"Ternyata, orang yang aku kira menyayangi ku, adalah orang yang mengharapkan kematian ku, " ujar jiwa Ciara lurus di atas salju yang dingin.
"Tuhan... jika aku di beri kesempatan untuk hidup kembali, aku mohon Tuhan, ijinkan aku untuk membalas semua rasa sakit ini.. " ujar Ciara kembali.
Cetasss..
Jleederrr..
jleedeerrr..
"Aku tau Tuhan, kau mendengar semua ucapan ku, ".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-13. Bermuka Tebal
"Aku ingin melihat sayang, bagaimana caramu bertahan di antara orang-orang yang tak berperasaan itu, " gumam lirih Pangeran Jordan.
"Apa Pangeran mengucapkan sesuatu?" Dru bertanya karna dia mendengar sang tuan menggumamkan ucapan yang tak jelas.
"Tidak, bukan apa-apa, sebaiknya kita kembali, karna masih banyak lagi hal yang harus aku lakukan, " ujar Pangeran Jordan tak mau berlama-lama disana, dia kesana pun hanya agar bertemu dengan pujaan hatinya.
Dru dengan sigap membantu sang tuan nya, sebelum beranjak Pangeran Jordan berpamitan terlebih dulu, baru lah setelah itu dia kembali ke istana nya.
……………………………
Ciara tampak begitu ceria, dia tetap memainkan peran nya sebagai gadis bodoh, Ciara tak ingin memperlihatkan perubahan yang mencolok, maka dari itu dia akan mempermainkan keluarga itu secara perlahan.
"Dia nampak bodoh seperti biasanya, tapi.. kenapa tadi penampilan nya begitu memukau? apa itu hanya kebetulan saja? tapi.. apa iyah ada kebetulan yang sangat luar biasa?" monolog Sania dalam hati, dia terus memandang Ciara, mencari sesuatu yang janggal dari Ciara, tapi setajam apapun Sania memandang Ciara, dia tetap tak menemukan ke anehan.
"Adik.. kenapa kau terus menatap ku? apa ada sesuatu di wajah ku?" tanya Ciara.
"Tidak ada apapun di wajah Kakak, aku hanya senang melihat wajah bahagia Kakak, " jawab Sania yang pasti nya itu adalah kebohongan.
"Ternyata itu yang membuat kalian bertahan, karna muka kalian begitu tebal, dan pintar memainkan peran sebagai orang baik, lihat saja.. aku ingin tau, sampai kapan ketebalan mu itu akan bertahan, " ujar Ciara dalam hati.
Kereta kuda itu terus melaju, sepanjang perjalanan Ciara tetap menunjukkan sikap konyol nya, dia tetap mempertahankan peran bodoh nya.
Sementara Sania, pikiran nya bergulat dalam beberapa pertanyaan, dan dia pun tetap memainkan peran nya dengan begitu rapih.
Harus Ciara akui, Sania itu ternyata masuk dalam jajaran wanita kuat, karna dia begitu hebat bertahan dalam kebohongan nya itu.
"Kakak hati-hati, jangan terburu-buru, nanti Kakak bisa jatuh, " Sania mengingatkan Ciara, karna Ciara bersikap seperti anak kecil, ceroboh dan gegabah.
"Tidak Adik, aku hanya tak sabar ingin bertemu dengan Bibi, Bibi pasti senang dengan semua hadiah ini, "Ciara tetap memainkan peran bodoh nya, karna tak mau Sania curiga.
"Wah.. putri-putri ku sudah pulang ternyata, " seru Mariana menyambut kedatangan mereka.
"Bibi, Bibi kemari lah.. lihatlah begitu banyak hadiah buat Bibi, " Ciara menarik kasar Mariana, seakan dia seperti orang bodoh yang tak sabaran, padahal Ciara melakukan nya memang secara sengaja.
"Aaaww, " rintih Mariana yang merasakan tarikan itu begitu kuat, " pelan-pelan sayang, semua hadiah nya tak akan hilang, " ujar Mariana berusaha melepaskan tarikan tangan Ciara.
"Ayo Bibi cepatlah Bibi pasti suka, " Ciara malah semakin menarik kasar tangan Mariana, dia juga berlari hingga menyebabkan Mariana seperti terseret.
"Dasar anak bodoh, lepaskan bodoh tangan ku sangat sakit, " gerutu Mariana yang hanya bisa marah dalam hati, di luar dia tampak seperti orang baik, yang dengan tulus menerima semua perlakuan Ciara.
Mariana memberikan kode pada Sania, karna dia benar-benar merasakan sakit di pergelangan tangan nya.
"Kakak berjalan perlahan saja, " ujar Sania berpura-pura perduli pada Ciara.
"Kejutan... " seru Ciara membuka tirai kereta kuda, Ciara melepaskan tangan Mariana dari cengkraman nya.
Mariana meringis karna Ciara melepaskan tangan nya dengan cara menepis dengan kuat, tapi dia tak bisa marah, karna menurut nya Ciara adalah orang bodoh yang tak punya aturan.
Setelah menetralkan raut di wajah nya, Mariana berusaha mengontrol amarah nya, dia tak ingin amarah nya meledak saat ini juga.
Mariana mengatur pernapasan dengan kemarahan, hingga beberapa detik dia tak menghiraukan sekitar, dia hanya fokus pada diri sendiri, dia tak ingin emosi nya tak bisa di kontrol.
"Bibi, Bibi, Bibi.... " teriak Ciara karna tak. mendapati jawaban dari Mariana, sedangkan dalam hatinya, Ciara bersorak gembira melihat raut wajah kesal yang ditunjukkan Mariana.
"Ehh ada apa sayang? kenapa berteriak, Bibi ada disini, " ujar Mariana menyembunyikan kemarahan nya, yang hampir mencapai ubun-ubun.
"Bibi lihatlah.. hadiah nya, " ujar Ciara tanpa merasa bersalah, dan tetap menunjukan wajah bodoh nya.
"Waw hadiah yang sangat bagus, dan juga banyak.. Bibi selalu yakin kalau Adik mu pasti selalu menang, " ujar Mariana bahagia melihat hadiah yang menumpuk di dalam kereta kuda.
Sementara Sania, kini wajah nya tampak masam, hadiah-hadiah itu bukan hadiah yang di hasilkan nya, melainkan hadiah yang di hasilkan Ciara.
"Kenapa kamu malah cemberut sayang, seharusnya kamu bahagia, Ibu bangga padamu karna kamu selalu membawa kemenangan, dan ini adalah hadiah terbanyak yang pernah kamu dapatkan, " ujar Mariana.
"Ibu.. itu.. itu.. hadiah, hadiah itu, itu bukan aku yang mendapatkan nya, "ujar Sania pelan menahan gejolak kemarahan dalam hatinya.
"Apa maksud mu sayang? kalau bukan kamu yang mendapatkan nya, lalu siapa?" tanya Mariana menatap penuh pertanyaan pada Sania.
"Bibi.. " Ciara memanggil Mariana.
"Iya sayang ada apa?" ujar Mariana.
"Bibi, hadiah ini adalah hadiah yang aku dapat kan, dan semua hadiah ini aku berikan untuk Bibi juga untuk Adik, " ujar Ciara riang.
Jlederrr.. Mariana merasakan darah nya membeku, badan nya kaku, dan bibir nya terasa kelu.
"A apa? ba bagaimana mungkin?" ujar terbata-bata Mariana tak percaya akan ucapan Ciara.
"Aku naik ke atas panggung Bibi.. dan orang-orang itu bertepuk tangan untuk ku, lalu mereka memberikan ini semua untuk ku, bagaimana Bibi? apakah Bibi suka semuanya?" ujar Ciara malah menjelaskan kejadian di pesta tadi, Ciara masih tetap menujukan kebodohan nya, Ciara sama sekali tak perduli dengan wajah syok Mariana.
"Bibi suka, Bibi suka, " ujar Mariana kembali berpura-pura baik.
"Sungguh Ibu dan anak yang sangat kompak, mereka sama-sama memerankan peran nya dengan begitu baik, dulu aku akan terbuai dengan semua kata manis dari mulut kalian, tapi sekarang tidak, dan aku akan mengikuti permainan kalian, aku akan menemani kalian bermain-main hingga kalian merasa kelelahan, " monolog Ciara dalam hati, Ciara menatap penuh kepuasan melihat raut wajah Mariana saat ini.
Mariana menatap Sania yang berwajah masam, kini di benak nya di penuhi dengan berbagai macam pertanyaan.
"Sania sayang, mana hadiah mu, " tanya Mariana yang malah menambah kemasaman di wajah Sania.
"Maafkan aku Ibu.. hari ini aku tak mendapatkan apa-apa, " jawab Sania mengepalkan tangan nya menahan emosi.
Lagi Mariana terkejut, setelah mendengar jawaban Sania.
"Apa maksud mu sayang?" tanya Mariana karna tak mengerti.
"Yang memenangkan permainan itu hanya Kakak Ibu, " meski tampak kesal Sania tetap menjelaskan pada ibunya.
"Bibi.. Adik.. semua hadiah ini untuk kalian, aku lelah Bibi jadi aku akan masuk terlebih dulu ke dalam, " Ciara meninggal kan mereka yang tampak marah, ibu dan anak itu hanya bisa saling melirik, bertanya satu sama lain melalui pandangan mata.
Yah.. Bersambung.
lanjut thorr
lanjut up lagi thor💪💪💪💪