7 tahun bertahan, lalu ditinggal tanpa alasan. Hanna pikir, cinta sudah cukup menyakitkan untuk dicoba lagi dan mungkin sudah saatnya ia memilih dirinya sendiri.
Namun jika bukan karena cinta yang pergi tanpa pamit itu.. mungkin dia tidak akan bertemu dengan dr. Hendra.
Sayangnya, dr. Hendra seperti mustahil untuk digapai, meski setiap hari mereka berada di bawah atap yang sama.
Kali ini, akankah Hanna kembali memilih dirinya sendiri? Entahlah..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deborah_mae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERPISAH LAGI?
Matahari bersinar terang pagi ini.
Waktunya untuk bersantai dan menikmati sarapan pagi yang ringan. Karena hari ini adalah hari Sabtu dan tentunya sebagai hari libur para pegawai back office Rumah Sakit Graha Sehat.
Tumpukan cucian tidak dikhawatirkan Hanna karena Minggu ini sepertinya ia mau laundry saja. Karena akhir-akhir ini Hanna sering jatuh sakit.
Ketika sedang menyeruput teh hangatnya, Hanna tersadar dari lamunannya dan mengambil buku diary nya.
"13 tahun yang lalu.."
Ragu.
Hanna merobek kertas itu dan membuangnya ke tong sampah lalu melanjutkan sarapannya dengan santai.
"Kak, gimana suasana hati kakak sekarang?" tanya Jonathan.
"Biasa-biasa aja sih dek.. Kenapa emangnya?"
"Kakak nggak ngerasa kesepian kan?"
"Enggak, kok. Kakak ngerasa hati kakak udah penuh karena ada kalian.." ucap Hanna dengan tatapan penuh kasih kepada adiknya.
"Baguslah, kak. Oh iya, hari ini kan kakak nggak masak nih. Sesekali kita pergi makan keluar, yuk bareng Tulus." ajak Jonathan.
"Boleh juga, tuh. Kebetulan kakak lagi pengen nyobain ramen yang baru buka di jalan Arifin Ahmad nih."
Malam itu, Hanna dan kedua adiknya pergi makan malam ke sebuah restoran ramen. Mereka bersenang-senang layaknya saudara yang sedang menikmati waktu bersama dengan penuh kasih.
Mereka mengabadikan setiap momen kemana pun mereka pergi, apapun yang mereka makan bersama dan kegiatan apa yang mereka lakukan ketika sedang butuh penghiburan.
"Tuhan, tolong selalu rangkul kami bertiga di dalam pelukan kasih-Mu.."
Doa yang selalu terucap di hati Hanna ketika sedang menghabiskan waktu bersama dengan adik-adiknya.
"Kakak ke toilet bentar ya, dek." Hanna bergegas ke toilet di restoran ramen itu.
Saat sedang menuju toilet, dia terkejut seperti melihat dr. Hendra bersama seorang wanita cantik .
Dia seperti tidak yakin bahwa itu adalah dr. Hendra. Lalu, dia memastikan lagi dengan berpura-pura lewat dan ternyata benar, itu dr. Hendra.
"Asik. lagi ngedate si lansia" gumam Hanna dalam hatinya hingga membuatnya terkekeh.
"Tapi.. Bukannya dia jomblo akut ya kata orang-orang? Kok sekarang ada pacar?"
"Ah yaudah sih biarin aja.."
"Tapi kok.. Hmmm.."
Sesampainya Hanna di rumah, entah mengapa ia tiba-tiba kepikiran tentang wanita yang sedang bersama dengan dr. Hendra tadi.
Perasaan aneh mulai muncul. Bahkan Hanna tidak bisa mengidentifikasi apa yang dia rasakan saat ini.
Entah itu hanya kepo atau bahkan cemburu?
"Gausah kepo aja udah paling bener ini"
Hanna pun memutuskan untuk tidur saja.
Di sisi lain, dr. Hendra masih memikirkan Hanna. Bagaimana keadaannya? Apakah masih lemah atau sudah pulih?
"Sudah gimana, Han?"
Terlalu terlihat peduli, lalu dihapusnya.
"Kemarin emang beneran di anter sampe rumah ya sama si Arga?"
Terkesan kepo dan ikut campur. Dihapusnya.
"Besok kita meeting. Ada project baru."
Oke, cocok. Kirim.
Notifikasi pesan masuk pun muncul di Handphone Hanna
✉️ Hanna
"Hah? Besok? Minggu banget nih meeting nya?"
📩 dr. Hendra Judes
"Senin maksud saya"
✉️ Hanna
"Sip"
Membaca balasan Hanna, dr. Hendra kesal. "Singkat banget balesnya. Hmm.. gimana ya nanya keadaannya biar ga keliatan khawatir..? Ooh .."
📩 dr. Hendra Judes
"Project kali ini agak bikin lelah. Kira-kira kamu sanggup gak? Apalagi kemarin tumbang lagi. Nyusahin lagi."
✉️ Hanna
"Sanggup"
Hanna semakin membuat dr. Hendra kesal. Akhirnya, dr. Hendra tidak melanjutkan pesannya lagi.
"Yaudah, berarti dia udah sehat" pikir dr. Hendra.
***
Senin ini, hari dimana dr. Hendra telah selesai menggantikan dr. Ningsih yang sedang cuti melahirkan. Semua unit terkait dikumpulkan kembali untuk berpamitan dengan dr. Hendra saat itu juga.
Mendengar kabar itu, Hanna terkejut karena Sabtu malam dr. Hendra mengatakan bahwa Senin akan ada meeting mengenai project baru mereka.
Seketika itu juga Hanna merasa dibohongi oleh dr. Hendra. Entah apa maksud dr. Hendra melakukan itu, Hanna pun tidak tahu.
Saat itu juga Hanna terdiam untuk sejenak. Mencari jawaban atas pertanyaannya: mengapa dr. Hendra mengatakan bahwa hari Senin akan ada meeting project baru bersamanya.
Perasaan aneh mulai muncul kembali.
Hanna masih belum bisa mengenali perasaannya sendiri saat itu. Sehingga ia bingung, harus memberi reaksi atau respon yang seperti apa.
"Ooh kirain dr. Hendra emang selamanya disini.." ucap Angela.
"Berarti cuma sementara aja ya..?" gumam Hanna dalam hatinya.
"Ayo, semuanya ke lantai tiga. Kita ikut morning report. Sekalian dr. Hendra mau pamitan juga katanya" ucap Bu Vannya yang terburu-buru mengajak Hanna dan rekan lainnya untuk ikut bersamanya.
Dengan langkah yang ragu, Hanna merasa tidak ingin ikut namun dia harus ikut. Paling tidak kali ini dia sempat melihat dr. Hendra berpamitan.. Lagi..
Jantung Hanna berdebar cukup kencang. Serasa ingin menghentikan waktu.
"Kenapa pergi lagi..?" Hanna termenung di saat melangkah pelan menuju lantai tiga.
Pintu lift terbuka. Kini mereka sudah sampai ke lantai tiga dan menuju ruang meeting.
Dengan langkah yang pelan, Hanna berusaha melangkah dan meraih gagang pintu ruangan itu.
Disana ia melihat dr. Hendra dengan dandanan khasnya mengenakan kemeja lengan panjang, dengan lengan tergulung rapi, tak lupa kancing atas yang selalu dibuka. Pagi itu dr. Hendra memakai kemeja berwarna hitam dengan celana panjang berwarna senada.
dr. Hendra tampak sangat bersemangat. Tanpa rasa bersedih karena akan meninggalkan rumah sakit itu. Sepertinya dia tidak sabar ingin menyampaikan sesuatu kepada semua yang hadir disana.
Tidak seperti biasanya peserta meeting kali ini yang hadir hanya tim keuangan, marketing, dr. Arga, HRD, dr. Ningsih, satu dokter umum baru, direktur dan wakil direktur.
Di kursi paling depan terdapat dr. Arga yang baru saja selesai dinas malam. Ia duduk tepat di seberang dr. Hendra.
Dengan wajah penuh "kemenangan", dr. Arga menatap dr. Hendra yang saat itu sedang asyik berbincang dengan Kepala Kapitasi dan Referal, dr. Faisal.
"Baik, dok. Kita akan segera turunkan tim yang berwenang untuk menyelesaikan masalah ini" ucap dr. Faisal dengan suara yang pelan kepada dr. Hendra.
"Selamat pagi, bapak/ibu dan rekan sekalian.. Tibalah hari ini kita menyambut kembali dr. Ningsih yang baru saja selesai dari cuti nya. Semoga dr. Ningsih senantiasa berbahagia didalam menjalani pekerjaan di rumah sakit kita tercinta ini" sambut dr. Wijaya, wakil direktur Rumah Sakit Graha Sehat.
"Selama tiga bulan lamanya, dr. Ningsih digantikan oleh dr. Hendra. Kini, dr. Hendra sudah selesai masa jabatannya untuk menggantikan dr. Ningsih sementara ini." lanjutnya.
Hanna seperti lemas mendengar kata sambutan itu. Seperti ada yang akan hilang dari dirinya. Namun, dia tidak mengerti mengapa dia merasakan hal itu.
Sesekali dr. Arga mencari Hanna. Dia melihat Hanna termenung dengan wajah yang datar.
Dia berpikir apakah Hanna masih sakit?
Atau justru.. Hatinya yang sakit?