Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Dua
Mentari tampak mulai bersinar. Kabut yang tadinya menebal mulai memudar, namun rasa dingin masih sangat begitu menusuk tulang.
Dita men-sedekapkan tangannya didada dengan ujung jemarinya yang ia sembunyikan dibalik saku jaket.
Ia mencoba melawan dinginnya pagi dan mengikuti arah langka Angkasa sebagai pimpinan untuk melakukan pencarian pada dua mahasiswi yang belum juga kembali.
"Pak, sebaiknya kita berhenti sejenak untuk beristirahat, sembari menunggu kabut menipis." Galuh menyarankan, sebab tidak mungkin mereka melakukan pencarian dalam kondisi seperti ini.
Untuk memikirkan keselamatan mereka, dan takut jika salah dalam perhitungan, bisa saja mereka menjadi salah satu korban yang celaka.
"Baiklah, kita beristirahat disana." Angkasa menunjuk sebatang pohon eucalyptus yang tumbuh berjejer dan sengaja ditanam oleh sebuah perusahaan pulp raksasa yang memanfaatkan minyak astirinya dan juga batangnya sebagai olahan bahan dasar kertas.
Keempatnya menuju kearah pohon yang sedikit lebih besar dari pohon lainnya. Lalu mereka duduk dibawahnya.
Galuh mencoba mengumpulkan dedaunan untuk membuat api unggun, namun daun yang lembab akibat kabut embun membuatnya tak dapat untuk dibakar.
Ia tampak berputus asa, dan wajahnya sudah basah dipenuhi bintik air yang berasal dari kabut embun. Bahkan jaket yang mereka kenakan juga ikut basah, dan tak mampu untuk melawan rasa dingin yang sangat menusuk tulang.
Galuh meraih jemari tangan Kavita. Gadis itu mencoba menepisnya, namun sang pemuda tak menggubrisnya, ia semakin memperkuat cengkramannya, lalu menggosok ujung jemari Kavita agar menciptakan rasa hangat.
Gadis itu tampak sangat kedinginan, dan dikhawatirkan akan mengalami hipotermia jika tak cepat ditangani.
Dan hal ini yang akan menjadi istilah, bukannya membantu, justru menjadi beban.
Dita mengeluarkan botol minyak kayu putih dari saku jaketnya, lalu meneteskannya pada ujung jemari Galuh dan juga Kavita.
Pemuda itu membalurkannya pada ujung jemari tangannya dan juga gadis arogan tersebut. Tak lupa Dita ia menuangkannya ditelapak tangan sang gadis yang selalu sok ingin dihargai itu untuk dibalurkan ke area perut dan bagian dada.
Kavita melirik Dita yang baru saja membantunya dari serangan hipotermia dan ia menundukkan kepalanya.
Tak Dita memberikan botol itu kepada Angkasa, dan Kavita meliriknya juga.
Dalam situasi seperti ini, sungguh rasanya ingin bersandar didada bidang sang pria, mendapatkan dekapan hangat yang merupakan impiannya.
Dadanya bergemuruh saat melihat pria matang itu membalurkan minyak kayu putih dibagian perutnya yang sixpack dan hal itu tanpa sengaja terlihat olehnya dibalik kemeja yang membentuk tubuh kekar sang Dekan, sungguh hal itu membuatnya sangat gelisah.
"Terimakasih," ucap Angkasa pada Dita dengan senyum yang begitu hangat. Gadis yang terkesan sedikit tomboy itu hanya membalas dengan senyum setipis kulit ari, dan sangat datar.
Kavita merasakan sesak pada dadanya. Mengapa bukan ia yang ditatap seperti itu, sang gadis hanya dapat menggigit bibirnya untuk menahan rasa iri yang menggunung dalam hatinya.
"Sepertinya kabut mulai samar. Kita lakukan pencarian, semoga saja mereka masih dapat kita selamatkan," ucap Angkasa kepada ketiga
Anggap saja tanpa salju...
Mereka beranjak bangkit dari duduknya. Lalu kembali melakukan perjalanan untuk mencari para Mahasiswi yang menghilang.
Sesaat mereka menerobos sebuah kabut yang cukup tebal, dan memasuki hutan yang sedikit aneh.
Bukankah seharusnya mereka berada dihutan eucalyptus? Mengapa pepohonannya berubah menjadi pohon-pohon berukuran besar dengan dahan yang melintang dan mirip dengan pohon beringin dan juga Mahoni.
Bunga Mahoni yang sedang bermekaran, menyebarkan aroma khas yang sangat kuat dan menyengat, mirip dengan aroma kantil dan sejenisnya.
Galuh mengedarkan pandangannya kesegala arah. Ada sesuatu yang sangat janggal. Dimana terlihat ada kelebayan bayangan hitam yang terus mengawasi mereka dari balik pohon besar tersebut.
"Kabutnya mengapa semakin menebal, Pak?" tanya Galuh dengan rasa aneh yang menjalar dibagian punggungnya.
"Iya, Pohonnya juga berubah, bukankah kita berada dihutan pinus dan eucalyptus? Lalu mengapa menjadi pohon beringin dan Mahoni?" sahut Kavita yang ternyata mersakan hal aneh saat mereka memasuki kabut tebal yang tak biasa.
Terlihat sulur-sulur pohon beringin menjuntai hingga ke bawah dan menyentuh tanah yang diperkirakan berusia ratusan tahun.
Angkasa menyadari hawa negatif yang cukup kuat hadir dalam sekejap. "Sial, kami terbawa masuk kedalam dunia lain," makinya dalam hati.
Ia melirik ketiga mahasiswanya yang tampak mengamati setiap arah dengan rasa bingung dan juga penasaran.
Wuuuussh
Sekelebatan bayangan melintas dengan cepat, dan hal itu membuat Kavita tersentak kaget, lalu tanpa sengaja mendekap Dita, dan menyembunyikan wajahnya didada sang gadis.
"Apa itu," ucapnya dengan rasa ketakutan.
"Tenanglah, jangan lupa berdoa," Dita mencoba mengingatkan.
Mendengar jawaban Dita, ternyata ia sudah meminta perlindungan pada gadis tersebut, lalu dengan cepat melepaskan dekapannya, dan mengamit tangan Galuh untuk mengurangi rasa takutnya. Ia sudah malu hati.
"Tetap waspada," Angkasa mencoba mengingatkan ketiganya. Ia semakin merasakan sesuatu yang tak beres sedang terjadi pada mereka.
Terlihat dedaunan saling bergesek dan menimbulkan bunyi gemerisik, sedangkan angin tidak ada yang berhembus.
Wuuuuush
Kembali kelebatan bayangan hitam yang terus melintas dan dipastikan jumlahnya tidak sedikit.
Wuuuuss
Craaaaaas
"Awas!" Angkasa menarik tubuh Dewi Pandita dengan begitu cepat dan berada dalam dekapannya untuk menghndari sesuatu yang akan menyerang gadis tersebut.
Angkasa terdiam, begitu juga dengan Kavita dan juga Galuh yang tercengang dengan wajah ketakutan saat menyaksikan sesuatu makhluk mengerikan dengan wujud kepala botak, mata besar melebar, hidung pesek dengan lubangnya yang besar, dan tidak memiliki bibir, namun memperlihatkan giginya yang runcing.
Tubuhnya sekecil bayi berusia tiga tahun, memiliki ekor yang panjang, dan berjalan seperti kera.
Sosok itu menggeliat kesakitan saat sebuah senjata runcing menembus dadanya hingga ke punggung.
Sosok itu menggeliat dengan suara rintihan kesakitan yang menggema didalam hutan yang sangat misterius.
Cairan pekat berwarna hitam mengalir deras dari lukanya, lalu tak berselang lama, sosok itu hancur menjadi serpihan kecil yang kemudian hangus terbakar.
Angkasa melepaskan dekapannya pada sang gadis. Ia tercengang melihat Dita memegang keris miliknya yang dihuni oleh Chakra Mahkota Langit dan hal yang mmebuatnya semakin terkejut, mengapa Dewi Pandita dapat menggunakannya? Sedangkan benda itu tersimpan ghaib dipinggangnya.
Angkasa menatap sang gadis dengan seribu pertanyaan yang tak mampu terjawab oleh akalnya. Benda itu tak sembarang orang dapat menggunakannya, bahkan dapat mengambilnya secara ghaib.
Sedangkan Galuh dan Kavita merasa penasaran darimana Dita mendapatkan benda itu, sebab sedari tadi mereka tak melihat Dewi Pandita membawa senjata apapun.
Ditengah rasa penasaran yang cukup besar dihati ketiganya. Tiba-tiba serangan makhluk berwujud aneh itu datang dengan tak terduga, dan Angkasa meraih keris miliknya dari tangan Dewi Pandita, lalu mulai menyerang para makhluk-makhluk mengerikan tersebut.
Dewi Pandita membantunya dengan memberikan tendangan dan pukulan pada makhluk tersebut dan sepertinya cukup berguna.
Tanpa mereka sadari, satu sosok mengerikan itu menerkam Kavita, dan memberikan gigitan pada lengannya.
"Aaaaaaaaaargh," pekiknya lesakitan.
kedua orang tuanya langsung bertemu biar bisa langsung nikah trus tamat, soalnya kak Siti mau fokus ke begu ganjang 😙😙
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔