NovelToon NovelToon
Pendekar Penguasa Sepuluh Ribu Semesta

Pendekar Penguasa Sepuluh Ribu Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Kultivasi Modern / Perperangan / Dikelilingi wanita cantik / Ahli Bela Diri Kuno / Action
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Employee

Sejak kecil, Anul hanya dikenal sebagai anak yatim piatu tanpa asal-usul yang hidup di sebuah desa kecil. Tubuhnya tak pernah terluka meski dihajar, senyumnya tetap hangat meski dirundung.

Namun, siapa sangka di balik kesederhanaannya tersimpan rahasia besar?
Darah yang mengalir di tubuhnya bukanlah darah manusia biasa. Takdir telah menuliskan namanya sebagai pewaris kekuatan yang mampu mengguncang langit dan bumi.

Dari anak yang diremehkan, Anul akan melangkah menuju jalan bela diri, mengalahkan musuh-musuh kuat, hingga akhirnya menaklukkan Sepuluh Ribu Semesta.

Perjalanan seorang yatim piatu menuju takdir yang tak bisa dihindari pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Employee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Pengembara

Di dalam perpustakaan kecil desa Lembah Tiga Gunung, Anul duduk dengan wajah serius. Di hadapannya terbentang sebuah peta besar yang baru saja ia ambil dari salah satu rak. Peta itu menggambarkan benua luas bernama benua Fisik, salah satu benua yang menjadi panggung dari sekian banyak aliran silat, sekte, dan kerajaan. Di benua itulah desa terpencil mereka berdiri, terlindung oleh tiga gunung yang menjulang bak penjaga purba.

Dengan teliti, Anul merendam ujung kuas ke dalam tinta, lalu menarik garis tipis dari titik desa menuju arah utara. Jalur itu bukan sekadar garis biasa, melainkan jalur menuju Pegunungan Tanpa Akhir, tempat dimana tersimpan warisan pendekar legendaris Bagjo, Sang Pendekar Sakti. Nama Bagjo melegenda hingga hari ini; ia seorang pendekar yang disebut pernah menguasai ketiga benua. Namun pada akhirnya harus tewas karena siasat licik bawahannya yang tamak.

"Kota pertama, kota hantu..." gumam Anul menatap serius ke arah peta di hadapannya.

Peta menunjukkan perjalanan panjang yang harus ditempuh. Dari desa Lembah Tiga Gunung, Anul harus melewati jalan barat laut hingga tiba di sebuah kota kecil bernama Kota Hantu. Nama itu memang sesuai kenyataan: kota itu sepi, tandus, dan hampir ditinggalkan penduduknya. Tanahnya keras, udaranya kering, dan biaya hidup di sana terlampau tinggi. Hanya orang yang benar-benar punya tekad kuat atau tidak punya pilihan lain yang mampu bertahan.

Mengalihkan pandangannya, "Kota Gelombang... Aku belum pernah melihat laut. Mungkin akan sedikit menarik disana."

Setelah Kota Hantu, jalur berikutnya adalah ke arah utara, menuju Kota Gelombang. Kota ini lebih ramai, terletak di tepi Samudra Neptune, dan penduduknya menggantungkan hidup pada hasil laut. Angin yang asin berhembus dari pantai baratnya, membuat kota itu hidup, berbeda jauh dari sunyinya Kota Hantu.

"Aku akan singgah sesaat di ibu kota. Setidaknya mencari informasi tentang orang di belakang Ramzi," matanya teduh, penuh keyakinan.

Perjalanan berlanjut ke timur laut. Di sanalah berdiri Kota Awan Petir, ibu kota Kerajaan Awan Petir. Kota megah itu dipenuhi istana tinggi dan lapangan latihan yang ramai oleh para pendekar muda. Dari sana, Anul harus menempuh jalur lurus ke utara hingga mencapai Kota Gerbang Besar, perbatasan paling utara kerajaan tersebut.

Selama berada di wilayah Kerajaan Awan Petir, perjalanan relatif aman. Setiap kota dilindungi aturan ketat. Perbekalan mudah didapat, dan jarang terjadi perselisihan berarti. Jika pun ada pertikaian, biasanya hanyalah pertikaian kecil dan segera diselesaikan oleh perwakilan organisasi melalui diskusi.

Tapi tentu saja, dalam dunia yang mengagungkan seni bela diri, terkadang konflik besar jarang berakhir hanya dengan kata-kata. Bila kebencian sudah mendarah daging, ujungnya hanya satu: duel hidup dan mati di arena beladiri.

Anul sedikit mengernyit, "Hutan Jerat Hitam dan Rawa Penuh Darah..."

Namun, rintangan yang sesungguhnya baru dimulai setelah melintasi Kota Gerbang Besar. Di sanalah terbentang Hutan Jerat Hitam, wilayah yang namanya saja cukup membuat pendekar berpengalaman bergidik. Hutan itu bukan sekadar kumpulan pepohonan; ia hidup, bernapas, dan memangsa.

Di sana, binatang buas berkeliaran, tumbuhan pemakan daging menjuntai dari cabang-cabang gelap, dan makhluk setengah siluman mengintai setiap langkah. Rumor paling menyeramkan bahkan menyebut, siluman sejati pernah muncul dari hutan itu—makhluk yang kekuatannya sebanding dengan Pendekar Tanpa Tanding.

Dalam dunia manusia, orang yang menekuni bela diri disebut pendekar. Tingkatan kekuatannya rumit, penuh jenjang dan pembagian profesi yang terkadang membingungkan.

Namun dalam dunia binatang pun memiliki tingkatan kekuatannya sendiri. Kekuatan mereka terbagi lebih sederhana: Hewan liar, hewan buas, hewan setengah siluman, dan puncaknya siluman sejati. Berbeda dengan manusia yang mengandalkan latihan panjang, hewan hanya mengikuti naluri dan kemurnian garis keturunan. Darah leluhur mereka adalah pusaka yang menurunkan kekuatan bawaan. Jika pendekar menciptakan jurus, hewan memiliki kemampuan warisan yang tak kalah mematikan.

Tempat-tempat seperti Hutan Jerat Hitam dan Rawa Penuh Darah tidak tunduk pada hukum kerajaan. Hukum yang berlaku hanya satu: yang kuat bertahan hidup. Para pendekar yang berprofesi sebagai pemburu dan petualang menganggap tempat-tempat seperti itu sebagai surga latihan, sekalipun nyawa adalah taruhannya.

"Ah, sudah lah. Biarkan semua berjalan seperti air yang mengalir," ucapnya sembari meregangkan tubuh.

Setelah puas menyusun garis perjalanan di peta, Anul menutup gulungan itu perlahan.

Perpustakaan kecil desa ini memang tak bisa menyediakan banyak informasi, tetapi informasi-informasi itu sudah cukup untuk menyusun rencana awal. Ia berdiri, merapikan jubahnya, lalu melangkah keluar.

Langkah kakinya membawanya ke sebuah bangunan kecil di tengah desa. Di dalamnya, tiga sosok sudah menunggunya. Begitu memasuki ruangan, Anul langsung duduk di kursi kosong, wajahnya tenang, seolah semua sudah diatur.

"Anul, kenapa kau menyuruhku untuk kemari? Aku sedang sibuk berlatih. Waktuku sangat berharga."

Dengan ekspresi sedikit kecewa, Biro yang duduk disampingnya langsung mengeluh. Melihat hal ini, Anul hanya mengernyitkan dahinya dan memukul kepala Biro.

Kawannya itu secara refleks langsung menutupi kepalanya membuat Anul nampak seperti orang tua yang sedang menghukum anaknya yang nakal. Arum yang duduk diseberang hanya bisa tersenyum kecil menahan geli.

"Kau pikir aku tidak tahu kalau kerjamu hanya makan dan tidur? Sekarang waktunya kau menggerakkan sedikit badan pemalasmu."

Biro membelalakkan matanya seolah ingin membantah apa yang dikatakan Anul. Tapi bagaimana caranya ia bisa membantah?

Yang barusan dikatakan Anul adalah sebuah kenyataan. Latihan yang dilakukan Biro pada dasarnya adalah hasil rancangan Anul setelah mengetahui sifat tubuh bawaan khusus milik Biro.

"Pak Ghandi, dua hari lagi aku akan pergi bersama Arum dan Biro. Urusan desa akan aku serahkan padamu."

Pak Ghandi yang biasanya selalu berdebat dengan anak semata wayangnya — Biro, hari ini menjadi lebih tenang. Semenjak terakhir Anul mengunjungi kediaman keluarga Pak Ghandi, Pak Tua galak ini tidak pernah lagi berdebat dengan Biro. Membuat suasana sedikit lebih membosankan.

Dengan santai Pak Ghandi menatap lembut ke arah Anul. "Baiklah, kau pergi saja dengan tenang."

Pffttt...

Suara desisan kecil keluar dari mulut Biro karena menahan tawanya. Arum pun menutupi bibir tipisnya menggunakan tangan.

Anul hanya bisa kebingungan menanggapi perkataan Pak Ghandi. Di satu sisi perkataan Pak Ghandi berniat untuk meyakinkannya bahwa urusan desa akan diselesaikan dengan baik, disisi lain perkataan itu biasanya diucapkan seseorang kepada orang yang sedang sekarat sebelum meninggal...

Mendesah pelan, Anul hanya bisa menggelengkan kepala. Bagaimanapun ia tahu maksud dari Pak Ghandi.

"Dua hari lagi, kita akan berangkat. Arum, aku minta bantuanmu untuk mempersiapkan kereta kuda. Untuk urusan perbekalan aku serahkan pada Biro."

Arum dan Biro mengangguk bersamaan. Mereka berdua sudah tahu kemana tujuan mereka dan sudah mulai bersiap dari beberapa hari yang lalu.

...****************...

Alasan Anul mengajak Biro adalah untuk mengasah hasil latihannya di dunia nyata, bagaimanapun tanpa pengalaman sebenarnya, sebuah kekuatan akan menjadi tidak berguna. Pengalaman bertarung dalam latihan jauh berbeda dengan pengalaman bertarung hidup dan mati yang memiliki banyak variabel dalam menentukan pemenangnya.

Untuk Arum, Anul awalnya tidak berencana membawa gadis cantik itu. Hanya saja beberapa hari lalu gadis itu mendatanginya dan memaksa agar ia membawanya.

"Anul, aku ingin ikut dalam perjalananmu," ucap Arum meminta dengan paksa.

Anul terdiam, lalu menjawab, "Aku tidak ingin menambah satu beban lagi."

Setelah menjawab itu, Anul segera kembali ke kediamannya. Namun Arum terus mengikuti dari belakang, ikut ke rumah sang kepala desa.

Gadis itu terus berdiam di kediaman Anul selama beberapa hari tanpa berniat pergi sebelum akhirnya Anul setuju untuk membawanya.

Menghadapi wanita keras kepala seperti itu membuat kepalanya sakit.

Beberapa hari kemudian, Anul menghampiri Arum yang masih berada di kediamannya. "Baiklah, kau bisa ikut," ujarnya singkat.

Takut orang akan salah paham karena Arum yang sudah berhari-hari tinggal bersamanya, ia akhirnya setuju untuk membawa gadis cantik itu pergi.

Setelah kejadian itu ia lalu mendatangi Biro—Biro yang membocorkan rencana mereka kepada Arum, Biro yang melihat kedatangan Anul awalnya tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha, senang sekali rasanya melihat kepala desa di buntuti oleh gadis cantik!"

Tapi tawa itu berubah menjadi teriakan yang menyayat hati ketika Anul menghajar pantatnya dengan sangat keras—ia tidak bisa duduk untuk beberapa hari.

Perjalanan panjang itu bukan hanya sekadar menjejak tanah asing, melainkan juga menapaki takdir.

...****************...

Malam itu, setelah pertemuan berakhir, keempat orang itu meninggalkan bangunan kecil secara bersamaan. Di luar, bulan menggantung bulat sempurna, seakan mengawasi langkah mereka. Di bawah sinar bulan, tekad Anul semakin mengeras: dua hari lagi, perjalan menuju Pegunungan Tanpa Akhir akan dimulai.

1
Didi h Suawa
awal yang baik
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS): terimakasih sudah mampir dan membaca karya saya 😄👍
total 1 replies
Muffin🌸
Ceritanya menarik, narasinya mudah dimengerti. Semangat berkarya authort. Aku tunggu anul sampai menguasai bumi dan langit 😊
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS): makasih mbak muffin😄
total 1 replies
erika eka putri pradipta(ACDD)
woww keren sekali bisa terbelah batu nya setelah ranting kecil itu dimasukkan ke lubang itu
erika eka putri pradipta(ACDD)
pecah gak bg anul cincin nya?
Oksy_K
dipaksa dewasa dan menahan rasa sakit. semangat anullll
@dadan_kusuma89
Masih mendingan Anul ada yang suka, Bir! daripada Lu😁
@dadan_kusuma89
Ternyata benar dugaanku, sekarang Anul telah menjabat sebagai kepala desa baru
@dadan_kusuma89
Nggak bisa, Rum! Mana bisa biro disuruh makan pelan-pelan
@dadan_kusuma89
Awas lho, Biro! kamu jangan godain Arum ya!😁
@dadan_kusuma89
Dugaanku sepertinya kamu akan menjadi kepala desa yang baru, Nul!😁
CumaHalu
malah nangis, kog bisa berhari-hari pingsan masih bisa bangun. kalau orang normal sih udah meninggoy.
CumaHalu
Jadi tetep harus hati-hati ya Nul.
Khalisha
Kenapa banyak yang benci anul padahal kan dia udah banyak Bantu warga desa,
ηιтσ
najisnyo. jauh²/Puke/
ηιтσ
pemikiran anak² mah kdng udh di tanam sma kebencian dri orgtuanya. klo ortunya udh cap anak ini gk baik, anaknya jdi benci. walau sbnrnya konsep anul ini beda, lbh kyk jdi pembanding /Facepalm/
Ff Gilgamesh
memang susah memiliki dua wajah... repot menyembunyikan yang satu
👑Chaotic Devil Queen👑
Karena lu bukan MC 😭🤣
👑Chaotic Devil Queen👑
Heh! Lu itu gak diajak 😭👊
erika eka putri pradipta(ACDD)
jatuh hati kau nul
@dadan_kusuma89
Sepertinya Biro harus belajar dari Sammo hung ini😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!