Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian
"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.
Sinopsis Singkat:
Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.
Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
BAB 26: Utang Kopi di Dimensi Hantu dan Kutukan Resi Tua
Komunikasi Ganjil dan Ancaman Kafein
Sebagai Duta Keseimbangan Abadi, kehidupan Sutan di Jalur Keseimbangan terasa seperti pekerjaan tanpa libur.
Namun, kini ia bekerja dengan efisien dan tanpa rasa tertekan, didampingi oleh Perwujudan Netralitas (Nol)—mantan Avatar Kekosongan yang kini terikat Utang Kelanjutan. Nol adalah entitas yang sempurna, tetapi tanpa emosi, sering kali menghasilkan humor yang sangat kering.
"Duta Sutan, anomali niat minor terdeteksi di Dimensi 404-H," lapor Nol, suaranya seperti desahan angin. "Niat Murni di dimensi tersebut melemah karena penyesalan kolektif yang berlebihan."
"Penyesalan kolektif? Pasti OPD yang tersisa mencoba trik lama mereka lagi," gumam Sutan, sambil menyesap kopi astral yang ia buat sendiri—sebuah perpaduan energi Chaos dan Niat Murni.
"Tidak, Duta. Data menunjukkan sumber masalah adalah entitas tunggal yang menciptakan Utang Niat," koreksi Nol.
"Utang Niat?"
"Ya. Entitas tersebut bernama Resi Tua," lanjut Nol. "Dia tidak mencuri niat; dia membuat hantu-hantu di dimensi itu merasa berutang padanya secara spiritual, sehingga mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Keseimbangan. Data mencatat metode penagihannya melibatkan kopi, meskipun kopi adalah barang non-esensial di Dimensi Hantu."
Sutan tersentak. Kopi dan Utang? Itu adalah Utang pribadinya.
"Sialan. Dia menggunakan formula Utang Kopi sebagai senjata spiritual," Sutan menghela napas. "Baiklah, Nol. Kita harus masuk. Kita harus melunasi Utang Niat ini."
Kedatangan di Dimensi Hantu (Dimensi 404-H)
Dimensi 404-H, atau Dimensi Hantu, adalah tempat yang suram, menyeramkan, tetapi dengan sentuhan kegilaan birokrasi. Seluruh dimensi ini terlihat seperti lorong arsip yang tak berujung, disinari oleh cahaya neon yang berkedip-kedip.
Di sana, semua penduduk adalah Hantu Birokrat—roh-roh yang meninggal saat sedang mengisi formulir atau menghitung spreadsheet. Mereka tampak pucat, melayang-layang sambil membawa clipboard dan pulpen gaib.
Saat Sutan dan Nol tiba (Nol berubah menjadi bayangan error digital), Sutan merasakan beban energi yang sangat besar: energi penyesalan dan kepatuhan.
"Hantu di sini sangat sopan, Duta. Mereka tidak bisa marah, hanya bisa menyesal," bisik Nol.
Mereka tiba di pusat dimensi, sebuah kafe tua yang seharusnya tidak ada. Kafe itu bernama "Cafe Utang Abadi". Di dalamnya, melayang puluhan Hantu Birokrat yang tampak muram, menyesap minuman kosong dari cangkir yang transparan.
"Aku mencium bau kafein yang sangat kuat secara spiritual," kata Sutan.
Di balik meja kasir, duduklah Resi Tua. Dia adalah hantu yang terlihat seperti barista kuno, mengenakan celemek belel, dan memiliki kumis tebal. Matanya memancarkan niat yang licik.
"Selamat datang, pelanggan. Kami punya tempat untukmu," sapa Resi Tua, suaranya serak.
"Aku bukan pelanggan, aku Duta Keseimbangan," jawab Sutan, mengeluarkan Batu Putihnya. "Kau menciptakan Utang Niat yang menghalangi Keseimbangan. Kau harus mengakhirinya."
Resi Tua tertawa, tawa yang seperti kertas robek. "Ah, Utang Niat? Aku hanya menjalankan bisnis. Para Hantu Birokrat ini datang kepadaku, lelah dengan keabadian yang membosankan. Mereka berutang padaku 'Satu Momen Keseimbangan Sempurna' yang aku janjikan dalam secangkir kopi. Tentu saja, kopi itu tidak ada. Dan Utang Niat ini akan membuat mereka menjadi pelayan kafe abadi bagiku!"
Sutan melihat ke sekeliling. Hantu-hantu itu tampak terikat secara kontrak gaib di Kafe itu, tidak bisa meninggalkan dimensi.
Utang Kopi Teror dan Penagihan Balik
Sutan maju ke meja Resi Tua. "Kau menggunakan formula pribadiku! Utang kopi adalah tentang tanggung jawab, bukan penipuan!"
"Semua tentang penipuan, Duta! Kau melunasi utangmu? Itu kelemahan! Utang haruslah abadi, seperti kafein! Aku adalah Masa Depan OPD—mereka gagal mencuri Niat, aku akan menciptakannya!" raung Resi Tua.
Resi Tua mengayunkan cangkir kosongnya. Seketika, Hantu-hantu Birokrat itu mulai bergerak. Mereka tidak menyerang dengan kekuatan, tetapi dengan teror birokrasi dan kekejaman yang sangat detail.
Hantu-hantu itu mulai melayang ke arah Sutan, membawa clipboard dan pulpen.
"Tolong isi Formulir Penyesalan Dimensi A-42 dalam rangkap tiga!" desis Hantu Birokrat, mata cekungnya menatap Sutan.
"Warna pulpen harus Hitam Permanen, Duta! Jika tidak, Niat Anda dinyatakan Invalid!" teriak Hantu lain.
Kengerian yang Seram: Serangan ini tidak melukai fisik Sutan, tetapi menyerang Niatnya untuk bertindak. Sutan merasa dirinya didera rasa bersalah karena melupakan detail kecil dan kesalahan administrasi. Kengerian terbesar bagi seorang abadi adalah birokrasi abadi.
"Tolong, Duta! Lengkapi Sertifikasi Lunas Utang Dimensi Tertunda atau kami akan menerbitkan Surat Peringatan Perpanjangan Keabadian!"
Sutan, meskipun seorang Duta Keseimbangan, mulai panik. Ia adalah seorang hacker, bukan birokrat.
"Nol! Aku butuh Chaos yang terorganisir, cepat!" seru Sutan.
Nol, yang berdiri di belakang Sutan, menganalisis. "Data menunjukkan: entitas birokrasi lumpuh oleh Ketidakpastian dan inkonsistensi data."
Sutan mengerti. "Aku harus memberikan Chaos yang bertentangan dengan niat mereka!"
Sutan mengaktifkan Batu Putihnya. Ia tidak menembakkan sihir, tetapi gelombang Niat Kebingungan.
"Semua formulir dibatalkan! Sekarang isi Formulir Baru! Gunakan pulpen merah muda! Dan laporkan semua utang Anda ke Dimensi 420-X!" teriak Sutan, memproyeksikan Chaos yang menyimpang dari aturan birokrasi.
Hantu-hantu Birokrat itu menjerit dalam kebingungan. Mereka mulai saling berdebat tentang warna pulpen yang benar dan nomor dimensi yang tepat. Mereka lumpuh.
Melunasi Utang Niat Resi Tua
Resi Tua menyadari jebakannya gagal. Ia menyembunyikan Niat Murni yang ia curi di dalam Mesin Espresso Gaib miliknya—sebuah alat yang mengeluarkan uap penyesalan.
"Kau menghancurkan birokrasi, Duta! Tapi kau tidak bisa melunasi utangku!" raung Resi Tua, mengarahkan panci susu uapnya yang mendesis.
"Aku akan melunasinya," kata Sutan, mendekat ke Mesin Espresso. "Kau tidak ingin melunasi utang, Resi Tua. Kau ingin rasa syukur yang tidak pernah kau dapatkan saat masih hidup. Itu adalah Utang Niatmu."
Sutan memegang Mesin Espresso Gaib. Ia memproyeksikan Niat untuk Mengakui Kerja Keras ke dalamnya.
Kring!
Mesin itu mengeluarkan suara yang seperti mesin kasir tua. Semua Niat Murni yang dicuri Resi Tua (rasa syukur, fokus, dan ketenangan) kembali ke Hantu-hantu Birokrat. Mereka tersentak, bebas dari ikatan Utang Niat.
Resi Tua ambruk, hampa. "Utangku... lunas?"
"Sudah lunas, Resi Tua," kata Sutan. "Kau mendapatkan pengakuanmu. Sekarang, kau harus membayar Utang Terakhir: Utang Keseimbangan."
Sutan menggunakan Batu Putih untuk menarik Niat Licik Resi Tua dan mengikatnya pada Mesin Espresso.
"Mulai sekarang, Mesin Espresso ini adalah Pusat Pelunasan Niat. Kau akan mengolah penyesalan menjadi Ketenangan, dan kau akan menjamin setiap jiwa di Dimensi ini melunasi utang emosinya sebelum melangkah ke Keseimbangan. Ini adalah hukuman dan penebusanmu. Pekerjaan abadi."
Resi Tua, yang kini menjadi hantu barista yang bertobat, mengangguk pasrah.
Sutan menoleh ke Hantu Birokrat yang bebas. "Utang kalian sudah lunas. Sekarang, lanjutkan ke Keseimbangan!"
Semua Hantu Birokrat itu segera melayang pergi, namun sebelum itu, mereka serentak meninggalkan Formulir Lunas Utang Duta Sutan, Rangkap 5 di meja.
Sutan menatap tumpukan kertas itu, terkejut. "Sial, Niat Kepatuhan mereka kembali sebelum mereka pergi!"
Nol melayang di samping Sutan. "Duta, meskipun kau melunasi utang kosmik, birokrasi abadi adalah Chaos yang tak terkalahkan. Tugasmu berikutnya menanti."
Sutan hanya bisa menghela napas, mengambil pulpen dari sakunya. Ia harus mengisi formulir abadi itu. Pekerjaan Duta Keseimbangan memang tidak pernah ada habisnya.
Lanjutan Bab 27 akan membawa Duta Sutan ke konflik yang lebih besar, di mana sisa-sisa OPD mencoba merekrutnya!