NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

Napas Lin Hua memburu saat ia tiba di kandang kuda. Tanpa mempedulikan formalitas, ia langsung menghampiri kuda kesayangannya, seekor kuda betina berwarna hitam legam dengan surai yang berkilauan seperti sutra. Dengan cekatan, ia memasang pelana dan tali kekang, lalu melompat ke atas punggung kuda dengan gerakan yang terlatih.

"Maafkan aku, Manis. Kita harus bergegas," bisik Lin Hua lembut pada kudanya, mengusap lehernya sejenak. Kemudian, tanpa menunggu lebih lama lagi, ia menarik tali kekang dan memacu kudanya keluar dari kandang, membelah kegelapan malam dengan kecepatan penuh.

Angin malam menerpa wajah Lin Hua saat ia memacu kudanya di jalanan yang berliku. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran tentang kondisi Jenderal Chen dan anak buahnya. Jenderal Chen adalah salah satu jenderal terbaik yang dimiliki kerajaan, seorang ahli strategi yang brilian dan pemimpin yang karismatik. Kehilangan dirinya akan menjadi pukulan telak bagi kekuatan militer kerajaan.

Di tengah kegelapan malam, Lin Hua melihat sosok Shen Jian dan beberapa rekannya yang lain telah menunggunya di gerbang istana. Tanpa mengurangi kecepatan, Lin Hua memberi isyarat kepada mereka untuk mengikuti dari belakang. Mereka adalah tim elit yang terlatih, setia, dan siap mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya.

"Kita harus tiba di sana secepat mungkin. Jenderal Chen mungkin dalam bahaya besar," seru Lin Hua pada rekan-rekannya, suaranya lantang meski tertelan oleh deru angin.

"Siap, Nona!" jawab mereka serempak, lalu memacu kuda mereka untuk mengikuti Lin Hua, meninggalkan istana yang megah dan mewah itu di belakang mereka. Malam itu, mereka bukan lagi para pembunuh bayaran, melainkan para prajurit yang siap berperang demi melindungi kerajaan dan orang-orang yang mereka cintai.

Perjalanan menuju lokasi penyergapan terasa begitu panjang dan mencekam. Setiap suara hewan malam dan setiap bayangan pohon yang bergoyang tertiup angin membuat jantung Lin Hua berdebar kencang. Ia tahu bahwa para penyerang mungkin masih berada di sekitar lokasi, menunggu kesempatan untuk menyerang lagi.

Akhirnya, setelah berjam-jam memacu kuda tanpa henti, mereka tiba di lokasi yang ditunjukkan oleh anak buahnya. Pemandangan yang menyambut mereka sangat mengerikan. Darah berceceran di mana-mana, mayat-mayat berserakan di tanah, dan sisa-sisa pertempuran yang dahsyat terlihat jelas di setiap sudut.

Lin Hua segera turun dari kudanya dan berlari menghampiri salah satu anak buahnya yang masih hidup. "Apa yang terjadi? Di mana Jenderal Chen?" tanyanya panik.

"Nona... Jenderal... beliau..." Anak buahnya itu tergagap, wajahnya pucat pasi dan tubuhnya gemetar ketakutan. "Beliau dibawa pergi oleh para penyerang. Mereka terlalu kuat... kami tidak bisa menghentikan mereka..."

Lin Hua terdiam membeku. Kabar itu bagaikan petir yang menyambar dirinya. Jenderal Chen diculik. Ini adalah bencana yang lebih besar dari yang ia bayangkan.

"Siapa mereka? Apa motif mereka?" tanya Lin Hua lagi, suaranya bergetar karena amarah dan kekhawatiran.

"Kami tidak tahu pasti, Nona. Tapi mereka bukan orang biasa. Mereka memiliki kekuatan yang luar biasa, seperti... seperti iblis," jawab anak buahnya itu dengan nada ketakutan.

Mendengar kata "iblis", mata Lin Hua membulat. Ia teringat pada kedatangan Xiao Jin Yi dan rombongannya di istana. Apakah ini ada hubungannya dengan mereka? Apakah mereka yang bertanggung jawab atas penculikan Jenderal Chen?

"Cari tahu siapa mereka dan ke mana mereka membawa Jenderal Chen. Lakukan apa pun untuk menemukannya," perintah Lin Hua dengan suara yang penuh tekad. "Kita tidak bisa membiarkan mereka lolos begitu saja."

"Siap, Nona!" jawab anak buahnya serempak, lalu segera berpencar untuk mencari jejak para penyerang.

Lin Hua berdiri di tengah medan pertempuran yang mengerikan itu, hatinya dipenuhi dengan amarah dan tekad. Ia bersumpah akan menemukan Jenderal Chen dan menghukum para pelaku kejahatan ini. Ia tidak akan membiarkan siapa pun mengancam kerajaan dan orang-orang yang ia lindungi. Pertempuran baru saja dimulai, dan ia siap menghadapinya dengan seluruh kekuatan yang ia miliki.

Li Hua sangat menghormati keluarga Jenderal Chen, karena pria itu turut andil dalam pelatihannya selama ini. Selain itu, Jenderal Chen adalah sosok yang paling setia pada kekaisaran dan mendambakan kedamaian sejati. Kesetiaannya tak hanya diucapkan, namun tercermin dalam setiap tindakan dan keputusannya.

Tak ingin tinggal diam, Li Hua turut mencari jejak Jenderal Chen. Di tengah malam yang pekat, di bawah naungan rimbunnya pepohonan yang menjulang tinggi, Li Hua berlari menyusuri kedalaman hutan yang gelap dan sunyi. Setiap langkahnya diiringi suara gemerisik dedaunan dan hembusan angin malam yang dingin.

Dengan sigap, Li Hua memanjat pohon tertinggi yang bisa ia gapai. Instingnya berteriak, menyuruhnya untuk menjauhi tanah. Benar saja, saat ia mulai melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, ia menyadari bahwa tanah yang tadi dipijaknya dipenuhi ranjau yang dipasang oleh pihak musuh. Desiran ngeri menjalar di tubuhnya, membayangkan apa yang akan terjadi jika ia tidak menyadari bahaya itu tepat waktu.

Tak lama kemudian, dari atas pepohonan, Li Hua mendapati sekumpulan orang yang tengah terduduk melingkar di sekitar api unggun kecil. Mereka tampak santai, bahkan beberapa di antaranya tengah minum-minum dan tertawa terbahak-bahak. "Kau yakin, akan ada yang mencari Jenderal muda itu?" tanya seorang dari mereka, suaranya serak dan penuh keraguan.

"Tentu saja, Jenderal Chen adalah orang kepercayaan Kaisar. Tidak mungkin tidak ada yang akan mencarinya," jawab salah satu dari mereka dengan nada yakin. "Apalagi, dia memiliki banyak pengikut setia di antara para prajurit."

Tiba-tiba, seorang pria muncul dari balik kegelapan, menghampiri mereka dengan langkah angkuh. "Kenapa kalian tidak membunuhnya saja?" tanya orang itu, suaranya dingin dan menusuk.

Li Hua menyipitkan matanya, berusaha mengenali wajah pria itu di bawah remang cahaya api unggun. Ada sesuatu yang familiar dari wajah itu, namun ia belum bisa mengingatnya dengan jelas.

Para pembunuh bayaran yang menyerang pasukan Jenderal Chen dan menculiknya menoleh serentak pada pria asing itu. "Tuan meminta kami untuk tidak membunuhnya," jawab salah satu pembunuh bayaran itu dengan nada datar.

"Aku yang membayar kalian! Kenapa kalian masih mendengarkan perintah tuan kalian!" bentak pria itu dengan nada kesal. Emosinya tampak meluap-luap, kontras dengan ketenangan para pembunuh bayaran.

Pembunuh bayaran itu mendengus sinis, lalu mengeluarkan sebuah benda dari saku bajunya. "Kau hanya membutuhkan benda ini, bukan?" ucap pembunuh bayaran itu, lalu melemparkan sebuah plat komando militer milik Jenderal Chen ke arah pria asing itu.

Ya, penyerangan yang dilakukan pada Jenderal Chen ternyata bukan sekadar untuk melenyapkan seorang jenderal setia, melainkan untuk merebut plat komando militer milik Jenderal Chen dan menguasai tiga ratus ribu pasukan yang berada di bawah komandonya. Dengan plat komando itu, mereka bisa dengan mudah melakukan pemberontakan dan menggulingkan kekaisaran. Rencana yang sangat berbahaya dan penuh perhitungan.

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!