Seraphina di culik dari keluarganya karena suatu alasan. Lucunya ... Penculik Seraphina malah kehilangan Seraphina.
Seraphina di temukan oleh seorang perempuan yang sedang histeris sedih karena suaminya selingkuh, sampai mempunyai anak dari hasil selingkuhan. Perempuan yang menemukan Seraphina tidak mempunyai anak. Karena itulah dia memungut Seraphina. Jika suaminya punya anak tanpa sepengetahuannya jadi ... Mengapa tidak untuknya?
Kehidupan Seraphina nyaman meski dia tahu dia bukan anak kandung dari keluarganya saat ini. Kenyamanan kehidupannya berubah saat orang tuanya mati karena ledakkan.
Saat dirinya sedang terkapar tak berdaya dalam kobaran api. adiknya Ken, berbisik kepada dirinya untuk lari sejauh mungkin. Dengan sekuat tenaga ia melarikan diri dari seorang yang memburunya, karena ia penyintas yang sangat tak diharapkan.
Inilah perjalanannya. Perjalan yang penuh suka dan duka. Perjalanan kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miao moi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kekuatan elemen yang lain
Seraphina berjingkrak-jingkrak kegirangan sambil mengangkat tanaman kaktus tinggi-tinggi. Ia cekikikan sendiri di dalam kamar. Ia menaruh kaktus di tempatnya semula—di jendela paling pinggir. Ia berputar-putar kesenangan di tengah-tengah ruang kamarnya.
Ia berhenti secara mendadak. Ia menunduk melihat tangannya. apakah itu berarti ia mempunyai dua kekuatan? Tapi kekuatan elemen apa ini? Pikirannya.
Ia menaruh tangannya di dada dengan penuh syukur, "syukurlah bukan hanya kekuatan mengerikan yang aku punya." Kemudian ia menyeringai kesenangan.
"La~la~la~." Ia teringat ibunya, ia melangkah dengan ringan, berjalan pergi untuk berbicara kepada ibunya mengenai kekuatan ini. tapi ia berhenti berjalan secara mendadak saat ia teringat jika ibunya saat ini sedang pergi, sudah pasti dengan ayahnya.
Ia cemberut, tapi saat kemudian raut wajahnya kembali senang. Ia akan memberitahu Ken saja.
tapi lagi-lagi ia berhenti kembali secara mendadak, saat mengingat ken yang menyuruhnya pergi.
Ia menghempaskan bokong ke ranjang, "aku tak mau bertemu dengan ken." Ucapnya cemberut. "Ada apa dengan semua orang dirumah ini ...."
Ia mendesah sambil merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia menutup matanya, mata yang tadi ditutup kembali terbuka, ia langsung meloncat turun, berlari kecil keluar kamar. Ia berjalan keluar ke arah kebun berserta taman.
"Nona mau kemana?" Tanya Mary yang sedang berjalan berpapasan dengannya.
"Mau ketaman." Katanya sambil berlari pergi.
"Berhenti nona," pinta Mary. Seraphina sontak berhenti. Mary berjalan mendekatinya. "Matahari sudah hampir sepenuhnya terbenam, tapi nona masih mau bermain?"
"Aku tak akan akan bermain, hanya mencoba ...," ia ragu untuk meneruskan kata-katanya. Belum saatnya ia memberitahu Mary jika ia sedang mencoba untuk menguji coba elemennya kepada tanaman di kebun. Karena dirinya belum memberitahu orangtuanya.
Meski ia sangat sayang kepada mary, tapi ia ingin orang tuanya lebih tahu dahulu.
"Hanya mencoba apa nona?" Tanya Mary sambil mengerut keningnya bingung menatap dirinya.
"Hanya mencoba melihat apakah keadaaan bungaku yang tadi diperbaiki masih aman-aman saja, kau tahu Mary ... ada bunga yang tangkainya patah tadi. aku sudah memperbaiki tapi aku ingin melihatnya kembali." Ia merasakan jika perkataan nya agak tak karuan.
"Tidak bisakah besok saja?" Tanya Mary.
Bibirnya langsung mengerucut, ia memeluk paha Mary, mendongak menatap Mary, "jika aku tak melihatnya sekarang, aku akan khawatir semalaman nanti. dan mungkin saja aku tak akan nyenyak tidur." Rengek nya sambil menggoyangkan badan Mary memohon.
"Begitu ya? emm ... Setelah melihatnya langsung masuk oke?" Kata mary sambil mengelus lembut kepalanya sekilas.
Ia mengangguk dengan mantap mencoba meyakinkan Mary.
"Dan," telunjuk tangan Mary terangkat. "Jangan main lumpur. akan saya periksa nanti, tangan maupun gaun anda." Ingatnya sebelum berjalan pergi.
Ia mengacungkan jari jempolnya sambil berlari kecil kearah taman. Sesampai disana, ia menghirup aroma di udara. tercium harum dari berbagai sumber bunga, yang terbawa oleh angin. Ia mendekati bunga yang sangat layu, bunga favoritnya yang hampir mati. Ia melipat gaunnya di sela-sela kakinya lalu menjepit dengan erat ia jongkok sambil menatap ... bunga sepatu.
"Halo." Ucapnya sambil mengusap sekilas rantingnya. Ia mengangkat ranting yang layu lalu melebarkan tangannya ke bunga itu, ia berpikir untuk membuat tanaman itu agar kembali sehat dan subur.
Ranting bunga bergerak dari layu menjadi tegak. dari yang tadinya berwarna kusam menjadi lebih berwarna. Bunga yang telah layu itu terjatuh— gugur. lalu saat kemudian dengan waktu singkat, bunga itu kembali tumbuh. Bunga sepatu telah sehat dan subur. Ia tersenyum dengan lega.
"Sekarang kau sehat." Desahnya menatap kagum pada bunga sepatu. Ia merasa bangga kepada dirinya sendiri.ia melirik kearah lain mencari-cari tanaman yang lain yang layu.
Ia mengangguk dengan mantap. Ia memutuskan untuk menyuburkan semua tanaman yang layu yang ada di taman ini. Satu persatu ia lakukan dengan sepenuh hati. Ia merasakan Keringat mulai bermunculan di jidat dan di punggungnya.
Ia berpindah-pindah dari bunga ke bunga lainnya sambil mencoba agar gaunnya tak terkena tanah. Ia mendongakkan kepalanya saat ia capek menunduk, lehernya terasa pegal.
Ia menyadari sekitarnya mulai menggelap. Sinar matahari sudah akan sepenuhnya terbenam. Ia berdiri dengan goyah. Ia merasa lemas— lelah.
"Nona Seraphina!" Teriak seseorang. yang kedengarannya jelas adalah suara Mary.
"Aku disini!" Ia berjalan menghampiri pemilik suara itu.
"Nona!" Mary menghampirinya dengan gemas, "kan sudah saya peringatkan—"
"Aku lelah Mary," potong Seraphina, ia terhuyung bersandar kepada Mary. Lalu memeluk pinggang Mary dan merengek. "Aku lapar Mary, aku mau digendong."
"Nona ... Anda sudah besar tak ada lagi gendongan. Ayo kita masuk." Ucap Mary, Seraphina tak mau melepaskan pelukan dari Mary. akhirnya Mary terpaksa berjalan sambil menyeretnya memasuki rumah.
"Kalau seperti ini ... Saya tidak bisa berjalan nona." Kata mary mengomel.
Mereka pada akhirnya tiba di kamarnya.
"Sekarang anda mandi, "Mary mendorongnya untuk masuk kedalam kamar mandi.
"Aku mau makan didalam kamar ..., " Ucapnya dari dalam kamar mandi sambil membuka bajunya. "Aku lelah, tolong suruh antarkan makan malam ke dalam kamar."
"Baiklah." Kata mary dari luar.
Ia masuk kedalam bak air hangat berbusa yang telah disiapkan, entah oleh siapa. Ia sejenak melamun menikmati air yang hangat di badannya sebelum berpikir; jika kekuatan yang mengalir keluar bisa membuatnya kelelahan. Energi terkuras banyak.
Ia menaikkan tangannya yang berkilau basah, menatapnya dengan serius. Ia memutuskan akan segera memberitahu orang tuanya nanti, sebenarnya ia mempunyai kekuatan apa? Ia mendesah, ia merasa tidak mau keluar dari bak mandi. Tapi jika begini terus ia akan makin lemas. Ia bangkit dari bak mandi lalu membilas tubuhnya.
Saat ia keluar sudah ada makanan yang tersaji di meja, ia buru-buru duduk di kursi lalu menyantap makan yang masih hangat. Mary mendekat sambil membawa gaun tidur yang di keluarkan dari lemari, "tidak pakai gaun tidur lebih dahulu?"
Mulutnya penuh dengan makanan, ia menggelengkan kepala sambil menatap Mary. Ia makan dengan cepat dan lahap, lebih lahap dari biasanya. "Mary ... Kurang."
"Kurang?" Mary melongo melihatnya yang tidak seperti biasanya, lalu pada akhirnya tersenyum senang. "Baiklah akan saya ambilkan." Mary langsung berjalan pergi.
Selagi ia mengunyah makanan ia melirik pohonnya yang telah di letakkan di bawah—di kaki tempat tidur. Ia akan melakukan sesuatu kepada pohon itu nanti. Mary kembali membawa kentang tumbuk halus yang sangat harum beserta daging. Ia kembali semangat memakan.