"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Seorang pria dengan tergesa-gesa sedang berlari dari seseorang. Pakaiannya yang compang-camping membuatnya terlihat semakin lusuh.
“Huuh.. hah…” Ujar nafasnya tersengal saat berusaha untuk menghindari kejaran dari sekelompok orang-orang. Ia tak tahu sudah berapa puluh kilometer yang ia tempuh. Wajahnya bercucuran keringat. Tak lama, pria ini kehilangan kesadarannya di sebuah gubuk yang atapnya terbuat dari jerami.
Buggg… suara tubuhnya menghantam tanah.
Yarana yang mendengar suara tersebut bergegas keluar gubuk tempat ia mengungsi dan bersembunyi.
“Hei tuan! Bangun.” Yarana terus menggerakan tubuh pria yang entah darimana asalnya. Karena pria ini tak kunjung berdiri, Yaran akhirnya membopongnya dengan sekuat tenaganya. Nares tadi pergi keluar untuk mencari makanan, sebab itulah Yarana sendirian di gubuk tersebut. Jika ada Nares, mungkin Nares Lah yang akan membantu membopong orang ini.
“A.. air.. air!” Ujar pria ini dengan suara lirih. Entah kemalangan apa yang ia dapatkan, tubuhnya terlihat kurus dan kekurangan gizi.
“Ini, minumlah!” Yarana memberikan segelas air padanya. Ia membantu pria malang ini untuk duduk, dan meminum air.
Glekk.. glekk… dengan cepat air tersebut habis dalam hitungan detik. Melihat pria malang itu sepertinya kehausan, Yarana mengambilkan air dan beberapa buah untuknya. Pria ini benar-benar meminum dan melahap makanan yang diberikan dengan cepat.
“Kau siapa?” Yarana bertanya dengan hati-hati. Pria tersebut hanya menatap Yarana dengan wajah lugu.
“Aku tidak ingat diriku siapa.” Ia menjawab dengan wajah menunduk. Yarana juga tidak melihat adanya tanda-tanda kebohongan diwajahnya.
“Kenapa kau bisa tidak ingat dirimu?” Tanyanya lagi pada pria yang tak jelas asal usulnya.
“Aku.. tidak tahu.” Jawabnya spontan sembari menatap wajah Yarana dengan polos. Dari pengamatan seorang detektif, sepertinya pria ini ketakutan. Tangannya yang sedang memegang gelas terus saja gemetar.
“Apa ada sesuatu yang mengejarmu?” Pertanyaan Yarana membuat pria ini melirik kearah kiri dan kanan. Seperti sedang merasa diawasi.
“A.. ada yang mengejarku.” Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Pria yang berbaju compang-camping ini bersembunyi dibawah meja. Sepertinya benar dugaan Yarana, ada sesuatu yang telah mengejar pria ini.
“Tenanglah! Tidak akan ada menemukanmu bila kau bersembunyi disini. Gubuk ini aman.” Yarana menggunakan ilmu yang ia pelajari selama menjadi detektif. Bila ada seseorang yang terkena tekanan emosional, hingga merasa takut, maka hal pertama yang dilakukan adalah membuat orang tersebut merasa aman hingga ia berani berbicara. Salah satunya adalah memastikan ancaman tersebut tak akan berani menghampirinya.
“Kau yakin, mereka tidak ada disini?” Ia bertanya dengan wajah yang penuh harapan akan keselamatan dirinya.
“Tentu. Sekarang keluarlah dari kolong meja itu! Tidak akan terjadi apa-apa.” Jawab Yarana yang terus berusaha membujuk pria tersebut agar berani. Tak lama, keluarlah pria tersebut dari persembunyiannya dibawah meja.
“Sebenarnya, mereka yang kau maksud itu siapa?” Yarana mendengar pria ini mengatakan kata mereka ketika ia tadi bertanya. Sepertinya mereka yang dimaksud ini adalah sekelompok orang yang telah mengejarnya.
“Mereka orang-orang yang memakai jirah besi. Mereka terus saja mengejarku.” Jawaban pria malang ini, membuat Yarana mengetahui dengan pasti jawaban orang-orang yang telah mengejar pria tersebut hingga ketakutan seperti itu. Pasti orang berjirah yang dimaksudnya adalah prajurit-prajurit yang berasal dari sebuah kerajaan.
Tak lama terdengar suara pintu gubuk tersebut dibuka.
“Detektif, makanlah in..” Ucapan Nares terputus ketika melihat pria yang memakai pakaian lusuh. Pria yang tak diketahui asal usulnya ini seketika bersembunyi lagi melihat Nares.
“Siapa dia, detektif?” Walaupun dengan intonasi rendah, Yarana tahu Nares pasti sangat merasa bingung melihat seorang pria tiba-tiba ada disini.
“Ehh.. begini. Pria ini lupa tentang dirinya, ia juga sedang dikejar oleh beberapa orang. Jadi, aku memutuskan untuk menolongnya.” Yarana berucap dengan hati-hati. Ia tahu kalau Nares pasti akan marah.
“Lalu? Kalau ada 1000 orang didunia ini terkena masalah, apa kau akan menolong mereka semua?” Nares sangat tahu Yarana memiliki empati yang tinggi terhadap sesama manusia. Tapi, terlalu baik juga tidak bagus. Sudah berulang kali Nares mengatakan padanya untuk berhenti memiliki empati seperti itu.
“Bukan begitu. Aku hanya berusaha menolongnya. Lihatlah! Ia terlalu lemah. Jika kita tidak memberikan perlindungan, maka orang-orang yang mengejarnya pasti akan membunuhnya.” Yarana meminta Nares melihat kearah pria yang sedang ketakutan tersebut. Nares melihatnya sekilas, lalu kembali menoleh ke arah Yarana.
“Baik, kita akan menolongnya. Kita akan mencari asal usulnya, lalu mengembalikan dirinya ke tempat asalnya. Dan setelah itu, fokuslah pada rencana kita detektif.” Nares tak ingin lagi melihat sebuah drama.
“Baik komandan.” Yarana tersenyum dan memberi hormat padanya. Nares hanya berlalu mengacuhkannya. Yarana tahu mereka punya sebuah tujuan dan misi penting, hanya saja membiarkan pria malang ini sangat tidak mungkin. Karena itulah ia memutuskan untuk membantunya. Setelah membantu pria ini menemukan rumahnya, Yarana akan kembali fokus pada rencananya dengan Nares. Rencana pertama, mereka akan mengumpulkan saksi-saksi seperti pengrajin sapu tangan dan pengrajin besi yang membuat sebuah pisau. Lalu, mereka akan mencari tahu asal muasal pembuatan racun yang mematikan tersebut. Dan terakhir, mereka akan mencari tahu penyebab kebakaran yang terjadi di paviliun.
#bersambung