NovelToon NovelToon
Putri Palsu Sang Antagonis

Putri Palsu Sang Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Putri asli/palsu
Popularitas:81.8k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Zoe Aldenia, seorang siswi berprestasi dan populer dengan sikap dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba terjebak ke dalam sebuah novel romantis yang sedang populer. Dalam novel ini, Zoe menemukan dirinya menjadi peran antagonis dengan nama yang sama, yaitu Zoe Aldenia, seorang putri palsu yang tidak tahu diri dan sering mencelakai protagonis wanita yang lemah lembut, sang putri asli.

Dalam cerita asli, Zoe adalah seorang gadis yang dibesarkan dalam kemewahan oleh keluarga kaya, tetapi ternyata bukan anak kandung mereka. Zoe asli sering melakukan tindakan jahat dan kejam terhadap putri asli, membuat hidupnya menjadi menderita.

Karena tak ingin berakhir tragis, Zoe memilih mengubah alur ceritanya dan mencari orang tua kandungnya.

Yuk simak kisahnya!
Yang gak suka silahkan skip! Dosa ditanggung masing-masing, yang kasih rate buruk 👊👊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dalang

Malam itu, ruang makan keluarga Wiratmaja dipenuhi aroma makanan hangat dan suasana mewah.

Meja panjang yang megah terisi penuh oleh Joe Wiratmaja, Tina sang istri, serta kelima anak mereka, Varo, Jesper, Arya, Arvan, dan Alicia.

Namun suasana makan malam tak seperti biasanya. Terlihat Arya dan Arvan saling melirik, seperti sedang menyusun keberanian.

Akhirnya, Arya bicara lebih dulu.

"Pa ...."

Joe yang tengah memotong steaknya, berhenti. Menoleh dengan alis terangkat.

"Ada apa?"

"Kami mau nanya sesuatu. Tapi kami nggak tahu ini bener atau enggak," ucap Arya, melirik Arvan yang langsung melanjutkan.

"Apa benar Papa udah cabut biaya pendidikan Zoe?"

Mendengar hal itu, Alicia tampak gelisah.

Tatapannya turun ke piring, sementara sendok dan garpunya tak bergerak.

Tiba-tiba suasana meja menjadi hening.

Sendok Jesper terhenti di udara. Varo menatap mereka berdua, bingung. Tina mem

Joe dan Tina saling tatap, jelas tergunca

Varo yang sejak tadi diam akhirnya bicara, nada suaranya serius.

"Mungkin ada kesalahan administratif, atau ada yang diam-diam memberikan instruksi."

Tina menggenggam sendoknya erat. "Aku akan telepon pihak sekolah besok pagi."

Joe langsung menatap sang istri. "Tak perlu, biar aku yang menghubungi Beno," ujarnya pada sang istri.

Joe Wiratmaja menghela napas panjang, lalu mengambil ponsel dari sakunya. Baru saja ia hendak menekan nomor asistennya, Beno, pintu ruang makan terbuka.

“Permisi, Tuan, ini berkas yang tadi diminta,” ujar Beno, berjalan masuk sambil membawa map tebal.

Joe langsung meletakkan ponselnya dan menatap Beno dengan sorot mata serius.

“Kebetulan sekali, Beno. Duduklah sebentar. Aku ingin bertanya.”

Beno mengerutkan keningnya, agak ragu namun menuruti. Ia duduk di ujung meja.

“Ada apa, Tuan?”

Joe menyilangkan tangan di dada. “Bukankah beberapa waktu lalu aku menyuruhmu mengurus biaya pendidikan Zoe?”

Beno mengangguk cepat. “Benar, Tuan. Saya sudah mengurusnya seperti biasa.”

“Tapi hari ini, pihak sekolah menyampaikan bahwa biaya pendidikan Zoe sudah dicabut. Apa kau tahu soal ini?” tanya Joe dengan nada datar.

Beno mengangguk tenang. “Iya, Tuan. Saya memang yang memutuskan biaya pendidikan Nona Zoe.”

Seketika ruangan sunyi.

Semua menatap Beno dengan penuh keterkejutan bahkan Jesper yang cerewet pun membisu.

Joe mencondongkan tubuhnya ke meja. “Apa?! Kenapa kau memutuskan hal sepenting itu tanpa izinku?” tanyanya.

Beno tampak bingung, tapi dia menjawab dengan tenang, “Saya ... saya memutuskan itu karena saya pikir itu perintah dari Tuan.”

Joe menyipitkan mata, merasa bingung dengan apa yang diucapkan sang asisten. “Kapan aku mengeluarkan perintah seperti itu?”

Beno ragu. Matanya melirik ke arah Alicia yang duduk di sebelah Tina. Semua ikut mengikuti arah pandang Beno dengan tatapan penasaran.

“Nona Alicia ... yang menyampaikannya kepada saya. Katanya, itu atas perintah Tuan sendiri.”

Deg!

Semua langsung menoleh ke Alicia.

Wajah manis gadis itu tampak pucat. Bibirnya bergetar. Tangannya mencengkeram sendok di pangkuannya erat.

Tina langsung berbisik pelan. “Alicia ... apa itu benar?”

Alicia kini menangis dengan tubuh bergetar. “Aku minta maaf, Pa ... Ma ....”

suaranya lirih namun jelas.

“Aku ... aku melakukan ini karena aku takut Kak Zoe akan menyakitiku lagi. Aku gak tahu kenapa, tapi tiap kali melihatnya ... aku jadi cemas. Seperti ... dia akan membalas aku kapan saja. Maafkan aku, tapi aku benar-benar takut.”

Alicia terisak.

“Aku gak berniat jahat, aku cuma ... takut. Aku juga gak tega sebenarnya, tapi perasaan itu terus menghantui aku.”

Hening kembali menyelimuti meja makan.

Jesper menunduk, Arya dan Arvan saling pandang, dan Varo menyandarkan punggungnya ke kursi dengan napas berat.

Meski mereka kesal, mereka tahu, Alicia ungkin trauma. Mengingat bagaimana jahatnya Zoe pada adik mereka.

Akhirnya, Varo berbicara dengan nada tenang namun tegas. “Kami ngerti kamu takut, Licia. Tapi caramu salah. Apa kamu tahu, bagaimana hidup Zoe di luar sana sekarang? Tanpa keluarga, tanpa uang, dan tanpa dukungan?”

Alicia hanya diam, bahunya bergetar. “Kamu gak punya hak ambil keputusan sepenting itu tanpa izin Papa.”

Tina yang sejak tadi diam, akhirnya angkat suara. Ia menyentuh bahu Alicia, lalu memeluk gadis itu pelan.

“Sudah, sudah … jangan dimarahi terus adik kalian. Alicia mungkin memang trauma, Varo.”

“Dia mengalami banyak tekanan sejak dia dititipkan di panti asuhan. Apa lagi, Zoe berubah saat Alicia ke rumah ini, dia menjadi gadis jahat yang tidak berperasaan.”

Arya dan Arvan mengangguk pelan, mencoba mengerti.

Joe Wiratmaja hanya memejamkan mata sejenak, lalu membuka kembali dengan nada yang dingin namun tegas.

“Mungkin Alicia memang trauma. Papa akan menghubungi salah satu psikiater kenalan Papa. Kali ini, Papa maafkan kamu.”

Ia lalu menoleh pada Beno. “Mulai besok pagi, semua biaya pendidikan Zoe dikembalikan seperti semula. Hubungi sekolah dan pastikan semuanya beres.”

"Baik, Tuan!"

“Dan dengar, Beno. Lain kali, jika bukan saya langsung yang memberi perintah, jangan ambil keputusan sepihak. Apalagi hanya berdasarkan pesan teks.”

Beno mengangguk cepat. “Maaf, Tuan. Saya akan lebih berhati-hati.”

Joe kemudian menatap Alicia. “Papa sayang kamu, Licia. Tapi jangan pernah lagi kamu mencatut nama Papa untuk keputusan yang kamu sendiri pun ragu.”

Alicia mengangguk pelan, suaranya nyaris tak terdengar. “Iya, Pa ... Maafkan aku ....”

Tina memeluk putrinya erat, sementara Varo dan yang lain hanya terdiam. Masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.

🍃🍃🍃

Lampu meja menyala redup, menerangi tumpukan kertas, pensil, laptop, dan beberapa peralatan desain perhiasan yang sederhana tapi rapi. Angin malam masuk dari jendela yang terbuka, membawa ketenangan tersendiri.

Zoe duduk bersila di lantai, laptop menyala di depannya. Di sampingnya, secangkir teh yang sudah dingin dan selembar sketsa cincin yang ia gambar dengan sangat detail.

Ia menatap desain itu dengan sorot tajam namun penuh keyakinan.

“Hmm ... kurangi satu detail di bagian sayapnya, terlalu padat. Simpel tapi elegan. Itu yang diminta,” gumamnya sambil menghapus sedikit bagian desain dengan pensil mekanik.

Ia lalu mengetik di laptop, membuka file email dan melampirkan desain tersebut ke dalam draft pesan.

“Untuk proyek eksklusif bulan ini ... semoga diterima.

Setelah memeriksa ulang, ia mengklik Kirim.

Seketika, Zoe menyandarkan punggungnya ke tembok, menatap langit-langit kontrakan kecil itu.

Hening.

Namun tak ada rasa sesal di wajahnya. Yang ada hanyalah keteguhan dan kelegaan.

“Aku bisa.” katanya pelan namun pasti. “Tanpa mereka. Tanpa keluarga yang hanya peduli nama dan darah.”

Di kehidupannya yang pertama, Zoe adalah gadis cantik yang memiliki banyak bakat baik bidang akademik maupun non-akademik. Makanya, Zoe sangat percaya diri untuk mendapatkan beasiswa serta meninggalkan keluarga Wiratmaja.

Meski kala itu, Zoe di bawah tekanan orang tuanya yang harus menjadi yang sempurna dan di atas segala-galanya.

1
she
kami juga berdebar² ini thoor🤭
SENJA
aku beneran lama2 aku ilfil sama anak ini 😪😤
SENJA
yok semangat semoga hasilnya baik yah! 👌🏻✊🏻
SENJA
oeee drama mulu hidupnya 🥱 ga capek yah? 😪
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒌𝒍 𝒁𝒐𝒆 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒏𝒕𝒆 𝑵𝒂𝒚𝒍𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒐𝒎 𝒁𝒆𝒓𝒐
Rifqi Maulana
Ceritamu seru banget, bikin aku makin semangat buat nulis juga!☺️ Aku lagi ngerjain 5 novel dengan tema yang beda-beda. Kalau kamu suka eksplor genre lain, coba intip karyaku juga ya. Siapa tahu cocok, dan aku senang banget kalau dikasih masukan🙌
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒌𝒓𝒏𝒈 𝑱𝒂𝒚𝒅𝒆𝒏 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒋𝒆𝒓𝒏𝒊𝒉 𝒏𝒊𝒉 𝒌𝒍 𝑨𝒍𝒊𝒄𝒊𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒚𝒈 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒓𝒂 😏😏
vj'z tri
gak pake lama ya Thor udah penasaran pakai bangetttt ini 🤭🤭🤣🤣
Rossy Annabelle
surprise 🥳🥳🥳🎉.....
Yusni
apa nereka tau zoe anak mereka..hadeww lanjot thor
Ty Kurniawan
musuh kali ini bukan kaleng"
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 sembah sujud kalian di tunggu oiiii gak pake lama
Tiara Bella
blm terungkap jg ini dalangnya....
iin marlina
musuh nya ga se sederhana itu
sudah bisa manipulasi
Pandagabut🐼
berasa nonton film Indosiar... uuuuuuu..... /Chuckle/
Pandagabut🐼
selalu diawali dengan kebohongan.... 😔😔
Chauli Maulidiah
ealaah.. Zoe, penderitaan mu kyk nya blm berakhir deh. msh ada org jahat yg gak mau km bahagia.
mama_im
cuma jayden yg agak pinter, yg laennya pada ngandelin emosi sama gengsi 😤😤
SENJA
laaah laki2 bukan?!? ohiya cuma sampah 🥱 kalao laki2 itu omongan janji 😂
SENJA
eeeh lo aja yg di keluarin dari sekolah! sampah dasar ! 🥱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!