!" pekik Gita saat Arga mulai memaksanya masuk ke sebuah mobil.
Bagas ingin menolong Gita dan menghampiri mereka. Tapi dia dihadang dua laki-laki bertubuh besar.
Gita heran mengapa semua orang tak berani membantunya. Apakah Arga juga berkuasa di daerah ini. Karena kesal, Gita pun menggigit lengan Arga yang sejak tadi mendekapnya.
"Ssssh...."
Gita melotot saat melihat reaksi Arga, bukan melepaskan lelaki itu malah semakin erat merangkulnya dan memaksa masuk ke dalam mobil
"Setelah sampai nanti, kau bebas menggigit ku." kata Arga sambil tersenyum miring.
"Hei setan!!! Siapa yang mau ikut anda. Buka pintunya, brengsek!!!" Gita menendang-nendang jok di depannya juga memukul-mukul tubuh Arga yang jauh lebih besar darinya.
"Tidak semudah itu, manis. Kau harus membayar semua yang sudah ku keluarkan karena kontrak tuan Himawan itu."
"Kalau begitu temui dia, saya sudah tidak ada urusan lagi dengan perusahaan itu. Anda juga tahu saya sudah tak lagi bekerja di sana." ucap Gita dengan emosi, nafasnya sudah ngos-ngosan karena berusaha melawan Arga.
Dan semuanya percuma, Arga terlalu kuat. Fisik mereka jauh berbeda dan membuat Gita menyerah sambil memikirkan cara untuk kabur.
"Tapi aku merasa tertipu, bukannya diawal perjanjian semuanya masih dihandle oleh mu. Jadi harusnya kamu yang bertanggung jawab, tapi kamu malah kabur." ucap Arga sambil mengelus pipi Gita yang memerah karena emosi.
Gita menepis kasar tangan lelaki itu. Tapi bukan Arga namanya kalau tak keras kepala.
Arga menarik kepala Gita mendekat ke arahnya. Hingga hidung lancip mereka hampir bersentuhan.
Tampan... Memang Arga sangat tampan lelaki blasteran itu memiliki kontur wajah yang Gita yakini menurun dari ibunya.
Lelaki yang selalu menatapnya seperti elang yang mengintai mangsa itu sempat membuat Gita terhanyut. Jika saja dia tak mengingat betapa jahatnya Arga dulu, Gita sangat yakin jika dia tak akan menolak pesona Arga yang tak main-main.
"Saya sudah memberikan mu kesempatan untuk pergi, tapi kamu kembali. Tahu kan, apa artinya?" Arga terdengar tenang tapi Gita tau apa yang disampaikan Arga tak ada yang pernah baik untuknya.
"Artinya, kamu siap menerima semua konsekuensi jika kembali ke kota itu. Kamu tak akan bisa lari lagi, manis." lanjut Arga dengan penuh peringatan.
Gita mengernyitkan keningnya, mencoba berpikir apa maksud lelaki itu. Apa dia mau membawanya ke suatu tempat yang sepi lalu membunuhnya.
Tapi apa salahnya? Dia tak melakukan kesalahan apapun mau itu sekarang atau dua belas tahun yang lalu. Itu bukan salahnya, bukan pula salah adiknya. Mereka hanya membela diri dari ancaman Alana.
Arga mendekatkan bibirnya untuk mencium Gita. Tapi belum sempat hal itu terjadi, Gita memalingkan wajahnya ke samping dan menatap supir yang sepertinya tak terganggu dengan apa yang dilakukan mereka.
"Apa tujuan anda sebenarnya, tuan Arga? Saya heran sekali, bukannya anda yang menghancurkan keluarga saya tapi anda pula yang menolong adik saya. Apa tujuan anda tuan Arga? Uang?" Gita melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan arogan. Setidaknya kalau pun dia mati, masih ada sisa harga diri yang bisa dia bawa mati.
"Saya rasa itu tak mungkin, bukan. Saat itu kami miskin... Sangat miskin. Bahkan sekarang saja harta kami tak setara dengan kekayaan anda. Saya tau anda bukan orang yang dermawan, mengingat anda meributkan kontrak jual beli yang sebenarnya tak ada masalah." sindir Gita.
Arga terkekeh... Dia menurunkan separuh kaca mobil lalu mengeluarkan sekotak rokok.
Dengan santai dan elegan dia menyalakan rokok itu dan menghembuskan asapnya.
Gita pun menurunkan jendela mobil di sisinya. Menghirup sekuat-kuatnya udara yang berhembus dari luar. Menghilangkan rasa sesak yang mulai merayapi dadanya.
Sebenarnya Gita memiliki toleransi terhadap asap rokok, hanya saja tak bisa terlalu lama. Apalagi asap rokok di ruangan sempit seperti mobil.
"Kenapa? Tidak bisa menghirup asap rokok? Bukannya si Dewangga itu juga perokok?" tanya Arga heran.
"Suami saya tidak pernah merokok di depan saya. Dia selalu tau cara menghargai dan memberikan kenyamanan untuk saya." kata Gita sambil tersenyum mengingat suaminya yang selalu saja mengutamakan dirinya.
Arga melemparkan rokoknya yang masih panjang itu ke luar. Lalu menarik Gita yang sempat tersenyum mengingat kenangan suaminya. Arga tak menyukainya, apalagi mendengar Gita memuji lelaki itu di depannya.
"Shit!! Bisakah kamu tak memanggilnya dengan panggilan itu. Dia sudah mati, dan kamu sudah jadi janda. Kamu sudah tak punya suami lagi, Gita!"
Gita terperangah, untuk pertama kalinya Arga memanggil namanya seperti itu. Arga terlihat muram dan kesal.
Padahal apa yang dikatakan oleh Gita adalah kenyataan. Dia sudah bersuami walaupun suaminya sudah meninggal. Dan Gita belum berniat menikah lagi.
Hatinya merasa sakit mendengar kalimat tajam Arga. Seandainya suaminya masih hidup, dia tak mungkin jadi janda dan diperlakukan semena-mena oleh Arga.
"Tuan, kita sudah sampai." kata supir yang membawa mereka.
Arga mengendorkan cengkeramannya dan menahan dagu Gita agar wanita itu menatapnya.
"Jangan pernah memikirkan lelaki lain jika kamu sedang bersamaku." Arga memberikan peringatan sebelum keluar dari mobil.
Gita melihat ke arah sekeliling wilayah ini. Ini adalah sisi ujung dari tebing rumah Elisa. Gita tau dari cerita Elisa. Wilayah ini tidak bisa di masuki sembarang orang. Daerah ini dijaga ketat oleh beberapa bodyguard Arga.
"Mau apa anda membawa saya ke sini?" tanya Gita yang masih duduk di mobil walaupun Arga sudah berdiri di samping pintu.
"Liburan... Bukankah itu yang kamu mau." kata Arga lalu menarik paksa lengan Gita.
Lelaki itu membawanya masuk ke sebuah rumah yang elegan dan mewah. Berbeda dengan rumah Elisa, rumah ini menunjukkan kesan mahal dan kesombongan karena berdiri kokoh diatas tebing yang mengarah langsung ke lautan.
Gita menatap dengan kagum pada gulungan ombak yang menghantam gugusan bebatuan di garis pantai. Ombak di sini lebih 'ganas' dibandingkan tempat Elisa.
"Kamu suka?" tanya Arga yang berdiri tepat dibelakang Gita.
Tubuh Gita yang tadinya rileks saat melihat deburan ombak mendadak tegang karena merasakan tubuh kokoh Arga di belakangnya.
"Kita akan menikmati liburan di tempat ini tanpa ada yang mengganggu." kata Arga tepat di telinga Gita.
"Hah??" Gita memandangi Arga dengan kesal lalu dia bergeser ke samping beberapa langkah untuk menjauh dari Arga.
"Dengar tuan Arga, saya memang ingin liburan. Tapi bukan liburan dengan anda, tolong anda pahami konsepnya. Saya ingin menikmati liburan saya bukan direcoki dengan keberadaan anda." ucap Gita sambil berkacak pinggang.
Tiba-tiba saja Arga tertawa kencang dan itu membuat Gita merasa was-was.
"Kamu tidak akan liburan sendirian lagi. Mulai sekarang aku yang akan menemani mu liburan. Karena kamu sudah jadi milikku sejak pertama kali kamu kembali ke kota itu." kata Arga
Mulut Gita seketika saja menganga lebar. Apa-apaan ini, siapa yang jadi miliknya.
Tidak!!!! Itu tidak akan terjadi. Gita tidak akan pernah mau hidup bersama lelaki gila yang menghancurkan hidupnya.
Lari Gita... Lari...
Otak Gita memerintahkannya untuk lari dari tempat ini. Terserah mau nyebur di tengah laut juga tak apa yang penting dia bisa jauh dari manusia bernama Arga.
"Satu langkah saja kamu pergi dari tempat ini. Maka adikmu, Gilang tak akan selamat. Harusnya kamu sadar kenapa adikmu belum bisa menghubungi kalian. Padahal istrinya sudah mengabari tentang kedatangan mu."
Tubuh Gita mendadak kaku mendengar ancaman itu.
Gita tertawa sinis, ternyata lelaki itu lebih licik dan jahat dari pada yang dia kira.
Dan kini Gita harus terikat dengan laki-laki iblis bernama Arga.
Arga atau Bara?
😘😙😙❤❤❤
siapa sih yg bakar ibu gita sebenarnya..
😘😍😙😗❤❤❤
❤❤❤😍😍😙😙
bisakah Gita benaekan Gilang..
❤❤❤❤😍😙😙
bunuh Arga jga fosa besar...
❤❤❤😘😍😙😙
😀😀😀
❤❤❤❤❤
❤❤❤😍😙😙😙
❤❤❤😘😙😗
Arga penolongnyaaa...
❤❤❤❤😘😍😙
lanjuttt torrr, sehatt, semangatttt, suksessss🙏🙏💪💪💪💪💪👍👍😍😍
❤❤❤😍😙😙
gilang tetap hidup..
❤❤❤😍😙😙
masih hidup..
kok gak hubungi tante lia..
bikin kuatir aja.
❤❤❤❤
bapaknya garong tau aja kw amna Gita pergi..
😀😀😀❤❤😘😙😗
jga takut ancaman Arga ya nurut2 aja ..
❤❤❤😘😍😙
❤❤❤❤😍😙😗
❤❤❤😍😙😙
❤❤❤😘😍😙🤦♂️
❤❤❤😘😍😙😙