NovelToon NovelToon
Gara-gara Buket Bunga

Gara-gara Buket Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Disarankan membaca Harumi dan After office terlebih dahulu, agar paham alur dan tokoh cerita.


Buket bunga yang tak sengaja Ari tangkap di pernikahan Mia, dia berikan begitu saja pada perempuan ber-dress batik tak jauh darinya. Hal kecil itu tak menyangka akan berpengaruh pada hidupnya tiga tahun kemudian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penguat

Sandi melambaikan tangan sambil tersenyum kearah lelaki yang kini menjadi pacarnya. Dia berjalan bersisian bersama seniornya.

Ari melambaikan tangan balik, ada rasa lega di hatinya. Meski beberapa menit yang lalu sempat merasakan sesak.

"Mas, kenalin ini Mbak Indah." Sandi beberapa kali menceritakan tentang seniornya.

Keduanya hanya saling melempar senyum dan menganggukkan kepala. "Oh ya, Ini kue-nya." Ari menyodorkan kotak ke arah pacarnya.

"Yang cokelat buat Irene sama Nino, mbak!" tadi Sandi sengaja meminta Ari membelikan kue untuk seniornya.

Hendak mengucapkan terima kasih, tapi ada yang memanggil Indah. Terlihat anak perempuan cantik digandeng oleh seorang lelaki dewasa yang sedang menggendong balita laki-laki. Itu suami dan dua anak Indah.

Ari berkenalan dengan mereka dan memberikan tambahan kue untuk keluarga kecil itu.

Karena harus mengejar kereta menuju bandara, Ari dan Sandi beranjak terlebih dahulu dengan menumpang ojek masing-masing. Jalanan cukup macet sore itu, dan mungkin tak akan keburu jika mengunakan taksi.

"Tadi saat aku nunggu kamu, aku nggak sengaja ketemu mantan." Cetus Ari tiba-tiba, begitu mereka duduk di kursi kereta bandara. Meski masih terengah-engah karena harus berlarian mengejar kereta yang akan segera berangkat. Ari sudah tak sabar menceritakan kejadian tadi, dia ingin segera melihat reaksi dari pacarnya. Walau ada rasa takut dalam dirinya. Ari takut Sandi merajuk dan kembali mendiamkannya. Entah mengapa, dia paling tidak tahan didiamkan oleh gadis ini.

"Udah aku duga, sih! Karena aku masih jadi pekerja di sana. Kemungkinan kamu pasti bertemu dengan beliau." Sandi menyahut, dia bersikap santai seolah sudah menyiapkan diri untuk hal terburuk.

Dari balik kaca jendela kereta, terlihat pemandangan langit sore itu. Tak ada rona oranye di atas sana. Hanya ada awan mendung.

"Sepanjang aku ngobrol sama dia, aku lihatin foto kamu." Itulah alasannya meminta gadisnya mengirimkan foto selfie. "Yang ada di pikiran aku adalah rasa waktu pertama kali aku cium kamu." Lidahnya Ari gunakan untuk membasahi bibirnya sendiri.

Mendengarnya, mata Sandi mendelik. "Mesum ..." Dengusnya kesal. "Bisa-bisanya isi pikiran kamu kearah sana." Dia tak habis pikir.

"Tapi itu cukup efektif, aku sama sekali tidak merasa berdebar lagi ketika bertemu dia. Itu artinya aku udah move on, dong! Dan semuanya karena kamu, jadi terima kasih ya!!" Ari meraih tangan gadisnya dan mengecup telapak tangan itu lembut, serta menaruhnya di pipi. Dia memberikan tatapan mendalam, seolah menggambarkan betapa dirinya mencintai sosok perempuan yang kini bersamanya. "Apapun yang terjadi nanti, tolong jangan tinggalkan aku dan mengkhianati aku." Pintanya. "Aku mohon." Ari tidak bisa membayangkan jika dirinya kembali ditinggalkan.

Sandi menatap balik, dan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Aku boleh cium, nggak? Dikit aja ..." Pinta Ari. "Kecup dikit juga nggak apa-apa."

Sandi mengedarkan tatapannya ke seluruh gerbong yang ditempatinya. Tidak penuh tapi cukup banyak penumpang, "malu mas!" dia berbisik.

"Dikit doang ayang, kan cuma kecup." Ari memohon layaknya anak kecil yang sedang meminta dibelikan permen. "Atau kamu cium pipi aku aja."

Astaga, lelaki dewasa yang satu ini tak ingin menyerah begitu saja. "Boleh, tapi dikit aja ya! Aku malu kalau pas ada yang lihat." Ujar Sandi.

"Ya udah, nih ..." Ari menyodorkan pipinya mendekat ke arah gadisnya.

Sandi mulai mendekat, namun belum sampai menempel di pipi. Ari menoleh dengan cepat dan meraih tengkuk kekasihnya. Lalu menempelkan bibir keduanya, Ari langsung menyesap dalam hanya hitungan detik. Kemudian melepasnya.

Sandi hanya bisa terdiam dengan kejadian cepat itu, namun begitu tersadar dia mencubit pinggang pacarnya. "Dasar nakal."

"auw ... Ayang ... Sakit ..." Bukan sakit sebenarnya, tapi geli. Ari hanya ingin mendramatisir saja.

"Sukurin!! Abis kamu nakal banget, bilang mau kecup di pipi tapi kamu malah cium aku." Sandi memanyunkan bibirnya.

"Aku udah minta baik-baik, kamunya aja repot. Lagian gara-gara lihatin bibir kamu, aku sama sekali tidak goyah dengan mantan. Terima kasih ayang-nya Ari." Dia mengecup pipi gadisnya.

"Mas ..." Sandi memegangi pipinya.

"Salah sendiri kamu gemesin, aku bawaannya pengen cium kamu terus." Ari terkekeh.

Jangan tanyakan bagaimana kondisi jantung Sandi, kini dia merasakan debaran luar biasa. Dan mungkin jika terus dibiarkan, bisa-bisa jantungnya meledak.

Tapi soal perasaannya yang ini, Sandi tak akan mengakuinya untuk sekarang. Kata Indah, dia harus tarik ulur, agar tak bosan.

Ini perjalanan pertama mereka sejak ada kesepakatan untuk memulai jalinan asmara. Semoga saja Sandi bisa menjaga diri.

***

Pesawat tidak turun di kota kelahiran Sandi, melainkan kota di mana pabrik tempatnya berada. Ari mengaku akan bertemu mantan rekan kerjanya.

Rencananya, mereka akan berangkat pagi-pagi sekali untuk menghadiri acara resepsi adik kandung Sandi. Jadi untuk malam ini, Ari menyewa sebuah kamar hotel.

Usai memastikan kekasihnya beristirahat dengan nyaman, Ari keluar dari kamar. Tidak lama hanya sekitar satu jam Ari berada di lobi hotel untuk menemui dan berbincang dengan temannya.

Ari hanya menyewa satu kamar, namun berisi dua ranjang bersebelahan. Awalnya Sandi sempat protes, tapi mau bagaimana lagi. Hal ini lebih hemat dari pada bayar dua kali.

"Kamu kenapa belum tidur?" Tanya Ari, dia baru selesai membersihkan diri. Begitu selesa menemui temannya.

"Nggak bisa tidur," Sandi tengah memainkan game pada ponsel.

"Emang kamu nggak capek?" Ari duduk di sisi ranjang tempat pacarnya berbaring.

"Nggak terlalu capek, tapi mungkin karena tadi di pesawat tidur. Aku jadi Segeran." Sahut Sandi. "Tolong charge hape aku." Dia memberikan ponselnya.

Ari mula mengisi daya ponsel kekasihnya. "Aku matikan lampu utama, ya?" Sandi berdehem. Ari bangkit dari duduknya dan melangkah menuju saklar lampu.

Kini keduanya berbaring di ranjang masing-masing dan saling menatap. "Kalau tahun depan aku ajak kamu nikah, mau nggak?" Tanya Ari.

"Tahun depan?" Tanya balik Sandi. "Apa nggak kecepatan buat kita?" Dia merasa keberatan.

"Ya nggak lah," Ari bangkit dari berbaringnya. Dia duduk di sisi ranjang yang tempati kekasihnya. Dia mengelus rambut panjang gadisnya. "Aku nggak mau lama-lama pacaran, kalau ujung-ujungnya aku disuruh lagi jagain jodoh orang."

"Ya nggak gitu juga, aku ini tipe cewek setia." Sandi menimpali.

"Bukan itu saja sebenarnya,"

"Apalagi?"

"Aku nggak yakin bisa jagain kamu soal 'bobo bareng'. Sekarang aja, aku udah pengen banget cium kamu." Ari mengakui.

"Ya tahan lah, selama ini aja bisa tahan. Masa sebentar doang nggak bisa."

"Karena kemarin-kemarin nggak ada kamu, makanya aku bisa tahan. Tapi sekarang?"

Ari mengurung gadisnya dan menundukkan kepala agar mendekat ke arah telinga. "Lihat kamu begini aja, aku udah tegang."

Seketika Sandi yang tengah berbaring, merasakan rasa geli akibat embusan pada telinganya.

"Karena kamu nggak capek, kita gunakan untuk ..."

1
bunny kookie
top deh pokoknya 👍🏻💜💜
nabila anjani
Kak up lagi dong
Mareeta: udah aku up lagi ya
total 1 replies
bunny kookie
up lagi gak kak 😂
Mareeta: aku usahakan pagi ya kak
total 1 replies
bunny kookie
lanjut kak ☺
bunny kookie
nyampek sini aku kak thor ☺
Mareeta: terima kasih 😍 aku ingat dirimu pembaca setia karyaku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!