NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Penyesalan Suami / Dokter / Menikah Karena Anak
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Pesantren Darul al-Faruq

...0o0__0o0...

...“Assalamualaikum, Ummi,” sapa Jingga sambil tersenyum manis kepada mertuanya yang sedang duduk santai di teras....

...“Waalaikumsalam. Masya Allah, anak Ummi cantik banget sore-sore gini. Mau ke mana, nak ?” tanya lembut Ummi Aisyah sambil menatap penuh kasih....

...“Mau ke pesantren, Ummi. Tadi Kak Langit janji mau ajak jalan-jalan ke sana,” jawab Jingga sambil merapikan jilbabnya....

...Ummi Aisyah tersenyum hangat. Ia mengusap lembut pipi menantunya yang baru beberapa bulan tinggal bersamanya. Rasa sayang dan kasih seorang ibu seolah langsung tumbuh untuk gadis polos itu....

...“Kalau begitu, di mana suami kamu, nak ?” tanya Ummi lagi....

...Jingga spontan cemberut, dan wajah imutnya membuat Ummi tertawa kecil....

...“Gak tahu, Ummi. Dari tadi Jingga nunggu, tapi gak keluar-keluar. Mungkin Kak Langit lagi dandan,” jawabnya polos....

...“Ehem…!” suara dehaman terdengar dari belakang....

...Jingga menoleh kaget. “Eh, Kakak sudah selesai ?” tanyanya kikuk, pipinya bersemu merah....

...Langit menyilangkan tangan di dada, matanya menyipit pura-pura marah. “Tadi kamu bilang apa, istri kecilku ? Suami mu lagi dandan ? Hem ? Kamu pikir suami mu ini perempuan ?” suaranya terdengar gemas, tapi jelas penuh godaan....

...Jingga menunduk makin salah tingkah. Sementara Ummi hanya terkekeh, merasa rumahnya makin ramai oleh tingkah manis pasangan muda itu....

...Ummi Aisyah menutup mulutnya menahan tawa, melihat menantunya yang salah tingkah dan anak lelakinya yang begitu gemas....

...“Sudah-sudah, jangan kebanyakan menggoda istri sendiri, Nak,” ujar Ummi sambil tersenyum penuh arti. “Kasihan tuh, Jingga sampai wajahnya merah semua.”...

...Langit mendekat lalu menepuk pelan bahu Jingga. “Yaudah, ayo kita berangkat, nanti keburu maghrib.” Ucapnya, tapi matanya masih sempat melirik nakal, membuat Jingga makin salah tingkah....

...“Perginya hati-hati ya kalian berdua,” pesan Ummi. Ia berdiri, merapikan kerudung Jingga lalu menepuk lembut pundaknya. “Ummi doakan kalian selalu rukun, sakinah, mawaddah, rahmah. Aamiin.”...

...Jingga tersenyum haru. “Makasih, Ummi,” ucapnya lirih, matanya berbinar penuh syukur punya mertua yang begitu lembut dan penuh kasih sayang....

...Sementara itu, Langit meraih tangan istrinya. “Ayo, istri kecilku, jangan buat Ummi cemas. Kita jalan sekarang.” ...

...Setelah berpamitan mereka pergi meninggalkan rumah dengan langkah tenang....

...Ummi hanya menggeleng, senyumnya tak lepas. Dalam hati ia berdoa, “Ya Allah, jagalah rumah tangga mereka. Semoga cinta mereka tumbuh indah, meski masih muda, semoga bisa saling melengkapi.”...

...Dengan begitu, keduanya pun melangkah keluar halaman, meninggalkan Ummi yang masih berdiri di teras, tatapannya penuh kasih sayang....

...Langit membuka pagar rumah, lalu menuntun Jingga menuju mobilnya. Jingga masih menunduk malu karena godaan barusan, tangannya ia sembunyikan di balik gamis....

...Begitu pintu mobil di bukakan, Jingga buru-buru masuk. “Makasih, Kak,” ucapnya lirih....

...Langit ikut masuk ke kursi pengemudi. Saat mesin mobil menyala, ia melirik sekilas istrinya. “Kamu itu ya… kalau cemberut aja cantik, apalagi senyum.”...

...Jingga spontan menoleh dengan wajah memerah. “Kakak bisa aja…” gumamnya pelan sambil memalingkan wajah ke jendela, menatap sore yang mulai berwarna jingga, sama seperti namanya....

...Mobil melaju pelan meninggalkan rumah. Jalanan menuju pesantren lengang, di sisi kanan kiri hanya ada pepohonan yang bergoyang di terpa angin sore....

...Tiba-tiba, Langit mengulurkan tangan kirinya, menyentuh pelan punggung tangan Jingga. “Eh—Kak!” Jingga tersentak kaget, matanya membesar....

...“Tenang aja, aku cuma genggam tangan istriku. Kenapa ? Malu ?” Langit tersenyum miring, seolah menikmati wajah panik Jingga....

...Jingga menggigit bibir bawahnya, tapi tak menarik tangannya. Malah, perlahan ia membiarkan genggaman itu tetap ada, meski wajahnya memerah sampai ke telinga....

...Hening sejenak, hanya suara mesin mobil dan desir angin yang menemani....

...Langit melirik sekilas, lalu berkata lembut, “Kamu tahu, setiap kali aku pegang tangan kamu… rasanya tenang. Kayak semua capek dan beban hilang.”...

...Jingga menunduk, hatinya bergetar. Ia tak berani menatap suaminya, tapi bibir mungilnya perlahan terangkat membentuk senyum kecil....

...0o0__0o0...

...Mobil berhenti di depan sebuah bangunan besar bergaya klasik, berpadu dengan nuansa islami yang teduh. Halaman luas dengan pepohonan rindang menambah kesejukan suasana. ...

...Di gerbang, terpampang tulisan besar: “Pesantren Darul Al-faruq.”...

...“Subhanallah… indah sekali,” bisik Jingga kagum, matanya berkeliling melihat kompleks pesantren yang tertata rapi. Ada masjid megah di tengah, asrama santri di sisi kanan dan kiri, serta deretan ruang kelas yang berjajar rapi....

...Beberapa santri yang sedang melintas langsung menundukkan kepala sopan ketika melihat Langit turun dari mobil....

...“Assalamualaikum, Ustadz Langit,” sapa mereka hormat....

...“Waalaikumsalam,” jawab Langit ramah, lalu menggandeng tangan Jingga keluar dari mobil....

...“Pesantren ini milik keluarga kita, Jingga,” ucap Langit lembut. “Dari dulu, Aba dan Ummi merintis, lalu sekarang aku ikut mengurus bersama-sama.”...

...Jingga menatap suaminya dengan mata berbinar, hatinya bergetar penuh bangga. “Masya Allah… pantesan semua orang hormat sama Kak Langit.”...

...Langit terkekeh kecil, mengusap kepala istrinya yang menunduk malu. “Bukan aku, tapi karena pesantren ini tempat menimba ilmu. Orang datang ke sini bukan buat hormat padaku, tapi karena Allah. Nanti kamu juga akan jadi bagian penting di sini.”...

...Jingga mengangguk pelan, dadanya hangat mendengar kata-kata itu....

...Jingga tiba-tiba berhenti melangkah. Wajahnya berubah ragu, membuat Langit menoleh bingung....

...“Ada apa, Dek ?” tanyanya lembut....

...“Kak…” Jingga menunduk, suaranya lirih. “Kamu lupa tidak ajak Kak Nesya ? Aku nggak mau kalau nanti istri pertama Kakak marah gara-gara aku ikut ke pesantren tanpa dirinya.”...

...Langit terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. “Nesya pulang jam enam sore, Dek. Dia ada jadwal jaga di rumah sakit.”...

...“Oh, syukurlah…” Jingga menarik napas lega. “Aku cuma nggak mau berselisih dengan Kak Nesya. Aku capek kalau harus ribut-ribut terus.”...

...Langit mengulurkan tangan, menggenggam lembut tangan kanan istrinya. “Kamu ini, selalu mikirin orang lain. Sudah, kita lanjut jalan.”...

...Jingga menatap tangan mereka, lalu berbisik gelisah, “Harus banget ya, Kak, gandengan kayak gini ? Semua orang lihat…”...

...“Diam aja. Aku nggak mau ada yang berprasangka buruk ke kamu,” jawab Langit datar. ...

...Padahal hatinya jelas, Langit tidak rela wajah istrinya di kagumi laki-laki lain....

...“Tapi Kak, aku—”...

...“Mau aku cium di sini, hem ?” potong Langit cepat, nadanya setengah mengancam....

...Glek…!...

...Jingga langsung menelan ludah, wajahnya panas. ...

...Tanpa pikir panjang Jingga menggenggam tangan suaminya erat-erat. "Dari pada di cium di depan umum, mending begini…" batinnya....

...Beberapa santri yang sedang kerja bakti tak bisa menahan tatapan kagum—bahkan iri—melihat pasangan muda itu berjalan bergandengan....

...Jingga mendekat, berbisik masam, “Kak, kamu sengaja ya tebar pesona ? Lihat deh, perempuan di sini pada melototin kamu semua.”...

...Langit terkekeh kecil. “Astaghfirullah… resiko punya wajah tampan, Dek. Wajar kalau jadi pusat perhatian. Apalagi suami kamu ini punya banyak penggemar di sini.”...

...“Ih! Mulai deh. Dasar, istri sudah dua masih aja ganjen.” Jingga menghentak kaki kesal, membuat Langit makin terkekeh untuk menahan tawa....

...Bisik-bisik kecil mulai terdengar dari arah halaman asrama putri. Beberapa santri yang baru selesai menyapu memperhatikan diam-diam....

...“Eh, itu kan Ustadz Langit…”...

...“Iya, iya… siapa perempuan di sampingnya ?”...

...“Cantik banget. Masa sih itu istrinya ? Kok baru lihat…”...

...Jingga menunduk makin dalam, langkahnya melambat. Hatinya tak nyaman mendengar lirih-lirih suara yang jelas di arahkan padanya. ...

...Tangannya sempat ingin di tarik dari genggaman Langit, tapi genggaman itu justru semakin erat....

...Langit menghentikan langkah, lalu menatap lurus ke arah kerumunan santri putri yang berbisik. Suaranya tegas tapi tetap hangat, “Assalamualaikum, adik-adik.”...

...Serentak mereka menjawab, “Waalaikumsalam, Ustadz.”...

...Langit menarik lembut Jingga ke sisinya, lalu memperkenalkan tanpa ragu. “Perkenalkan, ini istriku, Jingga. Mulai hari ini, kalau kalian melihat beliau, hormatilah sebagaimana kalian menghormati ku.”...

...Seisi halaman seketika hening. Beberapa santri ternganga, sebagian lainnya saling pandang dengan wajah kaget sekaligus kagum....

...Jingga refleks mencubit pelan tangan Langit, berbisik gemas, “Kak! Malu aku di umumin begini.”...

...Langit menunduk, bibirnya menyentuh dekat telinga istrinya. “Biar semua tahu, kamu milikku. Jadi nggak ada lagi yang berani salah paham.”...

...Wajah Jingga memerah seketika. Sementara di kejauhan, bisik-bisik santri berubah jadi pujian:...

...“Masya Allah, istrinya cantik ya…”...

...“Pantes Ustadz Langit selalu kelihatan bahagia belakangan ini…”...

...Langit tersenyum puas, lalu kembali menuntun Jingga melanjutkan langkah....

...Setelah berkeliling sebentar, Langit mengajak Jingga duduk di serambi masjid pesantren. Angin sore berhembus lembut, membawa aroma wangi kayu masjid yang menenangkan. ...

...Dari kejauhan, suara santri yang sedang mengaji terdengar merdu....

...Jingga menatap kagum pada bangunan masjid besar dengan kubah berwarna hijau itu. “Masya Allah, megah sekali, Kak. Suasananya adem banget…”...

...Langit ikut menatap masjid, lalu bergumam, “Inilah pusat dari pesantren keluarga kita, Dek. Semua aktivitas berawal dan berakhir di sini.”...

...Jingga menoleh pelan. “Terus… aku nanti bisa bantu apa, Kak ?” tanyanya polos, tapi matanya berbinar penuh semangat....

...Langit menoleh, senyumnya lembut. Ia menggenggam tangan Jingga sekali lagi. ...

...“Kamu itu bukan hanya menemani ku, tapi juga bagian dari keluarga besar pesantren ini. Nanti, kalau sudah siap, kamu bisa dampingi Ummi mengajar santri putri. Atau sekadar jadi tempat mereka curhat, berbagi cerita. Kehadiran mu itu sudah cukup berharga.”...

...Jingga tertegun, hatinya hangat mendengar kata-kata suaminya. “Tapi Kak… aku kan masih muda, ilmunya belum seberapa. Apa mereka nggak akan meremehkan aku ?”...

...Langit menatap dalam mata istrinya, serius. “Tidak ada yang berani meremehkan istri Ustadz Langit. Lagi pula, ilmu itu bisa kita pelajari bersama. Yang penting, kamu ikhlas. Selebihnya biar Allah yang menilai.”...

...Pipi Jingga kembali merona, kali ini bukan karena malu, melainkan haru. Ia mengangguk pelan. “Baik, Kak… aku akan berusaha sebaik mungkin.”...

...Langit tersenyum puas, lalu mengusap puncak kepala istrinya penuh sayang. “Itu jawabannya yang paling aku suka. Istriku kecil, tapi hatinya besar.”...

...0o0__0o0...

1
Baskom Majikom
jingga yang di puji, gue yang salting. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
doa ummi pasti menembus langit 7. 🙏🙏🙏
Baskom Majikom
tunggu saja, jingga menjanda, bal /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ita rahmawati
bener tuh nti jd masalh lg gegara istribpertama gk di ajak 🤦‍♀️
baca cerita poli²an tuh suka bikin gemes tp mau gk dibaca penasaran bgt 😂
Baskom Majikom
ya, gue setuju dengan kata-kata itu. pada dasarnya manusia tidak luput dari rasa, kewewa, sakit hati, iri dll
Baskom Majikom
jangan cuma bisa sembunyi di balik kata khilaf, langit. /Shy//Shy//Shy//Shy/
Baskom Majikom
pada dasarnya semua cowok sama saja. mereka tidak akan tahan lama memendam hasrat /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
hah.. gue hanya bisa menghembus kan nafas greget. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
pada akhirnya nesya di sikat juga sama langit. /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
apa sih... nesya. GJ banget lo. main tarik kerudung jingga /Awkward//Awkward/
Jolins Noeos
adem lihat langit dan jingga mode rukun, di bumbui cemburu pis tipis /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit...uwuh banget.. /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Baskom Majikom
sumpah part ini bikin gue ngakak /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
jingga yang polos, langit yang frustrasi /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit... masih memikirkan perasaan nesya, bahkan saat berdua dengan jingga /Sweat//Sweat//Sweat/
Baskom Majikom
duuuu ngiri banget sma jingga yang punya mertua bijak/Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
setuju banget sama ucapan ummi aisyah. punya dua istri bukan pekara yang gampang /Cry//Cry//Cry//Cry/
Baskom Majikom
biar gak puyeng, mending kamu pilih salah satu aja, ngit /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
jadi bingung mau komen apa? jadi langit gak mudah, jadi jingga serba salah /Scowl//Scowl//Scowl//Scowl/
Baskom Majikom
berada di posisi sulit 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!