Bunga yang pernah dikecewakan oleh seorang pria, akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk Malik yang selama setahun terus mengejar cintanya. Ia terima cinta Malik walau sebenarnya rasa itu belum ada. Namun Bunga memutuskan untuk benar-benar mencintai Malik setelah mereka berpacaran selama dua tahun, dan pria itu melamarnya. Cinta itu akhirnya hadir.
Tetapi, kecewa dan sakit hati kembali harus dirasakan oleh Bunga. Pria itu memutuskan hubungan dengannya, bahkan langsung menikahi wanita lain walaupun mereka baru putus selama sepuluh hari. Alasannyapun membuat Bunga semakin sakit dan akhirnya memikirkan, tidak ada pria yang tulus dan bertanggungjawab di dunia ini. Trauma itu menjalar di hatinya.
Apakah Bunga memang tidak diizinkan untuk bahagia? Apakah trauma ini akan selalu menghantuinya?
follow IG author : @tulisanmumu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anakku Bukan Anakku
"Tante..." Jelita kembali berteriak memanggil Bunga.
Teriakan Jelita ini akhirnya membangunkan Bunga dari keterdiamannya. Banyak hal yang berputar di kelapanya. Mungkin nanti akan ia cari tahu. Namun kini, di depan matanya ada seorang gadis kecil yang selama beberapa hari ke belakang sangat lucu dan menarik perhatiannya sedang membutuhkan bantuannya.
"Kenapa sayang?" tanya Bunga dengan lembut. Fadi dengan cepat melepas pegangannya pada Jelita, dan segera tanpa ada aba-aba Bunga berpindah posisi dengan Fadi.
"Sakit... hhuuh..," rengek Jelita. Wajah imut gadis itu telah basah akibat air matanya yang sejak tadi keluar. Bahkan suaranya terputus-putus ketika berbicara.
"Sakitnya sedikit saja kok. Ini lagi dimasukin obatnya sama Tante Susternya," kata Bunga dengan pelan dan lembut. Ia juga mengusap pelan kepala dan wajah gadis itu, membersihkan bekas-bekas air mata yang terus saja turun dari mata indahnya.
"Ndak mau... hhuh..."
"Kalau tidak mau, gimana mau sembuhnya?" Dengan sabar dan penuh perhatian Bunga membelai kepala Jelita.
"Sakit, Tante," kekeh Jelita.
"Sini deh Jelita lihat Tante aja. Jangan liat kesana. Kalau sakit nanti Jelita boleh cubit tangan Tante aja. Sekarang tangan yang sananya dikasihin ke Tante susternya, ya."
Jelita mulai mau memberikan tangan kirinya pada perawat.
"Tap... tapi... hhuuh... jangan sakit... hhuuh..."
"Nggak sakit kok. Makanya Jelita jangan lihat kesana. Lihat ke Tante aja, atau mau peluk Tante." Jelita segera memasukkan wajahnya dalam dekapan Bunga.
"Aaaaargh... sakit..."
"Udah udah udah ini sayang, cantiknya Tante Bunga. Ini udah siap, ya."
"Hwaaaa..."
"Ini ini udah siap kok." Setelah selang infus terpasang, Bunga langsung menggendong Jelita yang masih berteriak dan menangis. Dengan sabar ia terus menenangkan gadis kecil itu.
Hal ini tentu saja tidak terlepas dari pandangan Fadi. Sejak peristiwa kecelakaan yang tadi menimpa mereka, dirinya sudah kesusahan untuk menenangkan putri kecilnya itu. Namun lihatlah, kini Jelita bisa langsung diam setelah ditenangkan oleh Bunga.
"Kamar untuk anak Jelita nya sudah siap, dok," ucap seorang perawat yang tadi membantu memasangkan jarum infus pada Jelita.
"Oke. Berarti sudah bisa dipindahin ke kamar, ya. Sayang, kita pindah ke kamar, ya. Nanti disana aja Jelita boboknya." Bunga memindahkan Jelita pada kursi dorong yang telah dibawa oleh perawat.
"Ndak mauu... hhuuh... mau sama Tante..." Jelita menolak dan malah mengencangkan pelukannya pada leher Bunga.
"Dokter ikut aja, dok antarnya ke kamar," usul perawat itu.
"Oh yaudah." Bunga langsung duduk di kursi roda, memangku Jelita yang masih memeluk Bunga dengan erat.
Ketika Bunga telah mendaratkan bokongnya pada kursi, ia baru menyadari jika ada Fadi disana. Kenapa dirinya bisa lupa dengan pria ini.
"Boleh, kan?" Bunga meminta izin pada Fadi yang ternyata adalah ayah dari gadis kecil yang sangat disukai oleh Bunga itu.
"Tentu saja." Fadi menjawab dengan anggukan.
Perawat wanita itu mulai mendorong kursi roda yang diduduki oleh Bunga. Ketika melewati bilik Olivia, tampak Olivia juga akan dipindahkan ke ruang persalinan.
"Nanti kalau sudah, kabari saya," ucap Bunga pada perawat ruang persalinan yang ikut menjemput Olivia.
"Iya, dok."
Bunga berlalu di bawah tatapan Malik. Bunga tak mau memperdulikan pria itu.
Selama perjalanan menuju kamar inap Jelita, Bunga tampak berpikir. Apakah kedua pria ini terlibat tabrakan beruntun itu? Mimpi apa dirinya semalam, hingga hari ini ia harus bertemu dengan pria-pria yang menyakitinya?
Lalu, apa Jelita adalah putrinya Fadi? Lalu dimana istrinya yang pernah ia jumpa dulu?
Ada banyak hal yang kini berputar di kepala Bunga.
"Kecapean nangis anaknya, dok. Akhirnya tidur dia." Ucapan perawat yang berdiri di belakangnya menyadarkan lamunan jauh Bunga. Ia menunduk, melihat Jelita yang kini sudah menutup matanya. Sepertinya benar kalau Jelita kini sudah tidur, dan gadis itu tertidur di dadanya Bunga.
"Kami sama papa nya tadi udah pusing gimana biar Jelita bisa tenang, dok. Eh dokter datang bisa langsung anteng anaknya. Histeris tapi nggak seperti awal," ucap perawat itu lagi.
Bunga tak menjawabnya. Ia hanya mengelus pelan kepala gadis yang sudah mengambil hatinya di pertemuan pertama mereka. Namun kini ia mendapati fakta kalau Jelita adalah anak dari pria yang ia benci.
Bunga tahu jika Jelita tak bersalah, dan tak menahu dengan cerita mereka. Tapi ada rasa yang susah untuk Bunga ungkapkan saat ini.
Fadi yang sedari tadi hanya diam pun turut merasakan hal yang tak biasa. Ia bersyukur karena Bunga datang di waktu yang tepat. Namun ia juga tidak tahu bagaimana dengan perasaan Bunga saat ini.
"Bagaimana aku menjelaskannya nanti?"
Biar bagaimanapun Fadi harus menjelaskan hari ini semua pada Bunga. Ia juga harus meminta maaf pada wanita itu. Semuanya. Semoga saja Bunga masih mau menemui Jelita setelah ini.
Kini mereka telah tiba di ruangan inap untuk Jelita, Bunga mulai turun perlahan dari kursi roda dengan penuh kehati-hatian. Ia berjalan menuju ranjang dan mulai meletakkan Jelita yang sudah terlelap di atas ranjang pasien.
Begitu Bunga meletakkan Jelita, gadis kecil itu terbangun lalu menangis lagi.
"Tante Bunga jangan pergi." Tangan Jelita menahan tangan Bunga yang hendak pergi.
"Tantenya mau kerja, sayang. Jelita sama Papa dulu, ya." Fadi kini mulai mendekati Jelita yang kembali menangis.
"Ndak mau... Maunya sama Tante aja." Jelita kembali berteriak dan menangis dengan suara yang keras.
"Nanti, ya. Sama Papa dulu aja." Fadi terus berusaha membujuk Jelita. Bukannya terlepas, pegangan Jelita kini semakin erat pada lengan Bunga.
"Ndak mau..!"
"Ya sudah sama Tante dulu disini. Sekarang Jelita tidur lagi, ya." Demi kebaikan gadis kecil itu akhirnya Bunga mau menemaninya tidur.
Jelita kembali berbaring dengan tangannya yang terus memegang tangan Bunga. Dengan penuh sayang Bunga juga mengelus pelan kepala Jelita.
"Terima kasih karena sudah mau menemani Jelita." Fadi mulai bersuara setelah sekian lama mereka hanya diam tanpa ada yang mau berbicara.
"Hmm." Bunga masih belum ingin berbicara dengan Fadi. Pikirannya saat ini masih berputar. Kenapa anak ini harus menjadi anaknya Fadi, pikirnya.
"Kalau kamu masih ada pasien, ngga apa-apa keluar aja. Jelita juga sudah tidur." Biar bagaimanapun terbantu dirinya akan kehadiran Bunga, Fadi tentu saja tidak ingin menahan wanita itu disini.
"Pasien terakhirku yang di IGD tadi. Nanti mereka akan menghubungiku ketika sudah siap disana." Bunga menjawab dengan nada bicara yang cukup pelan. Tak mau suaranya akan membangunkan Jelita nantinya.
Keheningan kembali mengisi ruangan itu. Fadi merasa ini adalah waktu yang tepat bagi dirinya untuk berbicara dengan Bunga.
"Flo, sebenarnya..."
"Jangan panggil aku dengan nama itu!" Sebelum Fadi menyelesaikan perkataannya, Bunga langsung melarang pria itu untuk memanggil namanya dengan sebutan 'spesial' 'mereka dulu.
"Jelita memang anakku. Anak istriku. Tapi aku bukan ayah kandungnya."
****
Nah gimana ini, anak istriku bukan anakku. Lalu anakmu adalah anakku, eh gimana sih 🤭🤭
Btw author terima kasih lagi sudah setia dengan Bunga, ya. Jangan lupa untuk terus like dan komen biar author selalu semangat ya 🫶🏻🫶🏻
Selamat berakhir pekan, selamat berlibur semuanya. Stay save untuk kita semua. Semoga negara kita semakin membaik ❤️❤️
Semoga masih ada harapan Bunga kembali ke Fadi
Mama nya Jelita hamil dengan orang lain dan Fadi yg menikahi nya
Jelita bertemu dengan tante Bunga di IGD & Bunga tidak menyangka kalau papa Jelita adalah Fadi sang mantan.
2 mantan berada di IGD semua dengan kondisi yang berbeda