Nadia Zahira Wijaya (16th) baru saja menyelesaikan MPLS di sekolah barunya di jenjang SMA. Selama MPLS, Nadia mendapat perlakuan istimewa dari kakak kelasnya bernama Reno dan membuat kakak kelasnya cemburu. Di masa itu juga Nadia mendapat banyak teman baru, hingga memiliki teman akrab tiga orang bernama Widya, Dewi dan Riska. Mereka juga berada di kelas yang sama. Awal masuk semua baik-baik saja, dan masalah muncul ketika Riska naksir teman sekelasnya bernama Farhan, sedangkan Farhan naksir Nadia. Masalah itu pula menyebabkan perpecahan di antara mereka berempat. Sementara Nadia memiliki perasaan spesial pada Faizar, seorang mahasiswa yang sedang PPL di sekolahnya. Bagaimana Nadia mengatasi masalahnya di sekolah? Apakah dia memilih salah satu diantara mereka untuk meredam suasana atau tetap menjomblo hingga lulus sekolah? Apakah Faizar memiliki perasaan yang sama dengan Nadia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Pertunangan Dani
Setelah berusaha meminta maaf dan membujuk Rosa untuk bersedia menikah secepatnya tidak membuahkan hasil, akhirnya Dani menyerah dan mengikuti keinginan orang tuanya. Dani bahkan sudah memutuskan hubungannya dengan semua pacarnya dan berjanji pada ayahnya tidak akan berhubungan dengan perempuan manapun selain Karisa.
Pak Harun dan Bu Dena bernapas lega, akhirnya putranya yang terkenal playboy akan menikah dan hanya memiliki satu orang wanita dalam hidupnya. Selama persiapan berlangsung, Nadia ikut andil dalam memilih pakaian untuk kakaknya. Ia juga yang memilih dekorasi untuk acara tunangan yang akan digelar di rumahnya.
"Wah, lihat bunda. Adeknya semangat sekali mempersiapkan tunangan kakaknya," gurau pak Harun melihat Nadia tengah memilih beberapa contoh dekorasi untuk acara tunangan Dani dan Karisa.
"Iya dong ayah, aku ingin acara tunangan kak Dani meriah dan elegan. Apalagi pas hari pernikahannya nanti, pasti lebih heboh dari ini," jawab Nadia antusias.
"Nad, kamu setuju setelan yang mana?" ucap Alvin menunjukkan dua gambar setelan jas yang akan dia beli untuk acara tunangan kakaknya.
"Ini buat siapa kak?" tanya Nadia mengerutkan dahinya.
"Ya, untuk kak Dani dong dek, masa buat kakak."
Pak Harun dan Bu Dena tertawa mendengar ucapan kedua anaknya yang sibuk menyiapkan segala sesuatunya dengan bahagia. Alvin yang melihat ayah dan bundanya diam saja, kemudian menghampirinya.
"Kog ayah dan bunda diam saja? Urusan konsumsinya bagaimana?" tanya Alvin.
"Udah beres, bunda udah menyuruh chef terbaik dari restoran kita memasak untuk acara nanti. Udah, kalian siapkan saja semua dengan baik. Ayah dan bunda yang akan bayar semuanya."
"Oke bunda!!" jawab Nadia dan Alvin serempak.
Sementara Dani memandang keluarganya dari atas. Ada rasa sesak dan tidak tega bercampur jadi satu dalam hatinya. Ia memilih tidak ingin mengatakan apapun, karena sebenarnya ia tidak menginginkan perjodohan ini. Namun di satu sisi, cinta yang ia inginkan malah pergi meninggalkan dirinya.
"Aku harus mampu melewati ini, mungkin aku dan Rosa ditakdirkan tidak berjodoh. Semoga aku bisa menjadi suami yang baik untuk Karisa," batin Dani.
Hari berlalu begitu cepat, hari pertunangan Dani telah tiba. Sejak sore sebelum hari berlangsungnya pertunangan, rumah pak Harun sudah di hias dengan dekorasi yang dipilih oleh Nadia. Bu Dena sangat puas melihat hasil kerja putri dan putranya.
Setelah memastikan rumahnya terlihat indah, Nadia bergegas ke kamar untuk istirahat. Nadia menutup mata dengan senyum mengembang di bibirnya. Namun tiba-tiba senyum itu hilang dan mata Nadia terbuka lebar. Ia menyibakkan selimut dan menurunkan kakinya, lalu memakai sendal dan keluar dari kamarnya.
Nadia berlari mengetuk pintu kamar Dani keras. Beberapa saat kemudian Dani membuka pintu dengan mata setengah terpejam. Nadia menghambur ke pelukan kakaknya, Dani memeluk adiknya dan mengusap kepala adiknya.
"Kamu kenapa Nadia?"
Tidak menjawab kakaknya, Nadia menangis terisak di dekapan sang kakak. Dani dibuat bingung oleh adiknya, ia mengangkat wajah Nadia dan melihatnya sudah berlinang air mata. Dani mengusap lembut kedua pipi Nadia.
"Kamu kenapa Nadia? Bilang sama kakak, apa ada yang berbuat jahat sama kamu?"
"Kakak sebentar lagi menikah, apa kakak akan tetap sayang sama Nadia?" tanya Nadia dengan bibir bergetar dan deraian air mata.
Dani tersenyum dan memegang kedua pipi Nadia. "Nadia, mau udah nikah atau belum, kakak tetap sayang sama kamu. Karena kamu adalah doa kakak," ucap Dani.
Nadia mengerutkan dahinya, "Doa? Maksud kakak apa?"
"Dulu kakak pengen banget punya adik perempuan, eh yang lahir Alvin. Jadi kakak agak kecewa, trus kakak doa lagi dan akhirnya bunda melahirkan kamu, sejak kamu lahir, kakak sangat bahagia dan bersyukur karena doa kakak dikabulkan," ucap Dani sambil mengusap kedua pipi Nadia.
Nadia tidak mampu berkata-kata, ia memeluk kakaknya kembali dan menangis di dekapannya. Bu Dena dan pak Harun yang mendengar suara tangisan Nadia keluar dari kamar dan menghampiri mereka.
"Udah dong adek, besok kak Dani cuma tunangan, habis itu nikah. Ga ikut perang, kenapa ditangisin?" celetuk Bu Dena sambil mengelus kepala putrinya.
"Iya, jangan gitu dong. Bukannya kamu paling semangat menyiapkan semuanya? Dekorasi rumah ini juga kamu yang pilih, kenapa sekarang nangis?" imbuh pak Harun.
Nadia melepaskan pelukannya dan tersenyum sambil mengelap air matanya. "Soalnya aku baru sadar ayah," ucap Nadia.
"Hemm, bagaimana kalau lusa kita camping bareng. Nanti Karisa kita tawari, kalau mau biarkan ikut kalau tidak mau ya kita sekeluarga saja yang pergi," usul pak Harun.
"Ide bagus yah, aku mau," ucap Nadia antusias.
"Ya sudah, sekarang adek bobok ya. Besok kan harus bangun pagi dan menyiapkan pestanya kak Dani," ujar Bu Dena.
"Tapi bukannya Nadia harus sekolah besok?" tukas Dani.
"Aku besok ijin kak. Aku ga mau melewatkan momen ini begitu saja," jawab Nadia.
Nadia memeluk ayahnya dan bundanya, lalu terakhir ia memeluk kakaknya cukup lama. Dani mencium pucuk kepala Nadia dan ia pergi ke kamarnya. Sebelum masuk ke kamar, Nadia memandang ayah, bunda dan kakaknya tersenyum manis.
"Udah tidur, jangan senyum-senyum terus," tegur Bu Dena.
Nadia tertawa kecil dan menutup pintunya. Setelah Nadia masuk ke kamarnya, pak Harun, Bu Dena serta Dani masuk ke kamarnya masing-masing.
...PAGI HARI...
Adzan subuh berkumandang, keluarga pak Harun sudah terbangun dan berkumpul di ruang khusus berdoa. Nadia dan Bu Dena berada di shaf belakang bersama dua pembantunya. Sementara di depan di imami oleh pak Harun dan kedua putranya tepat berada di belakangnya.
Selesai sholat, Nadia bergegas mandi dan mengganti pakaiannya. Bersama dengan bundanya, Nadia melanjutkan pekerjaannya yang belum tuntas di hari sebelumnya. "Nadia, ini udah cukup, Nak. Makasih ya sudah bantuin bunda," ucap Bu Dena.
"Sama-sama bunda, aku seneng kog bantuin bunda dan menyiapkan semuanya. Bunda sebaiknya kita sarapan dulu. Nadia lapar," ujar Nadia sambil memegangi perutnya.
"Ya sudah, ayo kita sarapan bersama."
Bu Dena dan Nadia menuju ruang makan dan mengambil makanan untuk sarapan. Selesai sarapan Nadia bergegas ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya dan ganti baju. Karena pak Harun dan pak Ardian sepakat menggelar pertunangan Dani dan Karisa di pagi hari. Dan hari ini juga, untuk pertama kalinya Dani dan Karisa akan bertemu.
Dani sudah siap dengan setelan jas yang disiapkan oleh Alvin, sementara Nadia dan Bu Dena juga sudah siap menyambut para tamu. Beberapa saat kemudian rombongan keluarga dan kerabat pak Ardian sampai di rumah pak Harun.
Karisa keluar dari mobil dan Nadia mengagumi kecantikan calon kakak iparnya. "Bunda, itu kak Karisa?" bisik Nadia.
"Betul, soalnya dia satu mobil dengan pak Ardian," jawab Bu Dena.
"Cantik banget bunda, sama kak Rosa, cintanya kak Dani aja jauh lebih cantikan kak Karisa. Aku jadi penasaran gimana reaksi kak Dani melihat kak Karisa nanti," ucap Nadia.
cieeee disapa duluan lagi/Joyful/
haiiiii.....✋
nanti tak tungguin dipinggir gang trus aku tumbuk KLO Lwat