Li Bao Jia, Selir Pertama Putra Mahkota Dinasti Ming, dicopot gelarnya serta di cerai oleh sang putra mahkota setelah melahirkan putra pertama mereka karena dituduh melakukan kudeta terhadap kerajaan.
Ayahnya yang merupakan mantan Jenderal peperangan sejak zaman kepemimpinan Raja sebelumnya di tuntut hukuman mati.
Bao Jia yang baru saja kembali ke kediamannya dengan berbagai macam hinaan dan cemoohan, tiba-tiba mendapatkan serangan dari pasukan kerajaan, semua anggota keluarganya dan pengikut setia ayahnya dibantai.
Adik kesayangannya, Li wang-shu dibunuh dengan kejam, sementara di detik-detik terakhir hidupnya Ia melihat, Pamannya, Li Tuo-li tersenyum dan berkata, "Akhirnya Kamu yang terakhir. selamat tinggal ****** kecil!"
Diantara hembusan nafas terakhirnya, Bao Jia bersumpah, Jika Ia bisa mengembalikan waktu, maka Ia tidak akan pernah menjadi selir putra mahkota, Ia akan mendengarkan nasihat Ayahnya dan tetap bersama keluarganya.
'Tolong Beri Aku kesempatan!' jeritnya dalam hati!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Kenapa Anda Bersikap Seperti Ini?
"Makanlah" Ucap Huang Fu seraya mengambilkan daging ikan yang masih mengepul ke dalam mangkok milik Bao Jia.
"Saya akan mengambilnya sendiri Yang Mulia, terimakasih"
Bao Jia menggeser mangkoknya, Membuat tangan Huang-Fu yang tengah memegang sumpit berisi daging ikan menggantung di udara.
"Kamu menerima makanan dari adikku Huan-Ran, tapi menolak makanan dariku? Menarik"
Mendengar itu Bao Jia langsung menggeser kembali mangkoknya kemudian menarik tangan Huang lalu memasukkan daging ikan itu ke dalam mangkoknya.
"Terimakasih"
Bao Jia masih ingat bagaimana Pria itu menghukum koki istana. Dia terlihat sangat menakutkan saat marah, jadi Bao Jia tidak lagi memiliki keberanian untuk membuatnya marah.
Huang mengambil makanan untuknya sendiri dan mulai makan, Bao Jia mengikutinya.
Mereka pun menikmati makan malam itu dalam diam.
Sebenarnya bisa dikatakan ini adalah makan malam pertama Mereka berdua setelah menjadi suami istri. Terakhir kali mereka duduk di meja makan bersama di paviliun Persik ini adalah dimalam setelah pernikahan.
Tapi, saat itu Huang bahkan tidak menatap Bao Jia sama sekali. Pria itu terlihat sangat dingin. Saat itu Bao Jia berusaha untuk membangun suasana, namun berakhir dengan memalukan karena Huang sama sekali tidak menanggapinya.
Setelah itu, hubungan mereka semakin memburuk sejak permaisuri memaksa Huang Fu untuk melakukan kewajiban suami istri agar bisa mendapatkan keturunan.
Huang Fu melakukannya, tapi Ia harus meminum obat perangsang agar bisa menyentuh Bao Jia. Karena pada saat itu, Huang begitu mencintai kekasihnya, Liu Qin-Mei. Sebulan setelah malam pertama Huang Fu dan Bao Jia, Liu Qin-Mei dijadikan selir kedua. Dan sejak saat itu, Bao Jia seperti menjadi tidak waras karena terus mengejar cinta Huang Fu, membuat pria itu semakin membencinya.
Maka dari itu, jangankan makan bersama seperti sekarang ini, bahkan Huang Fu tidak sudi berada di tempat yang sama dengan Bao Jia. Apalagi Liu Qin-Mei yang begitu pandai bermain api agar Bao Jia selalu terlihat jahat, licik dan kejam, membuat hubungan Mereka bak air dan minyak. Tidak pernah bisa bersatu.
Lanjut ke meja makan lagi,
Awalnya Bao Jia makan dengan sangat pelan, tapi begitu merasakan kelembutan daging ikan kerapu merah itu, Bao Jia langsung berbinar.
"Wah ikan ini rasanya luar biasa. 10 kali lipat lebih enak daripada yang biasa Aku makan" Bao Jia bergumam pelan, sementara mulutnya sudah penuh dengan makanan.
"Tentu saja, ikan ini dibeli dalam keadaan hidup oleh nelayan yang sudah lama memasok kebutuhan pangan di kekaisaran ini, Kerapu merah ini dimasak saat masih segar.
Itu sebabnya rasanya berbeda, lebih manis dan sekaligus gurih"
"Anda benar, Yang Mulia, ini memang sangat enak"
Sebenarnya Bao Jia merasa sangat konyol, Dia biasanya tidak bisa makan terlalu banyak, tapi sekarang, Dia bahkan merasa sanggup menghabiskan makanan yang ada diatas meja ini.
Bao Jia benar-benar kalap, Ia sudah makan sangat banyak tapi masih merasa belum kenyang.
Melihat betapa semangatnya Bao Jia makan, Huang diam-diam tersenyum. Ia tidak tahu bahwa Bao Jia memiliki sisi manis dan lucu seperti ini.
Dalam hati Ia berjanji, mulai sekarang Ia akan berlaku adil pada Liu Qin-Mei ataupun Li Bao-Jia. Dia tidak akan menyakiti kedua Istrinya itu seperti Ayahnya menyakiti Ibunya dulu.
"Cobalah daging lobster ini. Rasanya tak kalah manis dan gurih, Kamu akan menyukainya"
"Hmn, terima kasih Yang Mulia"
Jawab Bao Jia dengan antusias. Dia kemudian menerima daging lobster yang di berikan Huang untuknya.
Setelah beberapa saat, Makanan itu hampir habis sepenuhnya. Bao Jia merasa perutnya akan meledak tapi Dia juga sangat puas. Ini pertama kalinya Ia makan makanan yang begitu nikmat di dalam paviliunnya.
"Bayi kecil, apa kamu kenyang??? Ya, sama! Ibu juga sangat kenyang dan puas Hahhaha"
BO Jia mengelus-elus perutnya yang sedikit menonjol. Namun begitu mendongak ke atas Bao Jia langsung berhenti tertawa. Ia lupa bahwa masih ada Huang Fu disana.
'Dasar bodoh, bagaimana kamu bisa melupakan keberadaan orang ini?' Bao Jia memarahi dirinya sendiri dalam hati.
"Kelihatannya Kamu sangat menyayanginya?"
Tanya Huang-Fu. Dia tersenyum. Dan ini pertama kalinya Dia melihat Huang tersenyum seperti itu di depannya langsung. Ia masih terpesona, tapi Ia segara mengalihkan pandangannya, Bao Jia tidak ingin terlalu jauh terhanyut. Ia kemudian dengan cuek berkata,
"Tentu saja! Ini kan anakku!"
Mendengar itu Huang Mencibir, "Anakmu saja?"
Bao Jia tidak menjawab. Dia bangkit dari tempat duduknya lalu berkata pada Liang Yi,
"Bibi Yi, Aku mau mandi sekarang"
Liang Yi mengangguk kemudian berlalu dari sana untuk menyiapkan segala sesuatunya.
Melihat respon istrinya, senyum di wajah Huang langsung menghilang, Wajahnya berubah muram dan suasana yang tadinya sedikit menghangat kembali canggung dan dingin.
Huang kemudian menyuruh pelayan untuk membereskan meja makan. Dia duduk disana menatap Bao Jia yang kini tengah membaca buku.
Atensinya tercuri begitu melihat buku yang tengah dibaca oleh Istrinya itu.
"Darimana Kamu dapat buku itu?"
Tanya Huang-Fu, Bao Jia dengan tenang menjawab,
"Temanku meminjamkannya padaku"
"Teman? Sejak kapan Kamu berteman dengan Adikku?"
Bao Jia terdiam. Ia terkejut karena Huang mengenali buku itu adalah milik Huan-Ran.
"Darimana Yang Mulia tahu buku ini miliknya?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Jawab pertanyaanku, sejak kapan Kamu berteman dengan Huan-Ran?"
Bao Jia tidak berniat untuk berbohong atau semacamnya, jadi secara terbuka dia menjawab,
"Sejak Aku pertama kali mengunjungi Paviliun Delima, ternyata Pangeran Kedua juga sering menghabiskan waktu disana"
Huang membuang nafas kasar, Kemudian berkata,
"Lagipula kenapa Kamu harus pergi kesana? Masih ada tempat lain yang bagus untuk menghabiskan waktu luangmu"
Entah kenapa Huang merasa kesal.
"Ah, tidak mau. Aku masih ingat kejadian di pinggir Danau, Aku harus menerima tamparan hanya karena tidak sengaja melihat sepasang kekasih sedang berciuman"
"Kamu!. Ternyata Kamu sangat pendendam"
"Pendendam apanya? Aku mencari tempat yang paling aman untuk diriku sendiri. Sebagai manusia normal, Aku merasa tidak boleh jatuh di lubang yang sama. Dan benarkan? Di paviliun Delima Aku bisa menghabiskan waktu dengan leluasa tanpa ada masalah apapun!"
"Tapi kejadian waktu itu, Aku.."
"Yang Mulia, sudahlah, jangan dibahas lagi. Kejadian itu masih membuatku sakit hati, jadi sebaiknya lupakan saja"
Huang Fu terdiam. Ia tahu bahwa Ia melakukan kesalahan waktu itu.
"Maaf"
"Apa?"
"Aku bilang Aku.."
"Nyonya... Airnya sudah siap"
Suara dari luar menghentikan obrolan Mereka.
Bao Jia pun bangkit kemudian berkata,
"Yang Mulia, Saya mau mandi dulu. Saya rasa sebaiknya Yang Mulia mendampingi selir Liu, Dia pasti sangat ingin Anda berada disisinya disaat seperti ini"
"Bukankah Kamu juga pernah mengalaminya? Apa Kamu juga ingin Aku berada disisimu saat itu"
Bao Jia yang sudah mencapai pintu, menghentikan langkahnya begitu mendengar pertanyaan itu, Dia kemudian dengan perlahan berkata,
"Tidak. Karena Saya sudah melepaskan semua harapan yang tidak akan menjadi kenyataan"
Bao Jia lalu pergi, meninggalkan Huang Fu yang mematung dengan ekspresi yang rumit.
Bersambung
sedappp kannn rasanya/Facepalm/
semangat Thor update nya ditunggu 💪
sedih kalau gantung ceritanya soalnya ceritanya GG
alur ceritanya enak tuk dibaca
kita terbawa emosi,keren semangat Thor