Seorang anak mahasiswa yang sangat miskin mendapatkan kekayaan yang sangat mencengangkan. Kehidupannya menemui banyak rintangan dalam kehidupan sehari harinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Faqih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 115 Triliun Di Bayar Full
Selamat malam Tuan Faqih. Sapa Dimas kepada Faqih. Selamat malam Pak. Balas Faqih dengan sedikit menundukkan kepalanya memberikan hormat kepada Dimas.
Tidak usah begitu formal memanggilku. Panggil namaku saja. Tutur Faqih.
Mendengar perkataan Faqih, Dimas berkata, "Baiklah kalau begitu, saya akan menyebut namamu".
Dimas memulai percakapan, Saya sudah berbicara dengan beberapa pemilik saham Hotel Bintang Permata.
Kami siap menjual Hotel ini. Tapi tentunya dengan harga yang lumayan tinggi sesuai harga pasaran.
Mendengar penjelasan Dimas, Faqih berkata, "Berapa nilai penjualan Hotel ini Pak?".
Dengan santai Dimas berkata, "250 Triliun". Faqih mengangguk. Apa saya masih bisa menawar !. Tutur Faqih. Dimas memicingkan matanya. Berapa harga yang adek Faqih inginkan. Ucap Dimas
Saya menginginkan 200 Triliun untuk Hotel ini. Tutur Faqih.
Mendengar penawaran Faqih. Dimas berusaha bertahan di angka 250 Triliun
Maaf Dek Faqih. Nilai Pasaran hotel saat ini 250 Triliun. Ucap Dimas penuh wibawa.
Kalau begitu. Berapa harga yang bisa bapak berikan ke saya. Untuk Hotel ini.
Mendengar perkataan Faqih. Dimas memegang dagunya, sambil berfikir. Bagaimana kalau 240 Triliun.
Mendengar harga yang di berikan oleh Dimas. Faqih ingin meminta turun lagi. Sebab dia tahu kalau pasaran Hotel Bintang Permata mentok 220 Triliun.
Faqih berusaha negosiasi dengan harga yang seharusnya mengikuti standar. Faqih mampu membelinya dengan mudah, walaupun ribuan Triliun harganya dia bisa membelinya. Akan tetapi Faqih belajar untuk bernegosiasi dengan pihak lawan. Semua di lakukan sebab dia mulai memperhitungkan langkahnya ke depan membangun perusahaan raksasa. Dan berusaha belajar tentang keterampilan bernegosiasi.
Walaupun memiliki harta melimpah, bukan berarti harus menghamburkan uang begitu saja. Belajar menghargai setiap rupiah yang keluar adalah kunci kesuksesan. Selama bisa mendapatkan harga murah, kenapa tidak di usahakan.
Faqih masih bersikap tenang. Dia tidak berbicara sama sekali. Berusaha mendominasi keadaan.
Melihat ekspresi lawan tidak memberikan respon nyata. Dimas sedikit cemas, takut penjualannya batal. Dirinya tahu, kalau 200 Triliun sudah memiliki keuntungan besar.
Dimas memecah suasana. Bagaimana menurut Tuan ?. Apa ada yang ingin di sampaikan ?. 240 Triliun adalah hargaku dan rekan rekan pemegang saham. Tutur Dimas, mengharapkan jawabannya.
Faqih mengangkat kepalanya menatap Dimas. Saya minta 210 Triliun. Jika bapak bersedia 210 Triliun, maka hari ini saya bayar lunasi. Tuturnya sambil menatap Dimas.
Mendengar perkataan Faqih, Dimas terdiam sejenak. Dia menjalankan siasat negosiasi. Berusaha tenang, agar tidak terlihat buru buru.
220 Triliun Dek Faqih. Aku tidak berani lagi menurunkannya. Itu sudah harga yang di sepakati semua pemegang saham.
Turunkan sedikit, biar saya ada sedikit keuntungan. Bujuk Faqih.
Mendengar bujukan Faqih. Akhirnya Dimas menurutinya. Baiklah 115 Triliun di bayar full tanpa ada angsuran.
Setuju. Tutur Faqih.
Faqih melanjutkan berkata, "Segera buat kontrak penjualannya. Saya akan menunggu saat ini".
Dimas memerintahkan Yanti segera mengambil surat surat kepemilikan Hotel dan surat jual beli Hotel Bintang Permata.
Segeralah siapkan semua. Jangan membuat Adek Faqih menunggu lama. Perintah Dimas terlihat tegas kepada Yanti.
"Baik Direktur". Segera saya siapkan semuanya, tutur Yanti
Melihat Faqih mengakuisisi Hotel Bintang Permata, Yanti semakin penasaran dengannya. Dalam hati, siapa dia sebenarnya ?. Dari keluarga mana ?. Begitu mudahnya dia membelanjakan uang Triliunan rupiah dengan cepat.
Berita tentang Hotel Bintang Permata yang di akuisisi seseorang yang masih sangat muda, Staf Hotel dan para pelayan hotel merasa khawatir.
Di setiap ruangan kerja staff dan pelayan. Mereka sangat cemas, kegelisahan melanda mereka semua. Sampai ada yang meneteskan air mata. Merasa takut tidak bekerja lagi. Apalagi saat sekarang sangat susah mencari lapangan kerja.
Keinginannya untuk mendekati Faqih semakin kuat. Akan tetapi di balik terjualnya Hotel Bintang Permata Yanti pun ikut merasa sedikit khawatir. Bagaimana dengan nasibnya jika dirinya akan di ganti oleh orang lain. Dia tulang punggung keluarganya. Ayahnya telah tiada, kini ibunya sangat tua, dan dia memiliki empat orang adik. Semua sekolah dan keperluannya Yanti yang menanggungnya.
Ini juga salah satu sebabnya Yanti tidak memiliki pasangan. Takut setelah menikah. Keluarga mereka semakin susah.
Kini Hotel sudah terjual. Pemiliknya telah berpindah tangan kepada seseorang yang belum mereka kenali.
Setelah melakukan proses pembuatan surat jual beli dan surat kepemilikan Hotel Bintang Permata. Yanti menyerahkan surat surat tersebut kepada Faqih.
Kedua surat tersebut telah di tanda tangani oleh Faqih dan Dimas.
Sekarang Tuan bisa melakukan pembayaran. Dengan cepat dana 215 Triliun telah masuk ke rekening group Dimas bersama teman temannya.
