Dermaga Jingga

...• Bab 17 •...

...»»——⍟——««...

..."Perhatian kecil, juga bentuk dari cinta"...

...｡･:*:･ﾟ★,｡･:*:･ﾟ☆...

Yumi menatap layar ponselnya lama. Apa Dermaga semarah itu? Dia tidak menghubungi sama sekali sejak panggilan mereka berakhir kemarin.

Yumi sendiri bingung harus bagaimana, haruskah ia mengiriminya pesan selamat ulangtahun saja? Tapi lebih enak jika diucapkan langsung kan?

Gadis itu melirik jam diponselnya, sudah pukul setengah tujuh malam. Gadis itu membenarkan hodie yang membungkus badanya. Menunggu Lidya datang menjemput gadis itu diteras rumah.

Tanganya menyangga dagu, ia masih menatap layar chat Whatsapp dengan ragu. Ada keinginan untuk mengirimi chat atau telpon pada lelaki itu tapi Yumi takut semakin membuatnya marah.

Apa acara mereka sudah mulai?

Semoga meski tanpa kehadirannya, Maga masih bisa menikmati dengan bahagia dihari kelahirannya ini.

Tingg~

Suara notifikasi pesan masuk. Yumi mendelik begitu melihat siapa nama pengirim pesan itu. Dengan ragu gadis itu membukanya, matanya bergetar saat membaca isi pesan tersebut.

...(Gue pengen lo dateng. Tanpa lo, gue gak bahagia. Gue mau lo, Yumi...Please come to me)...

"Yumi!!"

Yumi tersikap, ia mengalihkan pandangan dari ponselnya. Di depan pagar rumahnya sudah terparkir mobil yang didalamnya terdapat sosok Lidya yang meneriaki namanya.

Gadis itu dengan buru-buru mengunci pintu rumahnya dan berlari menuju mobil Lidya. Ia masuk dengan cepat kedalam mobil begitu selesai mengunci gerbang.

"Ngelamunin apa si lo? Gue teriakin sampe sakit tenggorokan gue gak noleh-noleh"

"Klakson dong, gua kan kadang suka budeg"

"Mana berani, nanti tentangga lo yang lansia kaget gimana"

Yumi terkekeh setuju, "Yaudah ayo berangkat"

"Btw, lu... cosplay jadi hamster kah? Lucu banget hodie lo"

Yumi terdiam, gadis itu menatap tubuhnya sendiri yang memakai hodie pink dengan tema hamster itu. Tanpa sadar ia pakai hodie yang diberikan Dermaga. Yumi baru menyadari itu.

"Ngelamunin lagi... lo kenapa sih?!"

"Hah..? engga kenapa-kenapa, udah yuk. Keburu macet"

Lidya menarik napas dalam, "Gue deg-degan parah nih, tremor gue nyetirnya. Takut banget tiba-tiba brakkk!!Ninuninuninu~"

"GUE CUMA NEMENIN LO BUAT NGEDATE YA, BUKAN KE ALAM BAKA!"

...*＊✿❀　❀✿＊*...

...*＊✿❀　❀✿＊*...

...*＊✿❀　❀✿＊*...

"Sumpah! gue gak bisa lupa banget sama kasus belimbing wuluh itu gara-gara lo. Gue capek ketawa liat video itu yang viral se-fakultas"

Yumi meringis lebar, ia tidak malu. Justru bangga, karena itu artinya dia terkenal kan. Bahkan sampai senior yang tak dikenalinya pun mengenalnya.

Kini mereka sudah tiba ditempat janjian, disebuah kafe kopi dengan aneka kookies dan kue kering sebagai menu utama mereka. Dihadapannya ada Celvin, laki-laki pujaan hati Lidya. Dan Mathias, teman dekat Celvin sekaligus orang yang baru saja tertawa keras dan memuji Yumi barusan.

Itu.. pujian kan?

"Gak ada kadaluarsa nya ya itu cerita" ujar Celvin yang juga ikut tertawa kecil.

"Gue bahkan sampe dijuluki dek wuluh sama senior-senior selama setahun" keluh Lidya mengingat kembali masa dirinya menjadi mahasiswa baru.

Celvin terkekeh, "Termasuk gue kan?"

"Lo paling sering sih"

Keduanya tertawa bebarengan.

"Bahkan gara-gara lu, anak maba angkatan dibawah kalian. Jadi diminta bawa lalapan belimbing wuluh kan. Demi mengenang moment absurd itu! Hahaha"

"Yah, gimana lagi.. mata gue mah udahlah mines! silinder lagi Jadi suka kabur liat apa-apa"

"Gak apa sih, lucu loh itu. Andai gue liat kejadian nya langsung, gue pasti ketawa sampe guling-guling"

"Fans gue ya lo kak jangan-jangan?"

Mathias menepuk meja pelan, "Asli Mi, nih gue masih nyimpen video lo yang jejeritan itu" ujarnya sembari merogoh ponsel dan menunjukan video memalukan dirinya.

Yumi tertawa canggung melihat keseriusan ucapan lelaki ini. Haruskan ia senang karena ada penggemar?

"Ngomong-ngomong, selera lo juga emang unik gitu ya soal fashion? Beberapa waktu lalu lo sempet heboh juga diangkatan kita gara-gara ngampus pake kebaya. Sekarang lu ala hewan gitu"

"Itu mah gara-gara cow-----"

Yumi membungkam mulut Lidya yang mau menjelaskan semuanya. Matanya memicing untuk memberi tanda jangan mengatakan apapun.

"Gue emang suka yang agak nyentrik gitu" ujar Yumi diakhiri cengiran. Tanganya sudah terlepas dari mulut Lidya.

Mathias memajukan tubuhnya, kedua tangan menumpuk di meja, menatap gadis mungil dihadapan nya ini dengan senyum kecil, "Bagus kok yang ini, keliatan makin lucu gitu lo nya"

Celvin menyenggol bahu Mathias dengan sikutnya, "Hei~~gue disini yang mau ngedate ya! Kok jadi lo yang pdkt"

"Apasih, lo takut kalah romantis ya?"

"Gak lah! Gue mah soal romantis jago nya, ya gak Lidya?"

Lidya tersenyum malu-malu, ia menyisipkan rambutnya kebelakang, "Jago banget, tiap hari mabok gombalan gue"

Yumi agak bergidik ngeri dengan ekspresi kecintaan temannya itu. Benar-benar seperti seseorang sedang dimabuk cinta.

"Lo udah punya pacar, Mi?"

"What the.... to the point amat lu, Mat! Slow kenapa!"

Yumi berkedip beberapa kali, ia menatap satu-satu orang yang satu meja denganya. Padahal ini harusnya jadi tongkrongan biasa karena dirinya sendiri disini cuma sebagai penengah suasana biar tidak canggung kan?

Kenapa sekarang rasanya jadi agak berbeda?

"Punya.. " jawab Yumi dengan senyuman kecil.

"Ohh.. udah punya, Mat. Lo kalah gercep!"

Mathias tertawa kering, ia memundurkan badanya ke kursi, "Wah siapa tuh? Sejurusan juga? Baik gak tuh? Kalo engga gue bisa nikung hahahaha"

"Bercanda, Mi..." lanjut Mathias.

Yumi terkekeh kecil, tapi ia membuka suaranya dengan ringan, "Baik kok. Dia perhatian walau suka ngeselin karena suka maksa. Lembut juga walau tetep suka maksa. Suka kasih hadiah juga walau tetep, masih pake maksa. Dia..... "

Gadis itu tertegun, lidahnya tiba-tiba kelu. Bayangan Maga memenuhi otaknya. Perhatikan kecil seperti membantunya menaiki motor, memakaian helm, membelikan sandal, hodie, menggegam tangan nya, dorongan lembut didahinya, senyuman kecilnya, semua....

Terasa nyata. Dia miliknya. Kekasihnya.

Yumi merasakan debaran yang seketika membuncah, darahnya berdesir hebat memacu semangat panas dalam tubuh nya. Ia melihat jam diponselnya, jam 9.30 tepat.

Gadis itu menoleh pada Lidya, dengan hati-hati dia membuka suara tentang keinginan nya yang coba ia tutupi sejak tadi

"Lid, boleh gue tinggal sekarang? Gue kayanya....harus dateng temuin dia"

...• TBC •...

...｡･:*:･ﾟ★,｡･:*:･ﾟ☆...