NovelToon NovelToon
Kontrak Cinta Di Bangku SMA

Kontrak Cinta Di Bangku SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Nikah Kontrak
Popularitas:18.6k
Nilai: 5
Nama Author: Qwan in

Alya, siswi SMA berusia 17 tahun dari keluarga miskin, tak pernah menyangka niat baik menolong pria tak dikenal justru membuatnya dituduh berzina oleh warga. Pria itu ternyata kepala sekolahnya sendiri. Reihan, 30 tahun, tampan dan terpandang. Untuk menyelamatkan reputasi, mereka dipaksa menikah dalam kontrak.
Kini, Alya menjalani hidup ganda: murid biasa di siang hari, istri kepala sekolah di balik pintu rumah.
Tapi mungkinkah cinta lahir dari pernikahan yang tak pernah diinginkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

Di sekolah, Alya duduk diam di bangkunya. Pandangannya kosong menatap lurus ke arah papan tulis, seolah pikirannya melayang jauh. Di sebelahnya, Bagas sesekali melirik, memperhatikan raut wajah gadis itu yang diam-diam sudah berhasil mengisi hatinya.

Sejak pagi, tubuh Alya terasa aneh. Pusing yang sempat menyerang saat ia sarapan kini berganti menjadi kantuk yang luar biasa. Kelopak matanya terasa berat, membuatnya beberapa kali terpaksa menutup mulut dengan kedua tangan saat menguap.

Hingga akhirnya, ia tak kuasa lagi menahan rasa kantuk yang terus menyerang. Perlahan, kepalanya direbahkan di atas meja, dan dalam hitungan detik, Alya pun terlelap di tengah suasana kelas. Padahal, Miss Mira, guru bahasa Inggris yang terkenal killer, masih sibuk menerangkan pelajaran di depan.

Bagas panik melihatnya. Ia cepat-cepat menggoyang lengan Alya sambil berbisik.

“Al, jangan tidur. Kalau Miss Mira lihat, kamu bisa dihukum.”

Tapi Alya hanya bergumam setengah sadar. “Aku… ngantuk banget…” suaranya lirih, nyaris tak terdengar.

Dan benar saja, suara keras yang menggema di kelas sontak membangunkannya.

“Kalau mau tidur, jangan di sini!” suara Miss Mira terdengar tajam, membuat seluruh kelas menoleh ke arah Alya.

Dengan mata masih setengah terbuka, Alya buru-buru bangkit. “M-maaf, Miss…” ucapnya pelan.

“Maaf? Kamu pikir kelas ini hotel?” sindir Miss Mira dingin.

Alya menunduk, jantungnya berdegup kencang.

“Keluar! Berdiri di depan tiang bendera sampai pelajaran selesai!” perintah Miss Mira tanpa ampun.

“Tapi Miss…” Alya mencoba membela diri, namun langsung dipotong.

“Saya bilang keluar! Kamu tidak menghargai saya yang sedang mengajar.”

Mau tak mau, Alya melangkah keluar kelas dengan tubuh lemah. Pandangan murid-murid lain yang menyorotinya membuat dadanya semakin sesak. Sesampainya di lapangan, ia berdiri di depan tiang bendera sesuai perintah, meski rasa kantuknya masih sangat kuat.

Alya berdiri dengan tubuh lemah. Cahaya matahari pagi yang semakin terik membuat keringat bercucuran di pelipisnya. Pandangannya mulai berkunang-kunang, kepalanya terasa berat seakan dipenuhi beban tak kasat mata.

Tangannya yang berusaha mencengkeram besi tiang itu pun gemetar hebat. Nafasnya tersengal, dada terasa sesak.

“Aku… kenapa…?” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.

Beberapa kali ia mencoba mengedipkan mata, berusaha tetap sadar. Namun dunia di sekitarnya semakin lama semakin berputar. Suara riuh anak-anak yang sedang olahraga di lapangan pun terdengar sayup-sayup, makin jauh dari telinganya.

Tubuh Alya limbung. Dalam hitungan detik, lututnya hampir saja menyerah.

“Al!” sebuah suara memanggil dengan panik. Bagas yang sejak tadi mengintip dari balik jendela kelas langsung berlari keluar. Ia berhasil menangkap tubuh Alya tepat sebelum gadis itu benar-benar terjatuh.

“Alya! Hei, sadar!” Bagas menepuk pelan pipinya, cemas luar biasa.

Alya membuka mata samar-samar, melihat wajah Bagas yang begitu dekat dengannya. “Aku… pusing banget…” suaranya lirih, hampir tak terdengar.

Bagas mengangkat tubuh Alya, menopangnya dengan kedua lengan. “Kamu nggak apa-apa, tenang aja. Aku bawa kamu ke UKS sekarang.”

Beberapa siswa di lapangan mulai berbisik-bisik, melihat Bagas yang menggendong Alya dengan wajah panik.

“Ada apa tuh?”

“Eh, itu Alya kenapa?”

Namun Bagas tidak peduli dengan tatapan mereka. Ia hanya fokus membawa Alya yang semakin lemah ke ruang UKS. Setiap langkah terasa menegangkan, karena ia bisa merasakan tubuh Alya semakin berat di pelukannya.

Sesampainya di UKS, ia segera membaringkan Alya di ranjang kecil. Perawat sekolah cepat menghampiri, memeriksa kondisi gadis itu.

“Dia sangat pucat,” ucap perawat serius. “Sepertinya kelelahan berat. Bisa juga karena kurang tidur atau masalah lain. Kita perlu memantau lebih lanjut.”

Bagas menggenggam tangan Alya yang dingin. Gadis itu hanya diam, matanya terpejam rapat, napasnya naik-turun tidak teratur.

...

Kelopak mata Alya perlahan bergerak, seolah berat untuk dibuka. Pandangannya buram pada awalnya, hanya cahaya lampu putih di langit-langit UKS yang terlihat berpendar. Butuh beberapa detik sampai bayangan di sekelilingnya menjadi jelas.

Ia menyadari dirinya tengah terbaring di atas ranjang kecil, dengan selimut tipis menutupi tubuh. Aroma obat-obatan yang khas menusuk hidungnya. Suasana sepi, hanya terdengar detik jam dinding yang berdetak pelan.

Saat itu, pandangan Alya terhenti pada sosok Bagas yang duduk di kursi di samping ranjang. Wajahnya tampak serius, khawatir sekaligus lega ketika melihat Alya membuka mata.

“Al… kamu sudah sadar?” suara Bagas terdengar lirih namun penuh kelegaan.

Alya berusaha mengangguk, meski kepalanya masih terasa berat.

“Iya… aku… kenapa aku di sini?” tanyanya dengan suara lemah.

Bagas mencondongkan tubuh ke arahnya, menatap penuh perhatian.

“Kamu tadi pingsan di lapangan. Untung aku sempat menangkap kamu. Kalau nggak… aku nggak tahu apa yang bakal terjadi.”

Alya terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Aku cuma… ngantuk banget. Sampai rasanya nggak bisa nahan.” Ia memejamkan mata sebentar, lalu membuka kembali.

“Kepalaku juga masih pusing.”

Bagas buru-buru menuangkan air putih dari gelas yang ada di meja kecil UKS, lalu menyodorkannya pada Alya.

“Minum dulu, biar agak segar.”

Dengan bantuan Bagas, Alya duduk perlahan, lalu meneguk air itu sedikit demi sedikit. Setelah itu ia bersandar lagi pada bantal, terlihat sangat lemah.

“Kayaknya aku nggak bisa lanjut belajar hari ini, Gas. Aku mau pulang aja. Nggak bisa fokus juga kalau kondisinya gini,” ucap Alya lirih.

Bagas menatapnya mantap. “Kalau begitu, biar aku yang antar kamu pulang."

Namun Alya menggeleng pelan. “Nggak usah. Aku nggak enak nyusahin kamu. Aku akan telpon seseorang untuk menjemput ku.”

Bagas sempat menatapnya lama, seakan ingin membantah. Namun akhirnya ia hanya menghela napas, membiarkan Alya meraih ponselnya. Jemarinya bergetar saat menekan nama Reihan. Ia menunggu dering sambil memeluk perutnya yang masih terasa nyeri.

Satu kali panggilan, tak ada jawaban. Kedua kalinya pun sama. Alya menggigit bibir, mencoba lagi untuk ketiga kali, namun tetap nihil. Ia menurunkan ponselnya, rasa kecewa perlahan merayapi wajahnya.

Bagas menatap Alya dengan iba. “Nggak ada yang angkat ya?” tanyanya hati-hati.

Alya terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang.

“Iya…” Suaranya nyaris berbisik, menahan getir.

Melihat itu, Bagas menarik napas panjang. “Kalau gitu, jangan keras kepala. Aku antar kamu pulang sekarang juga. Daripada kamu pingsan lagi di jalan.”

Alya terdiam. Ia ingin menolak lagi, tapi tubuhnya benar-benar tak sanggup berdebat lebih jauh. Setelah menghela napas panjang, ia akhirnya mengangguk pelan.

Dengan hati-hati, Bagas membantu Alya bangkit dari ranjang UKS. Mereka berjalan keluar menuju parkiran, di mana motor butut Bagas terparkir.

1
Sholikhah Sholikhah
Alya hamil
partini
ehhh laki laki ga tegas cuma di ancam di tarik dah loyo melempem,,jangan mempermainkan hubungan itu ga bagus NGAB
Mamah dini
kayaknya c Reihan agak sakit jiwa deeehhh, tadinya benci Alya e..,.h sekarang jth cinta, TPI.... wajar kali ya , sebab TDI nya menghina duluan sekarang kayak bucin
Mamah dini
aduh yg LGI ke bakar cemburu , sudah mulai jatuh cinta pak Reihan , Alya cantik kan , GK mungkin seorang kepala sekolah sebegitu cemburu nya kalau isrtinya GK menggemaskan
Mamah dini
itu pak Reihan mengakuinya , TPI kenapa bilang Alya jelek berjerawat hitam LGI mungkin selera bp ada di diri Alya ya pak makanya jgn menghina duluan tuh makan omongan sendiri.
Mamah dini
ooh ternyata kepala sekolah Alya telah jatuh cinta kali,, katanya GK selepel ko bisa sekacau itu atau..... ke tagihan ya mau lagi dgn muridmu eh istrimu he he GK salah ni....
Mamah dini
sekolah apa coba , liat murid yg di kerjain gitu masa gurunya GK respon,, ah bener2 sekolah GK punya etika, kalau begitu pindah aja Alya , maksain sekolah di situ juga bikin hatimu GK tenang selalu di pandang rendah ayo Al pindah aja
Mamah dini
katanya GK cinta TPI gampang banget ada desiran aneh nya , gimana sih pa
Mamah dini
kenapa Alya GK pulang aja biar hari itu MH bolos dulu, ya pantes temen2mu bilang ,, TPI benerkan apa yg mereka bilang , ko kmu maksa aja ke kelas walaupun kmu orang miskin katanya kan harus punya harga diri juga al , mampir thor
yumi chan
thor bt aja aliya pergi jauh thor..biarlh aliya mndpt kbbasn...seandsiya slita hlim..pertkn alira di saat dia sukes dn punyk ank2 kmbr..dn bt wnita yg di jdhkn sm reyhan gk bisa hml thor hhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!