NovelToon NovelToon
The Love Story Of Pram And Kailla

The Love Story Of Pram And Kailla

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Contest / Cintamanis / CEO / Tamat
Popularitas:8.8M
Nilai: 5
Nama Author: Casanova

Novel ini adalah musim ke 3 dari kisah cinta beda usia antara Pram dan Kailla.

- Istri Kecil Sang Presdir ( season 1 )

Pernikahan karena perjodohan antara Pram dan Kailla. Rumah tangga yang diwarnai
dengan konflik ringan karena tidak hanya karakter tetapi juga umur keduanya berbeda jauh. Perjuangan Pram, sebagai seorang suami untuk meraih cinta istrinya. Rumah tangga mereka berakhir dengan keguguran Kailla.

- Istri Sang Presdir ( season 2 )
Kehadiran mama Pram yang tiba-tiba muncul, mewarnai perjalanan rumah tangga mereka. Konflik antara menantu dan mertua, kehadiran orang ketiga, ada banyak kehilangan yang membentuk karakter Kailla yang manja menjadi lebih dewasa. Akhir dari season 2 adalah kelahiran bayi kembar Pram dan Kailla.

Season ketiga adalah perjalanan rumah tangga Pram dan Kailla bersama kedua bayi kembar mereka. Ada orang-orang dari masa lalu yang juga ikut menguji kekuatan cinta mereka. Pram dengan dewasa dan kematangannya. Kailla dengan kemanjaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pram & Kailla 21

Pram masih terlelap di ranjang empuk, dikelilingi dua bayi laki-laki serupa yang mengusik tidur. Si sulung Bentley terlihat berbaring di samping Pram dengan jemari menggelitik wajah tampan ayahnya. Si kecil Kentley yang wajahnya mirip sang kakak, hanya setitik tanda lahir di area tengkuk yang membedakan keduanya, terlihat duduk di sisi lainnya sembari menarik rambut berantakan Pram.

"Dadada ... di ... da ...." celoteh Kentley disambut dengan celotehan senada oleh kakaknya.

"Dad ... dadadi ... didi ...." sahut Bentley meremas wajah Pram sambil tergelak.

Pagi itu, keduanya sengaja diletakan Kailla di atas tempat tidur sambil berpesan pada sang suami untuk menjaga anak-anaknya. Namun, kelelahan akibat olahraga malam membuat Pram hanya terjaga beberapa detik dan memejamkan matanya tanpa sadar.

"SAYANG!" teriak Kailla sambil berlari menuju ke tempat tidur. Putra bungsunya hampir terjatuh dari tempat tidur. Kentley sudah duduk di tepi ranjang empuk mereka. Beruntung, ia keluar tepat waktu. Kalau tidak, bisa dipastikan pagi mereka akan dimulai dengan tragedi.

Pram tersentak, pria menuju setengah abad itu belum sadar sepenuhnya. Tampak ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya memaksa tubuh mengantuknya untuk bangkit dan duduk.

"Apa yang terjadi?" tanya Pram dengan suara serak. Tatapannya tertuju pada Kailla yang hanya tertutup handuk putih sebatas dada sedang menggendong Kentley di dalam dekapannya. Rambut panjang Kailla tergerai basah, dengan bulir-bulir cairan menetes di ujung lancip rambutnya.

"Kent hampir terjatuh, Sayang." Kailla menjawab dengan wajah kesal.

"Aku ketiduran," sahut Pram penuh rasa bersalah.

"Ya sudah, aku titip anak-anak. Aku harus membuatkan sarapan." Kailla meletakan si bungsu ke pangkuan Pram. Tak lupa ia menghadiahkan kecupan selamat pagi di bibir suaminya. Penyemangat pagi untuk memulai harinya.

***

Kailla sedang sibuk di dapur bersih kediaman mewahnya. Baru saja ia selesai menghancurkan kentang kukus dengan wortel dan brokoli yang dicampur dengan kaldu ayam untuk makanan duo kembar, selanjutnya Kailla disibukan dengan sarapan suaminya. Sejak di tangan Kailla, pria 45 tahun itu tidak pernah sarapan dengan makanan banyak rasa. Kailla selalu menjejali lambung suaminya dengan sarapan sehat.

Memotong buah alpokat dan menatanya di atas roti gandum. Kailla juga melengkapi sarapan pagi Pram dengan potongan telur ayam kampung rebus. Makanan sehat yang bisa dikatakan tanpa rasa, lidah Pram sudah mulai terbiasa dengan makanan simple penyajian dan tidak butuh banyak sentuhan.

"Kai, pulang kuliah temani Mama ke mal, ya?" Tiba-tiba ibu Citra sudah berada di belakang Kailla, menatap sang menantu yang tampak cantik dengan celemek kotak.

"Aku belum tahu, Ma. Takutnya nanti aku malah tidak bisa. Kalau mendesak, Mama bisa pergi dengan Tante Kinar saja. Minta Ricko yang mengantar. Selama Bayu di ...." Kailla tersadar, sang Mama belum tahu kalau sopir merangkap asisten suaminya itu masih ditahan.

"Selama Donny menemani Pram, Mama bisa memakai Ricko atau Tom. Tapi sebaiknya Ricko saja, pekerjaan Tom lebih menjaga anak-anak." Kailla menjelaskan.

Ibu muda itu tampak membawa piring keramik berisi sarapan suaminya ke atas meja.

"Mama sudah sarapan?" tanya Kailla, menatap ibu mertuanya. Wanita berusia senja itu tampak melamun, duduk di salah satu kursi yang mengitari meja makan.

Ibu Citra menggeleng lemas. Tadinya ia berencana mengajak Kailla membeli jam tangan. Kalau ia pergi dengan Kailla, menantunya itu akan membelikannya tanpa perhitungan masalah uang. Bahkan, ia tidak perlu meminta secara terang-terangan, Kailla seakan paham akan tanggung jawabnya. Ibu dari si kembar akan menyelesaikan pembayaran semua belanjaannya tanpa protes berapa pun nilainya.

"Bu, siapkan sarapan untuk Mama." Kailla memerintah Ibu Ida. Asisten rumah tangga itu sedang memasak di dapur yang menyatu dengan ruang makan bersama Ibu Sari. Tampak Sekar juga ikut membantu di sana. Gadis yang sekarang duduk di bangku SMA itu tak lama lagi akan melanjutkan kuliahnya. Terkadang gadis muda itu sering membantu Binara dan Kinara menjaga putra kembarnya.

"Ma, aku tinggal dulu. Pram harus bersiap ke kantor dan anak-anak masih bersamanya." Kailla menjelaskan sembari menatap jam yang tergantung di dinding. Waktu sudah menunjukan pukul enam lewat lima belas menit.

Baru saja Kailla melangkah, terdengar suara Ibu Citra menahannya. "Kai, bisa bicara sebentar ...."

"Ya, Ma. Ada apa?" tanya Kailla berbalik.

"Mama mau membeli jam tangan seperti yang kita lihat tempo hari. Dan Mama ...." Ibu Citra tertunduk, kedua tangannya saling meremas di atas meja makan.

"Ya, Ma. Aku mengerti. Aku tidak bisa ikut dengan Mama hari ini. Aku akan minta uang cash pada Pram atau memintanya mengirim ke rekening Mama, jadi Mama bisa beli dengan kartu debit saja." Kailla memberi jalan keluar.

"Tidak perlu menggunakan uang tabunganmu, Ma. Harga jam itu tidaklah murah," lanjut Kailla, tersenyum.

Ibu Citra bernapas lega saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir menantunya. "Terima kasih, Kai." Binar bahagia tampak jelas di kedua mata Ibu Citra. Betapa beruntungnya ia memiliki menantu seorang Kailla. Yang tidak pernah perhitungan masalah uang. Bahkan setiap meminta sesuatu, ia lebih memilih meminta pada Kailla dibandingkan Pram.

"Ah, tidak perlu dipikirkan, Ma. Putramu memiliki percetakan uang," sahut Kailla, tergelak.

***

Kailla yang sudah rapi dengan kemeja dan celana pensil terlihat duduk di karpet lantai menemani si kembar bermain. Kentley sibuk merangkak dan merambat di pinggiran tempat tidur, Bentley tampak duduk di samping Kailla dengan teether. Mainan untuk gigitan bayi yang berguna merangsang pertumbuhan gigi bayi lima atau enam bulan ke atas. Mainan yang dimasukan ke dalam mulut bayi.

"Kent, jangan ke sana, Nak. Daddy sedang mandi." Kailla meneriaki Kentley yang merangkak menuju ke arah kamar mandi.

"Dada ... didi ... dada." Kentley berceloteh.

Tepat saat bayi mungil itu akan melanjutkan kegiatannya mengeksplori ruang tidur orang tuanya, Pram keluar dari kamar mandi dengan tampilan basah. Handuk masih melilit di pinggang, memamerkan perut kotak yang selalu membuat Kailla menelan ludah.

"Eits, mau apa mencari Daddy?" tanya Pram, membungkuk dan meraih tubuh si kecil. Pram menggendongnya, membawa Kentley kembali pada Kailla.

"Sayang, tolong transfer seratus ke rekening Mama. Mama mau membeli jam tangan." Kailla membuka suara tepat saat baby Kentley berlabuh di pelukannya.

"Untuk apa uang sebanyak itu?" tanya Pram, berjalan menuju walk in closet. Ia paham arti kata seratus yang diucapkan Kailla. Mamanya tidak akan kekurangan uang seratus ribu rupiah.

"Mama mau membeli jam tangan. Tapi aku tidak bisa menemaninya."

Bukannya jam Mama sudah banyak. Buat apa membeli jam lagi?" tanya Pram setengah berteriak dari depan lemari pakaian.

Kailla tidak menjawab. Dengan menggendong putra bungsunya, ia memilih menyusul sang suami.

"Biarkan saja. Aku tahu jam Mama sudah banyak. Tapi, apa salahnya menyenangkan Mama di sisa umurnya. Lagi pula, kita tidak akan jatuh miskin hanya karena Mama membeli jam." Kailla mengeluarkan pendapatnya.

"Bukan begitu, Kai ... bukannya aku tidak mau. Hanya saja buang-buang uang. Mama juga tidak pernah keluar ke mana-mana. Untuk apa membeli jam dan hanya disimpan ...." Pram menjelaskan alasan keberatannya.

"Buang uang itu kalau memang Mama membeli barang tidak berguna. Itu jam mahal, masih bisa dijual. Lagi pula, uang segitu tidak besar untukmu. Kamu bahkan bisa mengeluarkan uang untuk Keisya lebih dari itu."

"Apa lagi ... Mama menyukainya. Ya sudah, apa salah menyenangkan Mama selagi kita mampu. Kecuali tidak ada uang, sampai harus menguras tabungan, meminjam pada orang. Mama itu sudah tua, dengan cara apa lagi menyenangkannya kalau bukan dengan begini. Aku lebih suka Mama meminta, berarti dia benar-benar menyukai barang ini, dibandingkan aku memberinya tetapi hanya disimpan di lemari," jelas Kailla panjang lebar. Matanya menatap pergerakan Pram yang sedang berpakaian.

"Mumpung Mama masih bernapas, Sayang. Kalau Mama sudah tidak ada, mau membelikan pabrik jam untuk Mama juga percuma. Mama sudah tidak bisa menikmatinya lagi." Kailla tergelak.

"Aku berani meminta padamu, karena aku tahu ... kalau uang sebesar itu tidak ada artinya untukmu."

Pram berjalan menuju ke arah Kailla setelah selesai berpakaian. Pria itu terlihat tampan dengan kemeja biru muda dan celana kain berwarna hitam yang disiapkan Kailla untuknya.

"Mulai pintar berdebat sekarang." Pram menyentil dahi Kailla kemudian menghadiahkan istrinya kecupan di tempat yang sama. Setelah itu, ia mengambil alih Kentley dari gendongan istrinya.

"Dada ... mama ... dada ...." celoteh Kentley sembari meremas hidung mancung Pram.

"Aku akan meminta Stella mengirim uang ke rekening Mama. Ayo, turun sarapan sekarang," ajak Pram berjalan duluan. Ia masih sempat melirik ke arah Bentley. Putra sulungnya berteriak kencang saat melihat adiknya digendong sang daddy.

"Sudah, digendong Mommy, ya." Kailla buru-buru meraih tubuh si sulung dan mengekor langkah Pram keluar dari kamar.

***

Tbc

1
Fitri ahmad
kok gak ada aq klik judulnya
Fitri ahmad
buset dahhh.. kuluarga upin ipin
Ayu Galih
Baguus banget karya2 mu kak dr awal 1,2 & 3 aqu ikutin cuma sayaaangnya aqu gk bisa lihat season ke 4 nya sefih bangeet ..😌
untuk yg lain aqu sdh melimpir kak...SEMANGAT ...
kalea rizuky
kaila kek bocah ua pernah selingkuh sih maklum suaminya tua jd liat yg muda kek. maruk/Smug/ jd inget dia pas selingkuh ma koko ditya ampe ciuman bibir menjijikan
kalea rizuky
Q baca lagi di taun 2025
Tifanny Lette
ceritanya real mana mba
Tifanny Lette
ceritanya real mana
Tifanny Lette
mba tau judul ceritanya panji dan ellena kah
Abiy Dewa
Luar biasa
Mak sulis
ternyata Keysa mendonorkan darah untuk Kailla..
membayangkan Pram kok mumet mboyong keluarga ke negri singa dan gak tau sampe kapan demi keamanan.
sat set sat set
Mak sulis
semoga ini jadi pelajaran dan pendewasaan buat Kailla
Mak sulis
hadduh kok Kailla juga diculik tapi gak papa sih..bisa ketemu anaknya.. tapi ngomong2 Sam kemana.. bakalan dirujak Pram ini
Mak sulis
Kailla jangan gegabah buat bergerak sendiri..dari pada tambah runyam
Mak sulis
Kailla dilarang menampakkan diri di hadapan Pram, ehhhslah nyusul ke kantor
Mak sulis
masih juga dikandungan sudah onty main jodoh2in aja
Mak sulis
warung sudah dibuka hidangan siap disantap ehhh gagal gara2 TLP interupsi
Mak sulis
Pram salah perhitungan..dg minta bantuan mama berharap bisa ngasih solusi malah dimarahi
Mak sulis
penasaran apa rencana Pram untuk membalas perlakuan Kai yg memancing dg memakai lingerie tapi harus jaga
Mak sulis
Sam semangaaaat!!!💪🏼💪🏼💪🏼 kerjaanmu double2😁
Mak sulis
lega..akhirnya Pram tau kalo Kailla hamil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!