Karena pengaruh obat, Atharya sampai menjadikan gadis desa sebagai pelampiasan nafsunya. Tanpa di sadari dia telah menghancurkan masa depan seorang gadis cantik, yaitu Hulya Ramadhani.
Akan kah Hulya ihklas menerima ini semua? Apakah Atharya akan bertanggung jawab?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Syukur Pada Yang Maha Kuasa
Waktu berlalu begitu cepat usia kandungan Hulya sudah tiga bulan. Selama itu ia menjalani terapinya. Hari ini Athar dan Hulya akan pindah ke rumah baru yang sudah Athar siapkan.
Mertua Hulya akan ikut menginap di sana selama satu minggu karena Hulya masih agak takut jika sendirian. Padahal Athar sudah menyiapkan beberapa pelayan untuk menemani istrinya.
"Mas... Kita jadi pindah? Apa enggak bisa di tunda lagi? Tahun depan gimana? Bulan depan? Atau dua minggu lagi gitu." Rengek Hulya.
Tangan Athar mengelus kepala istrinya lembut. "Kamu betah banget tinggal sama mertua."
"Betahlah mas, mertua aku kan baik banget sayang sama aku." Ucap Hulya dengan polosnya.
Akhirnya Hulya pun mengalah demi suaminya. Ia tahu jika suaminya sudah menyiapkan rumah itu dari jauh jauh hari. Hulya tak mau mengecewakan suaminya meskipun di hatinya masih ada rasa takut.
Mobil mereka tengah dalam perjalanan. Di susul mobil orang tua mereka yang ada di belakang. Kepala Hulya bersandar di lengan suaminya.
"Mas..." Ucap Hulya dengan nada manja.
"Iya sayang..." Jawab Athar lembut.
"Manggil aja." Celetuk Hulya dengan polosnya.
Athar tertawa gemas pada istrinya ini. Ia juga bilang pada istrinya tidak perlu takut jika di rumah nanti. Athar sudah memasang cctv di setiap sudut ruangan di rumah itu.
Hati Hulya sedikit lega, setidaknya Athar bisa melihat keadaannya meskipun sedang bekerja.
Orang tua Hulya tengah dalam perjalanan juga menuju rumah baru anak dan menantunya. Tadi subuh mereka sudah di jemput oleh supir keluarga Athar.
"Jadi rame ya mas, ada ibu sama bapak juga."
"Iya donk sayang. Nanti Kak Alana sama keluarganya juga insya Allah besok ke sini. Mamih mau adain pengajian rumah baru kita." Kata Athar.
-
-
-
Siang itu mobil keduanya sudah sampai di rumah baru yang akan mereka tempati.
Sebelum keluar dari mobil tangan Hulya menahan suaminya. "Kenapa sayang?" Tanya Athar.
"Jangan pergi dulu yah, besok aja kerjanya enggak apa apa kan?" Lirih Hulya.
"Iya sayang aku cuti kok kan kita mau adakan pengajian rumah ini. Aku enggak akan kemana mana." Ucap Athar lembut.
Hulya memeluk suaminya dulu sebelum turun dari mobil. Bibir Athar mencium kening istrinya lama sekali.
Keduanya turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam, tangan Hulya berdzikir ketika memasuki rumah. Ia berdoa dahulu saat menginjakkan kakinya di rumah baru. Semoga di rumah ini mendapat keberkahan dan kebahagiaan.
Senyum Athar menghiasi wajah tampannya yang semakin dewasa. "Amin." Ucap Athar lembut.
Orang tua mereka menyusul dari belakang, bibi yang bekerja di rumah ini masih kerabat dekat dari mbok yang tinggal di rumah keluarga Dewantara. Jadi Athar tidak khawatir.
"Kalian istirahat dulu yah, mamih mau cek ke dapur dulu."
"Iya mih terima kasih mamih." Hulya memeluk dulu mertuanya yang amat sangat ia sayangi.
"Bumil harus banyak istirahat jangan capek capek. Ada bibi di sini. Nanti Ellea sama Shaka menyusul mungkin malam. Katanya kangen sama onty Yaya." Tutur mamih Aleesya.
Hulya mengangguk dan pamit dari hadapan mertuanya. Ia ke atas bersama suaminya menggunakan lift. "Mas ini pakainya gimana?"
"Gini sayang." Athar mengajarkan istrinya cara menggunakan lift jika dirinya nanti tidak ada di rumah. Pelan pelan Hulya mengerti perkataan suaminya.
"Mengerti mas. Lantai tiga tempat apa mas? Kamar kita dilantai berapa?"
Athar menekan lantai tiga, ketika sampai di sana. Betapa senangnya Hulya melihat pemandangan dari atas. Suaminya sudah merenovasi lantai tiga menjadi tempat bersantai jika ada keluarga atau kerabat yang datang.
"Masya Allah bagus banget mas... Aku boleh kesini kan mas?"
"Boleh donk sayang, rumah ini kan punya kamu. Atas nama kamu."
DEG
Sontak Hulya tercengang, ia tak membayangkan jika suaminya sudah merubah kepemilikan rumah ini atas nama dirinya. "Kenapa mas sampai sejauh ini?" Lirih Hulya.
"Aku sudah menyiapkan masa depan untuk istri dan anak anakku. Kamu jangan khawatir ya sayang. Aku akan bekerja keras untuk kalian." Tangan Athar menarik istrinya ke dalam pelukannya.
Hulya tersenyum hangat mendengar perkataan suaminya yang sangat menyentuh. Ia benar benar di ratukan oleh suaminya.
Pasangan ini menikmati sore indah itu di atas sana sambil meminum kopi. Di atas sana Athar sudah menyiapkan mesin kopi dan alat panggang. Jika ingin kumpul keluarga bisa melakukannya di sini.
Sudah hampir magrib, Athar dan istrinya masuk ke dalam dan berjalan ke kamarnya. Mereka bersiap siap akan shalat berjamaah di mushola lantai bawah. Athar membuatkan mushala yang cukup besar menampung anggota keluarganya.
Papih Alarich yang memimpin di depan. Semua anggota keluarga, anak menantu dan cucu cucunya ikut shalat berjamaah. Mendoakan rumah ini.
Air mata Hulya menetes, ia masih tak menyangka akan ada di tahap seperti ini. Membayangkan menikah di usia sangat muda saja tak pernah terpikirkan olehnya.
Athar menikahi Hulya karena suatu kecelakaan. Ia benar benar bertanggung jawab atas diri Hulya dan keluarganya.
Bibir Hulya mengucapkan banyak syukur pada yang Maha Kuasa atas segala nikmat yang ia dapatkan. Mempunyai suami yang tampan dan mapan, meskipun di awal caranya salah. Mempunyai mertua yang sangat baik. Keluarga suaminya pun sangat perhatian dan menyayanginya.
Tangan Zena, kakak iparnya Hulya mengusap punggung Hulya lembut. Ia tahu apa yang adik iparnya ini rasakan. Ia juga pernah ada di posisi Hulya.
Omah Winda menangis bahagia melihat cucu cucunya yang sudah bahagia bersama keluarganya. Tinggal Anna anak bungsu dari keluarga Dewantara yang belum menikah.
Selesai ibadah, semuanya berkumpul di atas. Athala dan Ray membuat daging bakar dan sate. Ray datang mengajak istri dan anaknya.
Para wanita mengobrol santai malam itu. Athar memakai kan jaket ke tubuh istrinya. Dan ia mendapat ledekan dari saudara kandungnya.
"Ciee... Si paling bucin nih hahaha." Celetuk Alana.
Mata Athar sudah mendelik tajam pada kakak keduanya itu. "Pokoknya I love you, you love me." Lanjut Athala yang meledeknya.
"Kalau nendang kakak sendiri dosa enggak sih? Minimal di lempar dari lantai tiga gitu?" Celetuk Athar yang sudah berkacak pinggang.
Semua yang ada di sana menertawakan kejahilan adik kakak ini. Orang tua mereka bahagia, begitu pun orang tua Hulya yang sangat di terima di keluarga ini.
Bu Anisa dan pak Jafar sudah sampai sore tadi. Begitu pun kakak kakaknya Athar. Anna baru pulang karena ia tadi mengerjakan syuting iklan dulu.
Anna adik bungsu Athar sedari tadi sibuk dengan ponselnya. "Hayo kamu lagi chating sama siapa?" Tanya Athar.
"Teman kak." Jawab Anna pelan.
Athar menasihati adiknya agar bisa menjaga diri, karena yang ia tahu jika Anna sedikit berubah ketika menjadi model dan bintang iklan. Ia takut jika Anna akan terjun ke pergaulan bebas.
"Tenang aja, Anna bisa jaga diri kok."