NovelToon NovelToon
THE ETERNAL QUEEN

THE ETERNAL QUEEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Menjadi NPC
Popularitas:492
Nilai: 5
Nama Author: Yuuuki

Aku mengingat semua kehidupanku, tapi yang pasti aku tidak ingat kehidupan pertamaku, dan firasatku aku buka mahkluk bumi ini, siapa aku?
Lagi lagi aku menjadi seperti ini, terjebak di putaran dunia. kehidupan ku yang ke 1002
Besok ngapain ya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuuuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20: Awal, Debutante!!

Hari sudah mulai cerah, salju sudah mulai cair. Lady lady mulai mempersiapkan pesta Debutante mereka.

Pesta Debutante adalah pesta formal yang biasanya digunakan untuk memperkenalkan Gadis muda pada pergaulan sosial sebagai "Wanita Dewasa" dikalangan bangsawan atau keluarga terpandang dikelas sosial Atas.

Biasanya Wanita bangsawan berumur 16-18 Tahun menggunakan gaun elegant yang indah.

Beberapa minggu kemudian, aku berdiri didepan pintu besar itu bersama Cora

"Stt, aman kita akan aman, fufufu" Ucap core yang menenangkan ku

"Beh.. Debutante lagi Debutante lagi, kacau"

"ALEXSANDER ANNIKA CORA

ALEXSANDER VIOLETINE ATHENA LILAC

Memasuki Ruangan!!"

Langkah kaki dua gadis itu terdengar lembut di lantai marmer istana, seakan waktu ikut berhenti menatap mereka. Lilac, dengan rambut hitam panjang bergradasi ungu yang berkilau di bawah lampu kristal Aurorise, berjalan anggun mengenakan gaun malam berwarna biru gelap bertabur ornamen emas. Gaun yang seperti menyimpan langit berbintang di setiap lipatannya. Renda tipis dan pita emas di pinggangnya berkilau seakan menyapa setiap mata yang melihat.

Di sampingnya, Cora, saudari kembarnya, tak kalah memukau. Rambut putihnya yang jatuh seperti salju kontras dengan gaun biru tua berlapis kain satin dan hiasan emas yang megah, dengan lapisan rok berundak seperti ombak malam yang berkilauan. Mata ungunya yang teduh menyiratkan ketenangan, berbeda dengan tatapan Lilac yang lebih tajam namun lembut, menciptakan pesona yang bertolak belakang namun serasi.

Saat pintu utama ruangan pesta debutante dibuka, semua percakapan seketika mereda. Para tamu berhenti berbicara, dan musik waltz seakan menjadi latar bagi langkah mereka. Kembar dengan pesona yang begitu memikat, seakan... dewi malam dan cahaya bintang berjalan berdampingan.

Bisikan kekaguman mulai terdengar di antara kerumunan.

"Itu… mereka kembar?"

"Cantik sekali… seperti putri langit."

Gaun Lilac dan Cora berkilau setiap kali mereka melangkah, menebarkan pantulan cahaya emas yang menyihir ruangan. Dalam keheningan itu, mereka berdua menundukkan kepala sedikit, memberi salam anggun kepada para tamu, sebelum berjalan bersama menuju tengah ruangan.

Di ujung ruangan, di atas panggung berlapis karpet merah, Kaisar duduk di singgasananya dengan Permaisuri di sisi kiri, dan Putra Mahkota berdiri anggun di sisi kanan. Cahaya lilin besar memantul di mahkota emas mereka, menambah kesan agung yang tak terbantahkan.

Begitu Lilac dan Cora berhenti di tengah aula, semua mata tertuju pada mereka. Kaisar seorang pria dengan aura tak terbantahkan, tatapan tegas namun penuh wibawa, membiarkan senyum tipis muncul di wajahnya.

“Malam ini istana menerima dua bintang baru,” ucapnya, suara beratnya menggema di ruangan.

“Lilac dan Cora… Kehadiran kalian bagai sepasang cahaya yang membawa kemegahan langit malam ke pesta ini.”

Permaisuri menatap mereka dengan sorot mata penuh kelembutan. “Kalian tampak menawan,” ujarnya, suaranya seperti musik yang menenangkan. “Semoga malam ini menjadi awal dari langkah yang penuh keberanian dan keanggunan.”

Putra Mahkota, dengan rambut emas sebahu dan mata keemasan yang tajam, tak bisa mengalihkan pandangannya. Ada kilatan rasa kagum yang sulit disembunyikan. Ia sedikit maju, lalu menundukkan kepala sebagai tanda hormat.

“Kedua Nona… gaun kalian bagaikan langit malam yang dipenuhi bintang. Aku harap kalian menikmati malam ini.”

Lilac dan Cora serentak menundukkan tubuh dalam curtsy sempurna.

“Hormat hamba kepada Yang Mulia Kaisar, Permaisuri, dan Putra Mahkota. Semoga sinar kejayaan selalu menyertai takhta kerajaan,” ucap Lilac dengan suara tenang namun tegas, sementara Cora menambahkan lembut, “Hamba merasa terhormat berada di bawah pandangan Yang Mulia.”

Suasana ruangan hening sejenak, seolah semua orang ikut terpesona oleh momen itu. Bisikan para tamu kembali terdengar, kali ini penuh rasa kagum.

Musik waltz lembut kembali mengalun, seakan mengikuti isyarat halus dari Kaisar. Para tamu mulai berpasangan, membentuk lingkaran di sisi aula, memberi ruang di tengah panggung dansa. Putra Mahkota melangkah mendekat, gerakannya tenang namun penuh wibawa. Sorot matanya yang keemasan berhenti pada Cora, yang berdiri anggun dengan gaun biru tua berlapis hiasan emas.

“Nona Cora,” suaranya rendah namun jelas, “bolehkah aku meminta kehormatan ini untuk tarian pertama?”

Cora sempat melirik Lilac sejenak, dan lilac hanya tersenyum kecil, mengangguk memberi dukungan. Dengan gerakan anggun, Cora merendahkan sedikit tubuhnya, melakukan curtsy ringan.

“Merupakan kehormatan bagi hamba, Yang Mulia,” jawabnya lembut.

Di sisi lain, Lilac yang baru saja melangkah ke sisi aula, merasa ada bayangan yang mendekat. Seorang pria dengan aura memikat, mengenakan mantel putih dan lencana mawar emas di bahunya, menatapnya dengan senyum tipis. Dialah Apostle Aphrodite, utusan suci yang terkenal menawan. Luceran.

“Bintang malam ini tampaknya belum memiliki pasangan,” ujarnya dengan suara yang dalam namun hangat. “Nona Lilac, bersediakah Anda menari dengan hamba?”

Lilac terdiam sejenak, matanya yang ungu muda menatap pria itu. Aura karisma yang terpancar darinya berbeda,misterius namun memikat. Ia lalu membalas dengan curtsy halus.

“Apostle, akan menjadi kehormatan bagiku.”

Ketika Putra Mahkota dan Cora mulai melangkah ke tengah aula, semua mata beralih pada mereka. Langkah Putra Mahkota mantap, tangannya memegang lembut pinggang Cora, sedangkan tangan satunya menggenggam tangannya. Musik waltz meningkat, dan keduanya mulai berputar di bawah cahaya chandelier, menciptakan pemandangan seperti lukisan hidup.

Di sisi lain, Lilac dan Apostle Aphrodite bergabung ke lingkaran dansa. Gerakan mereka berbeda,lebih ringan, lebih memikat, seakan setiap langkah Lilac diiringi kilau gaunnya yang bertabur bintang. Dua pasang mata, dua kisah berbeda, namun sama-sama mencuri perhatian seluruh ruangan.

Apostle Aphrodite berdiri dengan aura yang begitu memikat, seakan setiap langkahnya membawa wangi mawar dan pesona yang tak terlukiskan. Rambutnya putih sebersih salju, tergerai dengan potongan yang rapi namun sedikit berombak di ujungnya, memantulkan cahaya kristal hingga tampak seperti benang perak.

Matanya merah bagai rubi yang menyala, tatapannya tenang namun memiliki daya tarik yang sulit dihindari. Ada kilau rasa percaya diri yang misterius di balik pandangannya, seolah ia selalu mengetahui lebih banyak dari apa yang tampak di permukaan.

Pakaiannya adalah seragam suci berwarna putih bersih dengan sentuhan bordiran emas dan garis merah, simbol kejayaan dan cinta. Mantel panjangnya berkibar ringan setiap kali ia bergerak, dengan logo mawar berwarna emas yang tersemat di dada kiri, menandakan kedudukannya sebagai utusan langsung Dewi Aphrodite. Pada bagian sabuk, terdapat ornamen berbentuk kelopak mawar yang dipadukan dengan rantai tipis berwarna emas.

Di tangannya, ia mengenakan sarung tangan putih yang dijahit dengan benang emas, mempertegas kesan sempurna dan tak bernoda. Seluruh penampilannya memancarkan pesona yang lembut namun mendominasi, seakan keberadaannya adalah campuran dari karisma seorang ksatria dan daya tarik seorang pangeran.

"Lihatlah Yang Mulia Pangeran Mahkota… langkah dansanya sempurna seperti yang diharapkan pewaris takhta."

"Ah, matanya itu… keemasan bak matahari. Cora pasti merasa seperti menari bersama matahari itu sendiri."

Namun suara lain terdengar lirih,

"Tapi bukankah Pangeran Mahkota terlalu kaku? Ia tampak seperti menari karena kewajiban, bukan karena hati."

"Siapa gadis berambut putih itu? Ia seperti salju di bawah cahaya bulan… cantik sekali."

"Gaunnya, lihat! Bertabur bintang, seperti mimpi."

Namun ada pula yang berbisik dengan nada iri,

"Kecantikannya terlalu dingin. Ia terlihat seperti patung porselen—anggun, tapi tak punya rasa."

"Gadis dengan rambut hitam bergradasi ungu itu… matanya seperti permata amethyst. Ada aura yang berbeda darinya."

"Gerakannya luwes, ia seperti bintang yang hidup."

Namun suara lain mencibir,

"Wajahnya terlalu penuh percaya diri, seperti ia tahu bahwa semua mata memandangnya. Mungkin terlalu mencolok."

"Utusan Dewi Aphrodite… lihat caranya membawa diri. Benar-benar memikat, seakan setiap langkahnya adalah tarikan nafas cinta."

"Matanya yang merah itu… tak heran Dewi Cinta mengirimkan Apostle seperti dia."

Tetapi ada pula yang tak menyukai,

"Terlalu mencolok. Ia memandang Lilac seolah dunia hanya milik mereka berdua. Seorang Apostle seharusnya lebih rendah hati."

Yah, begitulah omongan omongan itu berlangsung, tidak ada yang menegur mereka tidak ada yang membenarkan mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!