NovelToon NovelToon
Cinta Sang Mafia

Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lili Syakura

Sinopsis
Jovan, seorang pria muda pewaris perusahaan besar, harus menjalani hidup yang penuh intrik dan bahaya karena persaingan bisnis ayahnya membuat musuh-musuhnya ingin menjatuhkannya. Suatu malam, ketika Jovan dikejar oleh orang-orang suruhan pesaing, ia terluka parah dan berlari tanpa arah hingga terjebak di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
Di saat genting itu, hadir Viola, seorang wanita sederhana yang baru pulang dari shift panjangnya bekerja di pabrik garmen. Kehidupannya keras, dibesarkan di panti asuhan sejak kecil tanpa pernah mengenal kasih sayang keluarga kandung. Namun meski hidupnya sulit, Viola tumbuh menjadi sosok kuat, penuh empati, dan berhati lembut.
Melihat Jovan yang berdarah dan terpojok, naluri Viola untuk menolong muncul. Ia membawanya bersembunyi di rumah kontrakan kecilnya yang sederhana. Malam itu menjadi titik balik dua dunia yang sangat berbeda.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21 bara dalam keluarga Adiwangsa

Pagi itu rumah keluarga Adiwangsa yang biasanya sunyi, berubah menjadi arena konfrontasi.

 Dinding megah dan lampu kristal berkilau tak sanggup menyembunyikan ketegangan yang terasa di udara. Di ruang tamu utama, Maya duduk tegak dengan gaun hitam elegan, wajahnya menyimpan kemarahan yang hampir meledak.

Pintu besar terbuka keras. Jovan masuk dengan langkah tegas. Jas hitamnya masih sedikit basah sisa hujan semalam, tapi sorot matanya tajam dan tak tergoyahkan.

"Duduk,"perintah Maya dingin.

"Tidak perlu," jawab Jovan datar. "Kita tidak sedang rapat keluarga."Maya menunjukkan kemarahan seorang ibu terhadap putranya..

Maya menatap putranya dengan mata menyala.

"Kau… benar-benar mempermalukan ku, Jovan!" serunya.

 "Seluruh orang dalam lingkaran keluarga besar tahu kau bermalam di hotel dengan perempuan itu! Gadis murahan yang bahkan tidak pantas menyentuh dunia kita!"

Jovan tidak berkedip sedikit pun. Ia tidak lagi anak kecil yang mudah ditundukkan oleh suara tinggi ibunya.

"Yang mempermalukan keluarga ini bukan aku, Ma."

 "APA KATAMU?!" bentak Maya, berdiri.

"Tapi MAMA ,Karena mama mengirim orang untuk menyerang dan menjebak seorang wanita tak bersalah."

Ruangan langsung sunyi. Maya tak menyangka Jovan tahu. Sesaat, sorot matanya goyah, tapi gengsi dan amarah membuatnya bertahan.

"Aku melakukan itu untuk melindungi mu," kata Maya tajam.

"Tidak,..!"Jovan melangkah mendekat, suaranya turun namun menusuk. "Mama melakukannya untuk menjaga citra keluarga… bukan aku.!"

Maya mencengkeram pinggiran meja marmer dengan kuat.

"Kau pewaris keluarga Adiwangsa, Jovan. Kau tidak boleh mencintai seorang gadis panti asuhan yang bahkan tidak punya nama yang jelas!"

"hmph..!!"

Jovan menghela napas panjang, lalu menatap lurus ke mata ibunya.

"Aku tidak butuh restu untuk mencintai siapa pun."

"Jovan—!"

"Dengarkan baik-baik, Ma,!" potongnya tajam. "Sekali lagi mama menyentuh hidupnya… aku tidak akan ragu memutuskan semua hubungan ini.!!"

Maya terdiam. Suara putranya tidak lagi seperti anaknya dulu. Nada itu… dingin, tegas, dan penuh keputusan.!

"Kau… berani bicara seperti itu pada ibumu sendiri?"ucap Maya dengan suara bergetar antara marah dan tidak percaya.

"Karena untuk pertama kalinya, aku memilih untuk melindungi orang yang kucintai… bukan kehormatan kosong keluarga ini.!"teriak Jovan.

Maya mundur satu langkah. Meski tidak mengakuinya, hatinya terasa tergores. Selama ini ia terbiasa mengendalikan segalanya,perusahaan, keluarga, bahkan hidup Jovan. Tapi hari ini… Jovan melepaskan diri dari kendalinya.

"Kau akan menyesal Jovan..!!Maya berkata pelan tapi tajam.

"Mungkin," jawab Jovan. "Tapi setidaknya penyesalanku bukan karena aku membiarkan orang lain menyakiti Viola."

Tanpa menunggu jawaban, Jovan berbalik dan melangkah keluar. Pintu besar itu tertutup keras, meninggalkan Maya sendiri di ruang tamu yang kini terasa dingin.

 Ia menatap foto keluarga di dinding dan untuk pertama kalinya, ia sadar anaknya bukan lagi miliknya sepenuhnya.

Pagi itu menjadi titik balik dalam hubungan ibu dan anak.

 Maya kehilangan kendali, sebagai satu-satunya orang yang berkuasa di rumah mewah itu,sementara Jovan berdiri di sisi yang ia yakini benar.

Dan kini nama Viola bukan lagi sekadar bayangan… tapi sosok nyata yang Jovan pilih untuk diperjuangkan.

"Cinta sejati tidak selalu tumbuh dalam keindahan… terkadang ia lahir dari keberanian untuk melawan orang terdekat."

Malam itu hujan turun deras membasahi kota kecil tempat keluarga Maya tinggal. Di halaman belakang rumah besar itu, suara benturan pintu terdengar keras ketika Jovan keluar sambil menarik koper besar dan tangan Viola erat dalam genggamannya. Hujan membasahi wajahnya, tapi sorot matanya penuh tekad.

Maya, ibunya, berdiri di ambang pintu ruang tamu dengan wajah memucat karena amarah dan ketakutan. Gaun mahalnya menempel pada kulit karena udara dingin yang menyusup masuk lewat pintu terbuka.

"Jovan! Jangan kau berani keluar dari rumah ini bersama perempuan itu!" teriak Maya dengan suara yang nyaring, menusuk di antara suara hujan deras.

Jovan berhenti sesaat di tangga depan, memutar tubuhnya ke arah sang ibu.

"Ma… untuk pertama kalinya dalam hidupku aku tidak akan tunduk pada keinginanmu." Suaranya berat, bergetar, tapi jelas. "Aku mencintai Viola… dan aku tidak akan membiarkan mama menghancurkannya seperti mama menghancurkan hidup orang lain."

Maya melangkah maju, menahan amarahnya yang membara. "Cinta?"Kau pikir cinta akan memberimu segalanya? Kau pikir gadis itu lebih berharga dari mama mu sendiri?! Dari keluarga ini?!"

Viola berdiri di samping Jovan, tubuhnya gemetar, bukan karena hujan tapi karena ketakutan. Ia tahu, wanita di hadapannya bukan sekadar ibu yang protektif… Maya adalah wanita yang berani melakukan apa pun demi kehendaknya sendiri.

"Mama bukan kehilangan aku…" Jovan mendekat satu langkah, matanya menatap tajam ke arah Maya. "…Mama hanya kehilangan kendali."

Maya menegang, rahangnya mengeras. Kata-kata itu seperti belati menusuk egonya. Seumur hidup, tidak ada satu pun orang yang berani berbicara seperti itu padanya,terlebih Jovan, anak kesayangannya.

"Jika gadis itu tidak ada…"suara Maya melemah namun matanya dipenuhi kebencian membara, "…kau akan kembali padaku. Kau akan sadar kalau semua ini hanya ilusi. Dia bukan siapa-siapa, Jovan. Dia cuma permainan kecilmu."

"Tidak!"bentak Jovan, suaranya menggelegar hingga Viola terkejut.

"Viola bukan permainan. Dia hidupku sekarang, mama. Dan aku tidak akan membiarkan mama mempermainkan perasaannya seperti semua orang yang pernah mama hancurkan."

Maya melangkah mundur perlahan, tapi matanya semakin dingin. Dalam hati kecilnya, ia tak akan membiarkan perempuan mana pun "merebut" Jovan darinya. Dan kini, Viola dianggap ancaman paling besar.

"Aku tidak akan tinggal diam, Nak,"ucap Maya pelan namun tajam. "Jika kau memilih pergi bersamanya… maka aku akan membuatnya menyesal seumur hidup."

Viola menggenggam lengan Jovan lebih erat, tubuhnya sedikit mundur. Ia tahu, ancaman Maya bukan sekadar kata-kata. Namun rasa bersalah di hati Viola semakin menggunung, kini Ia benar-benar menjadi perusak hubungan antara kedua orang ibu dan anak itu. Viola mencengkram kuat lengan Jovan sehingga membuat Jovan menoleh.

"Bukan seperti ini mauku, Aku tidak ingin kamu membenci ibumu hanya karena aku."ucap viola ditelinga Jovan.

Namun sepertinya ucapan tidak mendengar ucapan wanita itu, bahkan kini Jovan semakin mendekat, matanya menatap ibunya dengan luka yang dalam. "Kalau itu jalan yang Ibu pilih… maka mulai malam ini, aku bukan lagi anak Ibu."

Mendengar ucapan jawaban jujur piala merasa terkejut.

Sementara Maya terdiam,ucapan itu bagai petir menyambar. Sesaat wajahnya kehilangan ekspresi, tapi kemudian berubah menjadi dingin dan kejam.

Dengan langkah pasti, Jovan membawa Viola ke dalam mobil. Mesin menyala di tengah derasnya hujan.

Saat mobil itu melaju menjauh, Maya berdiri di teras dalam keheningan.

Namun di balik wajah dingin itu, pikirannya mulai menyusun rencana. Ia tidak akan menyerah. Ia akan menyerang dari sisi lain.

"Kalau dia pikir bisa melarikan diri dariku… dia salah besar," gumam Maya lirih.

1
Kaylin
Lanjut dong, ceritanya makin seru!
Lili Syakura: asiap kakak 😍😍😍
total 1 replies
🚨🌹maly20🌹🏵️
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
Lili Syakura: thanks kakak, sehat terus 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!