NovelToon NovelToon
Bound By Capital Chains

Bound By Capital Chains

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Obsesi / Percintaan Konglomerat
Popularitas:883
Nilai: 5
Nama Author: hellosi

Ketika takdir bisnis mengikat mereka dalam sebuah pertunangan, keduanya melihatnya sebagai transaksi sempurna, saling memanfaatkan, tanpa melibatkan hati.

Ini adalah fakta bisnis, bukan janji cinta.

​Tapi ikatan strategis itu perlahan berubah menjadi personal. Menciptakan garis tipis antara manipulasi dan ketertarikan yang tak terbantahkan.

***

​"Seharusnya kau tidak kembali," desis Aiden, suaranya lebih berbahaya daripada teriakan.

"Kau datang ke wilayah perang yang aktif. Mengapa?"

​"Aku datang untukmu, Kak."

"Aku tidak bisa membiarkan tunanganku berada dalam kekacauan emosional atau fisik sendirian." Jawab Helena, menatap langsung ke matanya.

​Tiba-tiba, Aiden menarik Helena erat ke tubuhnya.

​"Bodoh," bisik Aiden ke rambutnya, napasnya panas.

"Bodoh, keras kepala, dan bodoh."

​"Ya," bisik Helena, membiarkan dirinya ditahan.

"Aku aset yang tidak patuh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hellosi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Helena duduk di sudut kafe yang tenang, dekat jendela berkabut.

Dia baru saja menutup laporan di laptopnya ketika Xavier Eoscar muncul dengan langkah santai, menggeser kursi di hadapannya.

"Helena," sapanya dengan nada yang hangat namun terukur, sebuah campuran antara keakraban dan perhitungan.

"Sudah lama sejak terakhir kita benar-benar bicara."

Di tangan Xavier terdapat buku tua bersampul lusuh tentang Teori Struktur Modal di Pasar yang Terisolasi, sebuah pertunjukan kekayaan intelektual yang disengaja, diposisikan untuk menarik perhatian Helena.

Helena mendongak. Tidak ada keterkejutan.

"Ada banyak yang terjadi belakangan ini," jawabnya, menutup laptopnya dengan gerakan final, memberi Xavier seluruh perhatiannya.

Xavier, seorang yang tidak pernah melewatkan detail sekecil apa pun, melihat tatapan Helena yang terasa terlalu tenang.

"Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Pewaris Aliston?" tanya Xavier dengan nada santai, seolah menanyakan kabar seorang teman.

Helena mengangkat alis.

"Semua berjalan baik," jawabnya, menjaga nada netral, meskipun Xavier menangkap kepatuhan yang terasa baru.

Xavier tersenyum, tetapi senyum itu kini terasa tajam dan menyelidik.

"Kau tahu, Helena," katanya, menatapnya lurus,

"Aku melihat sesuatu yang berbeda pada dirimu."

Helena menatapnya tenang, menunggu.

"Hubunganmu dengan Aiden Aliston... apakah itu benar-benar hanya tentang bisnis?" Dia melontarkan pertanyaan itu, suaranya mengandung kecurigaan yang tulus, seolah menantang kebenaran di mata Helena.

Helena terdiam sejenak.

"Bukan urusanmu," jawabnya, suaranya diperkuat oleh garis pertahanan emosional yang dia ciptakan.

"Tentang aku dan Kak Aiden, tentang Nelson dan Aliston, kau tidak perlu ikut campur."

Xavier menatapnya, lalu mengangguk perlahan, mengakui batas itu tanpa perlawanan.

"Aku tahu," katanya pelan.

"Aku hanya tidak ingin kau terjebak. Terutama jika itu merampas kebebasan dan ambisimu. Keterikatan emosional bisa merusak analisis yang brilian."

Helena merasakan kata-kata Xavier menusuk tempat yang selama ini dia coba sembunyikan.

Xavier tersenyum tipis, beralih topik dengan keahlian seorang ahli strategi.

"Aku tidak mencoba mengganggu aliansi, Helena. Aku datang mengganggumu untuk mencari opini tentang Nelson Group." Pandangannya beralih ke laporan di notepad Helena.

"Aku melihatmu membaca laporan tentang 'Kekakuan Pasar Logistik Eropa.' Itu adalah domain Nelson, dan itu adalah masalah yang jauh lebih menarik."

Xavier menyandarkan diri ke depan, suaranya tenang, langsung memancing naluri analisis Helena.

"Nelson Group sedang mencoba transisi dari Trust Fund yang konservatif menjadi Institusi Keuangan Global yang Tangkas. Kenapa Ayahmu mempertahankan Zero-Risk Tolerance pada pinjaman marjinalnya?"

Helena mengerutkan kening. Analisis Xavier sangat tepat dan menusuk.

"Itu adalah strategi yang hati-hati, Tuan Eoscar. Kami melindungi inti aset kami."

"Hati-hati, atau takut?" balas Xavier lembut.

"Sangat efisien dalam menghindari kerugian. Tapi itu adalah strategi yang dibuat oleh ketakutan masa lalu, bukan oleh ambisi masa depan. Itu adalah kehati-hatian yang membunuh pertumbuhan."

Xavier mengambil pulpennya dengan gesit mencoretkan diagram sederhana.

Diagram itu menunjukkan hubungan terbalik antara risiko kecil yang dihindari dan peluang pertumbuhan Nelson yang hilang.

"Zero-Risk Tolerance Nelson adalah ancaman terbesarmu," tegas Xavier.

"Kami di Eoscar fokus pada High-Risk/High-Reward. Kami berani menyerap risiko 5% yang dihindari Nelson, dan sebagai imbalannya, kami mendapatkan klaim atas pertumbuhan 20% yang dihindari Nelson."

Xavier menatap mata Helena, suaranya berbisik penuh intrik.

"Tolong beritahu aku, Helena. Sebagai calon arsitek Nelson Corp, bisakah Zero-Risk Tolerance-mu melindungi Nelson dari Eoscar yang bertumbuh lima kali lebih cepat karena kami berani mengambil risiko kecil itu?"

Helena membeku.

Kekaguman yang tak terhindarkan pada kecerdasan Xavier terasa seperti pengkhianatan kecil terhadap janji yang mengikatnya pada Aiden.

"Xavier, aku sudah berjanji padanya untuk tidak mendiskusikan urusan inti bisnis, denganmu." Ucapannya terdengar seperti rantai yang mengikat logikanya.

Xavier mengangguk, berdiri, dan menatap Helena. Dia mencondongkan tubuh sedikit. Bayangannya jatuh menutupi diagram.

"Jangan biarkan kepatuhanmu pada Aiden membuatmu buta, Helena. Kepatuhan adalah musuh dari analisis. Aku akan selalu menjadi ruang konsultasi tempat pikiranmu bisa jujur."

Xavier pergi.

Helena tetap di sana, menatap diagram. Dia perlahan menyentuh garis yang dibuat Xavier, merasakan kebenaran yang tidak bisa dia bantah.

Saat Xavier berjalan keluar, dia merasakan gelombang kemarahan yang membakar di dadanya. Itu adalah kemarahan karena melihat Helena, seorang wanita dengan pikiran yang setara dengannya, dibatasi oleh klaim posesif Aiden.

Xavier berhenti sejenak di bawah lengkungan batu tua, menatap ponsel dengan layar hitam, bukan untuk mengirim pesan, tetapi untuk menenangkan diri.

"Benteng itu," gumamnya, bibirnya membentuk garis tipis. Setiap kali Aiden menarik Helena lebih dekat, memasang pagar kawat 'kepatuhan', Xavier merasa sesak, seolah-olah sebagian dari dirinya sedang diisolasi.

Itu bukan hanya karena dia kehilangan sekutu, tapi karena dia merasa ada bagian dirinya yang diambil.

Saat itulah Xavier menyadari. Perasaan itu melampaui persaingan intelektual.

Kekagumannya yang murni, keinginan yang kuat untuk melihat Helena bebas dari pengaruh Aiden, rasa frustrasinya atas kesetiaan Helena... itu semua terangkum dalam satu kesimpulan.

Dia menginginkan Helena. Bukan sebagai sekutu strategis, bukan sebagai rekan akademis, tapi sebagai seorang wanita.

"Semakin Aiden membentenginya," Xavier melanjutkan, senyumnya kini dingin dan bertekad.

"Semakin aku perlu menghancurkan benteng itu."

***

Alaric panik.

Kebijakan ketat Aiden telah membekukan sebagian besar dana abu-abu miliknya, menjadikannya kering likuiditas.

​Kegagalan Proyek New Silk Road telah menghilangkan seluruh investasinya, sedangkan pinjaman gelapnya menuntut pembayaran yang sudah jatuh tempo, disertai ancaman terselubung.

Di tengah kegelisahan itu, perusahaan cangkang bernama 'Vantage Capital' (ciptaan Aiden) sukses besar di berita, menjadi subjek utama spekulasi investasi.

Ponsel Alaric berdering. Panggilan dari perwakilan Vantage Capital.

"Tuan Alaric, kami butuh dana cepat. Salah satu bank kami sedang meninjau ulang pinjaman kami. Jika Anda bisa mengucurkan dana darurat $50 juta segera, Anda bisa membeli saham mayoritas Vantage dengan harga diskon. Ini kesempatan darurat."

Mata Alaric berkilat serakah.

"$50 juta? Itu terlalu kecil untuk saham mayoritas."

"Ini diskon karena darurat, Tuan. Ini adalah peluang emas. Vantage akan bernilai tiga kali lipat dalam tiga bulan. Anda akan mendapatkan keuntungan besar."

Alaric melihat Vantage sebagai solusi instan untuk menutupi kerugian dan sekaligus mendapatkan keuntungan super cepat.

Dia memutuskan dia akan menggunakan Dana Pensiun Karyawan Cabang $50 juta sebagai pinjaman jangka pendek.

Alaric memanggil Ketua Divisi Keuangan Cabangnya.

"Sudah kubilang, pindahkan uang itu! Gunakan 'jalur darurat' yang biasa kita pakai. Vantage Capital itu emas batangan! Aku akan mengakuisisi sebagian saham mereka sebelum pasar tahu potensi penuh mereka!"

Alaric menggunakan saluran transfer ilegal yang sudah dipantau oleh Tim Audit Internal yang ditanam Aiden.

Dia tersenyum sinis.

"Setelah kudapatkan keuntungan besar dari Vantage, aku akan memenuhi target busuk Aiden dan membuatnya terlihat bodoh. Anak itu tidak tahu apa-apa tentang permainan besar."

Clara, istrinya, masuk ke kantor Alaric.

"Kau yakin, Sayang? Dana itu terlalu besar untuk digerakkan secara diam-diam."

"Tentu saja yakin! Aku akan bergerak cepat, Clara!"

______________________________________________

Hallo apakah ada yang baca cerita ini...

Kalian bisa mampir ke tiktok aku ya

@hellosi71

Disana ada visualisasi Aiden Aliston dan Helena Nelson, disana juga ada beberapa part spoiler...

Jika memang ada yang membaca cerita ini, tolong dukung dengan Like, Vote dan Comment ya....

Terimakasih..

Sampai jumpa di Bab selanjutnya...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!