Istriku Canduku(Pengantin Pengganti

Tidak terasa kini hari telah gelap mengajak semua penduduk bumi untuk beristirahat setelah seharian ini beraktivitas.

Begitu juga dengan pasangan pengantin baru yang seharian ini menghabiskan waktu di dalam kamar. Keluar sebentar menjelajahi taman bunga Mama Hesti. Raya sangat menyukai bunga-bunga Mama Hesti yang tumbuh dengan subur.

"Kak Bian, boleh nggak si Joko ikut aku kesini?" Tanya Raya yang baru ingat dengan Joko.

"Joko?, siapa Joko?" Tanya Bian yang sebelumnya tidak pernah mendengar atau bertemu dengan orang bernama Joko itu.

"Iya, Joko kesayangan aku! Boleh nggak dia ikut kesini? Aku kangen banget sama dia! Biasanya sebelum tidur aku peluk dan ciumin dia dulu, baru deh bisa tidur dengan nyenyak!" Sahut Raya tanpa tahu jika pria di sampingnya itu sangat terkejut mendengar penjelasannya.

"Kamu...peluk dan ciuman sama Joko?" Ulang Bian yang kembali duduk tegak menatap Raya dengan serius.

"Ih . Kak Bian mah! Bukan ciuman atuh, tapi aku yang peluk dan cium Joko kucing kesayangan aku!" Ucap Raya lagi yang tadinya sudah berbaring mengatur posisi tidur kini terpaksa bangun lagi mengikuti Abian.

"Hah! Kucing? Kucing...namanya Joko?" Ucap Abian lagi yang terkejut.

"Sebentar aku ambil hp dulu!" Raya turun dari tempat tidur mengambil hpnya yang ia letakkan di atas meja depan sofa.

"Nih, biar kak Bian nggak aneh-aneh mikirnya!" Raya memperlihatkan layar hp nya yang memperlihatkan foto dirinya yang tengah menggendong seekor anabul berbulu lebat warna putih pada suaminya itu agar tidak salah paham dengan si Joko.

Abian menatap tak percaya saat melihat sosok bernama Joko yang di maksud istrinya.

"Hayo...! Kak Bian udah mikir kemana saja tadi...?" Raya tertawa-tawa dengan jari telunjuknya menusuk-nusuk pinggang Abian yang salah tingkah sebab sudah salah mengira tentang si Joko. Abian pikir Joko itu seseorang yang mungkin adalah pacar Raya.

Abian menangkap tangan mungil Raya yang sejak tadi menusuk-nusuk pinggangnya.

"Eits! Kamu udah berani mancing nih?" Ucapnya sambil menarik pinggang Raya hingga tubuh gadis itu merapat erat padanya.

Sontak saja Raya membulatkan matanya saat tiba-tiba saja Abian menarik dan memeluk pinggangnya.

"Kak..!" Pekiknya dengan mata membulat.

"Apa hem? Tadi aja udah berani ngerjain kan?" Ucap Abian menatap Raya dengan tersenyum penuh arti.

"Mana ada begitu kak, aku nggak ngerjain Kakak kok!" Bantah Raya dengan jantung dag-dig-dug ser berada sedekat dan seintim ini dengan suaminya.

"Oya?!" Abian menaikkan sebelah alisnya menatap wajah panik istrinya. Senang sekali melihat wajah panik Raya seperti ini. Raya semakin imut dan menggemaskan jika panik seperti saat ini.

"Iya kak serius! Aku nggak ngerjain kakak, nama kucing ku itu memang Joko!" Jelas Raya lagi yang saat ini sudah sangat panik berada dalam dekapan seorang pria dewasa seperti saat ini membuat tubuh Raya merinding disco. Dan juga takut, Takut di apa-apain.

"Kak...!" Suara Raya semakin terbata-bata saat Abian terus saja menatapnya.

"Ya, Boleh nggak?"

Suara Abian sudah serak dengan jakun naik turun. Memeluk Raya sedekat dalam keadaan sama-sama sadar. Artinya Raya tidak sedang tertidur. Tentu saja membuat naluri kelelakiannya bangkit dengan sempurna.

"Hah! Boleh apa kak?" Tanya Raya cepat, demi apa jantung sudah tidak aman saat ini.

"Ya ampun...tahan Bian...tahan! Dia masih kecil! Nanti dia sawan bagaimana?!"

Batin Abian berperang saat ini. Antara meminta atau tidak. Dirinya adalah pria dewasa yang sudah pasti telah membayangkan hal yang iyah-iyah setelah menikah tentunya.

"Boleh cium nggak Ya?" Akhirnya hanya kata itu yang lolos dari bibirnya. Abian belum tega meminta haknya pada Raya yang masih sangat polos itu.

"Haa..? Ci...cium?" Raya semakin melebarkan matanya mendengar permintaan pria yang tengah memeluknya itu. Demi apa, selama ini Raya tidak pernah berciuman, boro-boro berciuman pacar saja dia tidak punya. Satu-satunya pria yang dia cium pipinya hanya Ayahnya saja, sama Joko, ya Joko juga seorang pria kan, pria versi kucing yang sangat lucu.

"Iya, cium, hanya sebentar! Bolehkah? Setelah itu kita tidur, hanya tidur!" Balas Abian lagi yang sebenarnya ingin sekali tertawa melihat kepanikan Raya.

"Duh! Gimana ini, kalau nolak berarti aku durhaka karena menolak suami. Kalau mengizinkan....aku kan takut...! Huhuhu!" Batin Raya yang tidak punya pilihan.

"Raya!" Panggil Abian lagi saat menunggu beberapa detik namun tak ada jawaban dari Raya.

"Bo...boleh, tapi...tapi..."

"Tapi apa?"

"Aku takut kak!" Raya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Malu bercampur takut menjadi satu.

"Takut kenapa? Kan hanya di cium saja kok, nggak di apa-apain!" Tukas Abian lagi yang merasa geli dengan tingkah polos istrinya itu. Dirinya bagai memiliki mainan saat ini.

"Ya, buka dong tangannya! Gimana mau di cium kalau wajahnya di tutup gitu!" Abian menyingkirkan kedua tangan Raya dari wajah cantiknya yang kini sudah merona merah karena malu.

Perlahan Abian mengikis jarak di antara mereka. Tidak bisa di pungkiri jika jantungnya pun kian berdebar-debar saat ini.

Raya menahan nafasnya saat wajahnya dengan Abian sudah tidak memiliki jarak lagi. Raya gugup.

SAMA OTHOR PUN JADI IKUTAN GUGUP NIH!🙈🙈🤸🤸