Tujuh dunia kuno berdiri di atas fondasi Dao, dipenuhi para kultivator, dewa, iblis, dan hewan spiritual yang saling berebut supremasi. Di puncak kekacauan itu, sebuah takdir lahir—pewaris Dao Es Surgawi yang diyakini mampu menaklukkan malapetaka dan bahkan membekukan surga.
Xuanyan, pemuda yang tampak tenang, menyimpan garis darah misterius yang membuat seluruh klan agung dan sekte tertua menaruh mata padanya. Ia adalah pewaris sejati Dao Es Surgawi—sebuah kekuatan yang tidak hanya membekukan segala sesuatu, tetapi juga mampu menundukkan malapetaka surgawi yang bahkan ditakuti para dewa.
Namun, jalan menuju puncak bukan sekadar kekuatan. Tujuh dunia menyimpan rahasia, persekongkolan, dan perang tak berkesudahan. Untuk menjadi Penguasa 7 Dunia, Xuanyan harus menguasai Dao-nya, menantang para penguasa lama, dan menghadapi malapetaka yang bisa menghancurkan keberadaan seluruh dunia.
Apakah Dao Es Surgawi benar-benar anugerah… atau justru kutukan yang menuntunnya pada kehancuran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Salju yang berputar di langit seakan berhenti bernafas. Xuanyan berdiri tegak, jubahnya bergetar diterpa badai qi yang ia lepaskan. Aura es surgawi menjalar ke setiap sudut hutan, mengubah tanah retak menjadi lapisan beku yang bersinar kebiruan. Di hadapannya, Yan Mo menyeringai bengis, tubuhnya dikelilingi kabut hitam pekat yang berdenyut bagaikan kehidupan tersendiri.
“Xuanyan…” suara Yan Mo dalam, bergema seakan keluar dari dasar neraka, “Kau benar-benar berani mengangkat pedangmu padaku? Kau pikir Dao Es mu bisa menahan kehendak kegelapan yang membentukku?”
Xuanyan tidak menjawab. Mata birunya menyala, dingin dan penuh tekad. Ia mengangkat tangannya perlahan, jemarinya merajut segel, dan seketika dunia bergetar.
“Gerakan Pertama Dao Es Surgawi—Beku Langit!”
Langit seakan runtuh. Dari udara yang beku, kristal-kristal es raksasa jatuh bak meteorit, menghantam ke arah Yan Mo. Tiap kristal mengandung kehendak surgawi, kekuatan murni dari Dao yang hanya dimiliki pewaris sejati es surgawi. Saat satu kristal menghantam tanah, seluruh arena berguncang, membentuk retakan bercahaya biru yang menjalar cepat.
Yan Mo tertawa dingin, namun wajahnya sedikit menegang. Ia mengangkat tangannya, qi kegelapan memadat membentuk perisai darah berlapis, namun begitu kristal es pertama menghantamnya—CRAASH!—perisai itu hancur berkeping-keping. Tubuh Yan Mo terdorong mundur, langkah-langkahnya meninggalkan jejak retakan di tanah.
Meiyun, yang berdiri tidak jauh dari Xuanyan, ikut memperkuat serangan. Tubuhnya melayang ringan, sepuluh pedang spiritual di punggungnya bergetar, lalu mengambang mengitari tubuhnya membentuk formasi raksasa. Wajahnya pucat, namun matanya bersinar dengan tekad yang membakar.
“Xuanyan, aku akan membantumu… meski harus mempertaruhkan hidupku!”
Suara hatinya bergema, dan seketika sepuluh pedang itu berkilau dengan cahaya keemasan.
“Formasi Pedang Sepuluh Surga—Kunci Jiwa!”
Langit bergetar. Sepuluh pedang melesat seperti bintang jatuh, menyusun garis-garis cahaya yang membentuk segel raksasa di udara. Cahaya itu turun, menekan Yan Mo, mengunci tubuh dan jiwanya sekaligus.
Yan Mo meraung marah, qi iblis memancar liar. “Gadis bodoh! Kau berani menentangku?!”
Dia menghantam udara, kabut hitam meledak, berusaha merobek formasi itu. Namun setiap kali ia melawan, segel pedang semakin menyempit, seperti belenggu surgawi yang menolak dilepaskan.
Xuanyan melangkah maju. Aura Dao Es Surgawi menyatu dengan cahaya pedang Meiyun, dan dunia seakan berhenti berputar.
Dengan satu gerakan tangan, Xuanyan merajut segel lain. Suaranya menggema, menggetarkan langit.
“Gerakan Kedua Dao Es Surgawi—Penjara Salju Abadi!”
Tanah di bawah kaki Yan Mo terbelah, dari retakan itu muncul tiang-tiang es berkilau, menjulang tinggi dan berputar mengurungnya. Tiap tiang memancarkan cahaya biru pucat, mengikat gerakan Yan Mo seakan dunia sendiri menolaknya.
Kabut hitam Yan Mo mulai mengeras, membentuk ratusan duri tajam yang berusaha menghancurkan kurungan itu, namun setiap kali menyentuh dinding es, duri itu membeku, patah, dan hancur jadi serpihan debu.
“Tidak mungkin…” Yan Mo mendesis, darah hitam menetes dari bibirnya. “Dao es… benar-benar menjengkelkan!”
Meiyun menggertakkan gigi. Keringat dingin membasahi wajahnya, tubuhnya gemetar karena formasi pedang itu menguras qi-nya secara brutal. Namun dia tetap memaksa. “Xuanyan… sekarang! Hanya ini satu-satunya kesempatan!”
Xuanyan menatapnya sekilas. Ada kilatan rasa hormat di matanya—ia tahu Meiyun sedang mempertaruhkan hidupnya.
Dengan gerakan cepat, Xuanyan melangkah di udara, aura Dao Surgawi meledak dari tubuhnya. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi, lalu menurunkannya dengan keras.
Es meledak dari setiap arah, badai putih menyapu seluruh arena. Ribuan tombak es terbentuk dari udara, melesat menghujani Yan Mo. Suara benturan, letupan qi, dan teriakan menggetarkan bumi.
Yan Mo berusaha melawan, mengeluarkan teriakan panjang. “Qi kegelapan, bangkitlah! Hancurkan segel ini!!!”
Kabut hitamnya memekat, berubah menjadi ular darah raksasa yang meraung keras, berusaha memecah penjara salju abadi. Namun pedang Meiyun turun bersama cahaya formasi, menembus ular itu dan menghancurkannya berkeping-keping.
TTAARR! Suara keras mengguncang, tubuh Yan Mo terdorong ke belakang, menghantam dinding es. Darah hitam memuncrat dari mulutnya, membasahi tanah beku.
Meiyun terengah-engah, wajahnya seputih salju. Qi-nya hampir habis, namun matanya tetap bersinar dengan tekad membara. “Xuanyan… jangan biarkan dia lolos!”
Xuanyan tak menjawab. Matanya tajam, dingin seperti es surgawi itu sendiri. Dengan satu langkah, ia sudah ada di hadapan Yan Mo, telapak tangannya mengalirkan kekuatan Dao.
Tapi tiba-tiba… sebuah tekanan mengerikan muncul dari tubuh Yan Mo.
Aura itu begitu pekat hingga udara di sekitarnya bergetar, tanah berderak, dan penjara es mulai retak.
Xuanyan segera melompat mundur, wajahnya menegang. “Teknik pamungkas iblis…” gumamnya pelan.
Yan Mo tertawa meski darah terus mengalir dari bibirnya. “Kalian berhasil memojokkan aku… Hebat. Tapi sayang, kalian juga memaksa aku untuk… menggunakan kekuatan sejati.”
Cahaya hitam pekat membungkus tubuhnya, menelan setiap cahaya es di sekitar. Di belakangnya, bayangan raksasa muncul—sebuah entitas menyerupai iblis kuno, bertanduk, bermata merah, dan membawa tombak dari kegelapan murni.
Meiyun tersentak, wajahnya penuh ketakutan. “Itu… roh iblis leluhur?! Tidak mungkin dia bisa memanggil itu di tingkat ini!”
Xuanyan menggertakkan gigi, qi surgawinya bergetar hebat. Hatinya dingin, namun tatapannya menyala dengan api tekad. “Kalau begitu… aku akan menghancurkannya bersamamu.”
Roh iblis leluhur itu menjerit ganas, tubuh bayangannya memadat hingga setengah nyata. Tanduk hitam melengkung, matanya merah darah, tombak kegelapan yang ia genggam berdenyut dengan simbol-simbol kutukan purba. Setiap helaan napasnya membuat tanah retak, udara berbau besi dan belerang.
Yan Mo tertawa gila. Tubuhnya sendiri berubah, kulitnya menghitam dengan urat-urat merah menyala, giginya memanjang bagai taring serigala, dan dari punggungnya menjulur bayangan sayap compang-camping. “Hahahaha! Xuanyan! Lihatlah! Inilah kekuatan sejati yang kalian sebut terlarang! Hari ini, Kota Linhai akan hancur bersama tubuhmu!”
Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Bayangan iblis di belakangnya bergerak serempak, mengacungkan tombak kegelapan ke langit, lalu menundukkannya, siap melemparkan serangan yang sanggup meremukkan dunia.
Xuanyan mengepalkan tinjunya, jantungnya berdetak keras. Ia tahu—dirinya yang sekarang, dengan Dao Es Surgawi yang belum mencapai puncak, tidak mungkin menahan serangan itu secara frontal.
Di sisi lain, Meiyun merangkak bangkit. Tubuhnya gemetar, wajahnya pucat pasi, qi-nya terkuras habis. Namun matanya masih menyala, penuh tekad. “Xuanyan… kita tidak bisa menang… dia sudah melampaui… bahkan Kultivator Nascent Soul biasa tak akan sanggup! Maaf… aku telah menyeretmu ke sini.”
Xuanyan menoleh, lalu tersenyum tipis. Senyum yang dingin, tapi juga hangat dalam waktu yang sama. “Kenapa sekarang malah kau yang meminta maaf, senior?”
Meiyun tertegun. Hatinya bergetar melihat ketenangan pria itu, seakan badai di hadapan mereka hanyalah angin lalu.
Xuanyan melanjutkan, suaranya tenang, namun penuh keyakinan. “Tenang saja… rencananya berjalan lancar.”
“Lancar?” Meiyun membelalak, suaranya parau. “Bagaimana kau bisa menyebut ini lancar?! Kita sudah di ambang kematian!”
Namun sebelum Meiyun bisa melanjutkan, Xuanyan merajut segel dengan cepat. Dari tangannya, cahaya biru pucat melesat, membentuk sebuah kubah es yang langsung menelan tubuh Meiyun, melindunginya sepenuhnya.
Meiyun tersentak. Ia memukul-mukul dinding es, qi-nya mencoba merembes keluar, namun sia-sia. Xuanyan telah memblokir aliran qi dalam kubah itu, mengekangnya agar tidak membahayakan diri lebih jauh.
“Xuanyan! Apa yang kau lakukan?! Jangan bertindak bodoh! Lepaskan aku!” teriak Meiyun, air matanya jatuh tanpa sadar.
Xuanyan berdiri membelakanginya, suara tenangnya mengalun. “Tidak perlu khawatir. Serahkan sisanya padaku.”
Meiyun menggertakkan giginya, hatinya bergejolak antara marah dan takut. “Bodoh… kalau kau mati… siapa yang akan….” Suaranya terhenti oleh rasa sesak di dadanya.
Di sisi lain, Yan Mo mengangkat tangannya, tawa liarnya menggema. “Percuma! Kau melindungi wanita itu? Hah! Tempurung kura-kura mu tidak akan menahan Tombak Kutukan Darah ini!”
Tombak kegelapan bergetar, simbol kutukan memancar, lalu dengan kecepatan yang menembus batas, tombak itu dilemparkan.
Udara pecah, dunia bergetar.
Meiyun menjerit histeris. “Xuanyan!”
Namun Xuanyan hanya berdiri tegak. Separuh wajahnya perlahan ditutupi kristal es, pupilnya menyala biru keperakan. Detik berikutnya—
BOOOOM!
Tombak menghantam tubuh Xuanyan, ledakan besar mengguncang arena, menyapu tanah, pohon, dan udara di sekitarnya. Kubah es tempat Meiyun berada retak hebat, hampir pecah karena gelombang kejutnya.
Asap hitam dan es bercampur, menelan segalanya.
Meiyun menjerit, tangannya berdarah memukul dinding es. “Xuanyan! Jangan mati! Xuanyan!”
Yan Mo tertawa keras, suaranya bergema penuh kepuasan. “Hahahaha! Itulah akhirmu, kultivator pemula yang sok suci! Kini yang tersisa hanyalah ketakutan dan abu!”
Namun…
Suara dingin menusuk udara, menggetarkan hati setiap yang mendengarnya.
“Apa yang kau tertawakan? Tidak ada yang membuat lelucon di sini.”
Asap berangsur hilang.
Dan di tengah kepulan asap itu, Xuanyan berdiri tegak. Tubuhnya penuh retakan es, namun matanya dingin, tak bergeming.
Di tangannya—terlihat Tombak Kutukan Darah itu… beku, sepenuhnya terperangkap dalam kristal es, berhenti hanya sejengkal dari jantungnya.
Yan Mo terdiam. Mulutnya terbuka, namun tak ada suara yang keluar.
Meiyun pun membeku, air matanya berhenti jatuh. Hatinya bergetar hebat, seakan menyaksikan keajaiban hidup.
Xuanyan menatap tombak di tangannya, lalu dengan tenang memainkannya sebentar, memutar-mutar seolah itu hanyalah senjata biasa. “Tombak yang bagus… Akan lebih bagus… jika dingin, bukan?”
Seketika, qi surgawi meledak dari tubuhnya.
Di belakang Xuanyan, terbentuk malapetaka badai es—angin putih berputar ganas, petir biru menyambar-nyambar di dalamnya. Tangannya, kini sepenuhnya dilapisi kristal es surgawi, memancarkan cahaya dingin yang menusuk tulang.
Tekanan itu… begitu besar hingga tanah bergetar, udara membeku, bahkan roh iblis leluhur di belakang Yan Mo menjerit ketakutan.
Yan Mo berkeringat dingin. Ia melangkah mundur, tubuhnya gemetar. “Tekanan apa ini…? Bahkan Nine Pillars tidak semengerikan ini!”
Xuanyan menatapnya tajam, lalu melemparkan tombak itu ke arah Yan Mo.
Tombak melesat bagaikan kilat, dan sepanjang jalurnya, dunia membeku. Pohon, tanah, udara, bahkan cahaya pun terasa terhenti, semuanya berubah jadi patung es kristal yang rapuh.
Yan Mo panik. “Roh iblis leluhur! Lindungi aku!!”
Bayangan iblis kuno meraung, tangannya membentuk perisai raksasa dari kegelapan pekat. Perisai itu berdiri kokoh, simbol kutukan berputar di permukaannya.
Namun—
TTRRAAAK!
Perisai itu retak.
TTRAAAANG!
Perisai itu pecah.
Dan tombak es surgawi menghantam dada roh iblis kuno itu.
RRAAAAARRRGH!!!
Jeritan mengerikan terdengar saat tubuh raksasa iblis itu membeku dari kepala hingga kaki, lalu dalam hitungan detik berubah jadi patung es, retak, dan pecah berkeping-keping menjadi debu putih yang berterbangan.
Yan Mo memegangi dadanya, darah hitam menyembur deras dari mulutnya. Wajahnya pucat pasi, matanya penuh ketakutan. Jiwa dan kultivasinya langsung terguncang parah karena ikatan roh leluhurnya hancur.
“Kau… kau… Ini… bukan Dao es biasa….” Yan Mo terengah, tubuhnya gemetar hebat.
Xuanyan menatap dingin, suaranya menusuk hati, dingin seperti kematian itu sendiri.
“Dao Es Surgawi.”
Udara hening.
Meiyun menutup mulutnya, air matanya mengalir deras. Antara kagum, takut, dan lega bercampur jadi satu.
Yan Mo terhuyung, wajahnya pucat, hatinya ketakutan. Untuk pertama kalinya—bukan ia yang memojokkan, melainkan dirinya yang dipaksa ke tepi jurang.