Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.
Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 22
Gricelin merasa bingung, ntah apa saja yang keluar dari mulut Diandra untuk memperdaya Regan.
Awalnya saat di hotel, Regan memang memiliki perasaan pada Gricelin.
Mengingat betapa kasihannya Gricelin karena ditipu oleh ibu kandungnya sendiri, bahkan ibu kandungnya juga tega menjualnya.
Tapi setelah melihat sendiri, Gricelin menyakiti Diandra Atmaja ditambah lagi pengakuan semua penghuni kampus tentang Gricelin yang sering membuat onar dan meledak-ledak.
Rasa kagum Regan pada Gricelin sekaligus rasa kasihan yang sebelumnya ada sekarang benar- benar lenyap.
Gricelin hanya bisa menghembuskan napas kasar, kepalanya jadi pusing.
Suasana hatinya menjadi sangat buruk.
Tanpa menjawab dia ingin pergi begitu saja.
Dulu dia terlihat jahat, karena terjebak dengan permainan kata-kata yang dilakukan oleh Diandra.
Diandra terus saja memancing emosinya.
Dia yang saat itu tidak bisa mengendalikan emosinya, tentu saja marah dan tanpa sadar melakukan kekerasan saat membela dirinya sendiri.
Bahkan berteriak marah seperti orang gila karena untuk meluapkan emosinya ditambah lagi tidak ada orang yang mendengar ucapannya.
Mengingat semua itu, dia merasa ironi.
Dia hanya berniat untuk membela dirinya sendiri.
Dia yang menjadi korban malah terus dipojokkan dan menjadi seorang tersangka.
Gricelin merasa tenaganya sudah habis dan tidak bertenaga untuk melakukan pembelaan, dia akhirnya kembali memilih pergi dengan kalah.
Tapi sebelumnya dia yang memandang Regan dengan tatapan acuh tak acuh, sekarang berubah sangat dingin.
Dia menyesal, sebelumnya pernah membandingkan Rava dan Regan.
Dan malah berpikir, lebih baik Regan dibandingkan dengan Rava.
Ternyata dia salah besar, rupa Regan lebih kalem, dia bahkan ramah.
Tapi orang seperti Regan memang ramah pada semua orang, bukan seperti Rava yang hanya bersikap baik hanya padanya.
Regan ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat kekecewaan yang terlihat dari kedua bola mata Gricelin.
Akhirnya Regan mengurungkan niatnya.
Gricelin memilih pergi ke danau belakang kampus sendirian, tempat yang sejak dulu dia datangi saat dalam keadaan sedih seperti ini.
Dia hanya bisa menatap nanar ke arah danau dengan penuh kesedihan.
Tiba-tiba seseorang menyodorkan minuman dan makanan padanya.
Gricelin menoleh.
Dia mengabaikan orang itu.
"Apakah kamu takut? Kalau sampai aku memasukkan racun pada makanan dan minuman ini," ucap orang itu.
Gricelin menjawab dengan jujur. "Iya."
"Kenapa? Aku nggak mungkin melakukannya pada calon istriku," ucap Rivan santai tanpa beban.
Setelah menyelesaikan urusannya di komunitas, ntah kenapa dia malah kepikiran Gricelin.
Jadi dia pergi ke kampus untuk sekalian mengajar olahraga disana.
Rivan duduk disamping Gricelin, tapi gadis itu malah menghindar.
Gricelin malah bangkit berdiri dan duduk dibangku lain.
Hal yang dilakukan oleh Gricelin sungguh membuat Rivan semakin tertarik ingin mencari tahu tentang kehidupan gadis itu sebelumnya.
Saat Rivan ingin menggoda Gricelin dengan berniat duduk dibangku yang sama dengan gadis itu.
Gricelin yang berniat bangun malah pingsan.
Awalnya Rivan mengira jika Gricelin bersandiwara.
Ternyata, gadis itu beneran pingsan.
"Sial! Kenapa saat aku dekat gadis ini dia selalu dalam posisi seperti ini?" Gerutu Rivan.
Sebenarnya dia bukanya kesal dengan Gricelin, dia hanya kesal kalau kembali mendapatkan amarah Rava.
Ntah alasannya apa? Tapi Rivan sangat yakin, jika kakak kembarnya itu sangat-sangat mencintai Gricelin.
Dia langsung menggendong Gricelin dan membawanya ke rumah sakit.
Setelah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, akhirnya dia pun sampai di rumah sakit.
Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan dirumah sakit, dokter datang.
"Pak Rivan, kami sarankan Anda untuk pergi ke dokter obgyn." Kata dokter itu IGD itu.
Rivan memasang ekspresi terkejut. "Maksudnya ke dokter kandungan? Apakah maksud dokter wanita ini sekarang hamil?"
Dokter itu nampak memasang wajah ragu, semua vitalnya bagus. "Tidak ada masalah sama sekali, tapi kalau dugaan saya."
"Dia pingsan karena kelelahan, hormon ibu hamil itu naik turun."
Mendengar penjelasan dokter itu Rivan menggaruk kepala belakangnya, dia nampak ragu.
Ragu untuk menghubungi Rava atau tidak.
Tapi Rivan buru-buru mengatakan, "Baik, mohon bantuannya."
Dokter itu langsung berkata pada suster disampingnya, untuk segera mendaftarkan Gricelin ke poli kandungan.
Setelah berpikir sejenak, Rivan pun akhirnya memilih untuk menghubungi Rava.
"10 menit lagi kakak sampai rumah sakit ini!" teriak Rivan dengan nada terkejut mengulang kembali ucapan Rava.
10 menit dari perusahaan kakaknya ke rumah sakit ini, sungguh mustahil mengingat jaraknya lumayan jauh.
Melihat Gricelin yang masih pingsan, Rivan memilih untuk menutup tas Gricelin yang sempat terbuka sedikit.
Tapi didalam tas, Rivan tak sengaja melihat bebarapa karya sulaman yang begitu indah.
"Sulaman ini sangat mirip ... " Celetuk Rivan, lalu dirinya reflek menoleh ke arah tangan Gricelin.
Dia menarik tangan Gricelin perlahan.
Banyak sekali tusukan di ujung jari mulusnya.
"Jangan-jangan penyulam yang dulu pernah adu mekanik denganku adalah Gricelin," tebak Regan dengan wajah terkejut.
Mengingat dulu dia pernah balapan mobil dengan seorang gadis SMA.
Jika semua orang bertaruh uang pada saat itu, tapi gadis itu bertaruh dengan hasil sulamannya.
Walaupun pada akhirnya gadis itu kalah, tapi Rivan mengakui.
Jika kemampuan gadis SMA itu sangat bagus, bahkan dia memiliki bakat yang akan meningkat jika diasah.
Sampai sekarang Rivan masih menyimpan karya sulaman gadis itu.
Bahkan saat Regan meminta untuk dijadikan sample perusahaannya, Rivan tidak memperbolehkan.
Walaupun dia tidak begitu paham tentang seni sulam, tapi karya itu terlihat menarik.
Dan dia menyimpannya, berharap jika suatu saat akan menemukan gadis itu.
Apakah mungkin gadis itu benar-benar Gricelin? Sebuah tanda tanya sekarang ini mengganjal didalam benak Rivan.
Mengingat karya sulaman yang didalam tas Gricelin memiliki pola dan sisi unik yang sama dengan gadis SMA beberapa tahun lalu.
Tepat 10 menit berlalu, Rava pun akhirnya sampai dirumah sakit.
Hal itu langsung membuyarkan lamunan Rivan.
Dia menatap Rava yang sekarang ini menatapnya dengan tajam.
"Kenapa kamu bisa membawanya ke rumah sakit? Apakah ada orang kampus yang membully-nya lagi?" Tanya Rava dengan tatapan penuh selidik, tanpa menyalahkan adik kembarnya.
Rivan bingung bagaimana menjelaskannya.
"Begini ... "
Saat ingin menjelaskan Angel datang dan langsung memeluk Rava.
"Rava sekarang aku masuk UGD karena penyakit lambung aku kumat. Aku tahu, kamu sangat mengkhawatirkan aku. Makanya kamu berada disini," ucap Angel percaya diri.
Rivan menyipitkan matanya, "sejak kapan kamu kembali ke negeri ini?"
Sementara Rava merasa sangat risih, saat Angel memeluknya.
Dia menjauhkan tangan Angel, tapi Angel enggan untuk melepaskan Rava.
Hal itu membuat Rava kesal dan menatap Angel dengan tatapan tajam.
Nyali Angel pun menciut, lalu dia menjauhkan tubuhnya.
Angel menjawab dengan nada acuh, "sudah lumayan lama. Aku kembali agar bisa bersama dengan Rava."
Dia menatap Rivan yang pernah suka dengannya dengan penuh kebencian.