Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Kevin sedang memasak makanan instan yang ada di dapur Ruby. Gadis itu tidak pernah menyetok makanan sehat, hanya ada susu, sereal, telur, mie, keju, pasta lengkap dengan saus instan nya, beserta saus cabe, dan tomat. Namun, ketika tangan Kevin menyentuh bahan-bahan sederhana itu, membuat aroma lezat menguar ke seluruh ruangan.
Grep....
Sepasang tangan lembut melingkar di pinggang Kevin. Membuat bagian depan bathrobe putih itu tersingkap.
"Apa yang kamu masak? Aromanya sangat lezat." kata Ruby manja. Ya, setelah percintaan kedua mereka, Ruby berubah menjadi sangat manja pada Kevin.
Kevin tersenyum, dan mengusap-usap tangan mulus kekasihnya. "Apa lagi? Kamu hanya punya makanan instan, aku memasak mie." Kevin mematikan kompor dan membalikkan tubuhnya.
Pria itu membelai rambut basah Ruby dan menaruhnya di belakang telinga. "Jangan terlalu sering makan makanan instan, itu tidak sehat." namun Ruby malah memanyunkan bibirnya. Membuat Kevin gemas ingin memakannya kembali.
"Aku tidak pandai memasak, untuk apa aku menyetok makanan segar." sahut Ruby. Kevin terkekeh, lalu mengecup kening Ruby.
"Ayo kita makan, aku tahu kamu sangat lapar." kata Kevin. "Ambilkan mangkok nya," pinta Kevin, Ruby menurut dan mengambil dua buah mangkok.
Ruby terus mengamati pergerakan tangan Kevin yang yang terlihat lihai di dapur. Sepertinya, pria itu memang benar-benar bisa memasak, tidak seperti dirinya.
"Apa yang kamu lihat? Ayo makan." Kevin menarik tangan Ruby dan mereka duduk di meja makan. Ruby mulai memasukkan mie instan buatan Kevin dalam mulutnya.
"Ini bukan seperti mie instan yang biasa aku buat." kata Ruby. Mie buatan Kevin terasa sangat enak, dan rasanya lebih kompleks. Tidak seperti yang biasa ia masak.
Kevin tersenyum mendengarnya. "Aku hanya menambahkan beberapa bahan, agar rasa mie ini lebih enak." jelas Kevin sambil terus melahap mie yang ada di mangkok.
Melakukan kegiatan panas di pagi hari, membuatnya menjadi sangat lapar, bayangkan berapa kalori yang sudah Kevin keluarkan untuk mengejar puncak kenikmatan pagi ini.
Pria itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, pikiran kotor terus memenuhi otaknya. "Apa makanan yang kamu berikan padaku, juga kamu yang memasak?" pertanyaan Ruby membuat berhenti mengunyah.
"Tentu saja, apa kamu pikir aku beli?" tanya Kevin tidak percaya, terlebih lagi Ruby mengangguk.
"Rasanya begitu enak, siapa yang percaya jika kamu bisa memasak seenak itu?" kata Ruby tanpa rasa bersalah. "Aku sempat ingin bertanya, di restoran mana kamu belinya. Karena aku merasa cocok dengan makanan yang kamu berikan." sambung Ruby membuat seulas senyum terbit di bibir Kevin.
"Benarkah?" Ruby hanya mengangguk dan fokus menikmati masakan Kevin.
Kevin merasa jika rencananya membuat Ruby jatuh cinta dari perut turun ke hati, telah berhasil. Kevin semakin percaya diri, jika lambat lain dirinya bisa memenangkan hati Ruby, membuat wanita itu menerima hubungan terikat dan diketahui banyak orang. Bukan sebuah hubungan rahasia.
...
Kevin berjalan menuju kelas dengan senyum cerah, membuat beberapa mahasiswi terpesona, sama seperti saat SMA dulu. Parahnya lagi, beberapa mahasiswi kating juga secara terang-terangan mengagumi Kevin.
"Gila! Pesona lo gak ada lunturnya, malah makin menjadi." Gio tiba-tiba berada disamping Kevin.
Kevin hanya tersenyum menanggapinya. "Dimana Dino?" mata Kevin celingukan mencari Dino.
"Dino di bengkel. Kelasnya siang," sahut Gio. Kevin manggut-manggut, Dino memang berbeda jurusan dengan Kevin dan Gio yang mengambil prodi manajemen.
Sedangkan Dino mengambil prodi teknik mesin. Lalu Steve, pria itu memilih prodi ilmu komunikasi, cita-citanya adalah menjadi presenter olah raga. Ya, dunia Steve memang hanya penuh dengan berbagai latihan tentang kebugaran tubuh.
Begitu sampai kelas, Kevin memilih tempat duduk paling ujung, melewati bangku kekasihnya yang sudah duduk manis dalam kelas. Tidak ada yang berubah saat mereka diluar apartemen, keduanya bersikap seolah tidak kenal, terkadang Kevin sangat gemas melihat sikap acuh tak acuh Ruby. Sangat berbeda jika keduanya berada dalam apartemen, Ruby bersikap sangat manis dan manja seperti anak kucing.
"Awas saja nanti malam." gumam Kevin, namun masih terdengar Gio yang selalu mengekorinya.
"Nanti malam kenapa?" tanya Gio, Kevin terkejut. Pria itu tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya.
"Nanti malam? Emm ... Balapan, ya nanti malam gue mau balapan." kata Kevin asal,
"Woahhh, yang bener? Seru tuh, udah lama lo gak ikut main. Anak-anak pasti demen banget liat aksi lo nanti malam." Gio yang antusias, langsung mengabari Dino dan Steve, jika nanti malam Kevin akan kembali balapan.
Gio memperlihatkan ponselnya pada Kevin. "Lo liatkan, mereka senang banget." kata Gio semangat.
Kevin menghela nafas pasrah. "Mau gak mau," batin Kevin menyesali perkataannya.
Sedangkan Ruby menarik sudut bibirnya, diam-diam ia menguping pembicaraan Kevin dan Gio. Tidak sepenuhnya menguping, hanya memasang telinganya dengan baik. Ruby berencana memberikan Kevin kejutan.
Setelah selesai dengan pelajarannya, Kevin bergegas keluar kelas. Tujuannya adalah menemui Alika, karena gadis itu mengambil prodi akuntansi, kebetulan kelas Alika juga sudah selesai. Dosen baru saja keluar dari kelas itu, disusul beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang ikut keluar.
Kevin tersenyum melihat gadis yang dicarinya. "Al," panggil Kevin tersenyum lebar.
"Kalau gitu gue duluan," ucap teman Alika, gadis itu tersenyum dan mengangguk.
"Hai, udah selesai?" tanya Kevin sangat terlihat basa-basi.
Alika sebenarnya sudah malas, tapi ia tetap tersenyum. "Ya, seperti yang kamu liat." jawab Alika sambil berjalan. "Kamu sendiri gimana?" Alika balik bertanya.
"Aku juga baru selesai." sahut Kevin berjalan disamping Alika. "Kamu hari ini sibuk gak? Jalan yuk, kita udah lama banget gak jalan bareng." ajak Kevin. Setidaknya, ia harus memperbaiki hubungannya dengan Alika, sebab menjadi salah satu syarat dari Ruby.
Kevin mengajak Alika ke sebuah kafe yang tak jauh dari kampus, keduanya hanya memesan minuman dan makanan ringan yang kekinian, sambil ngobrol.
"Maaf ya, belakangan ini aku seperti gak ingat sama kamu." ucap Kevin. "Selain kuliah, aku juga udah mulai terjun ke perusahaan papa. Jadi aku benar-benar sibuk, bukan sok sibuk." jalan Kevin.
"Aku tahu kok," sahut Alika.
"Al, aku berkata jujur. Bahkan aku jarang ikut ngumpul sama anak-anak."
"Iya, aku ngerti." Alika menyedot minumannya. "Aku paham kalau dunia kamu bukan cuma aku, apa lagi status kita baru pacaran. Aku tidak menuntut kamu selalu ada dan ngabarin aku." kata Alika tenang. "Kecuali kalau kamu suami aku, aku pasti akan marah dan selalu menuntut kamu ngabarin aku," kata Alika sambil tersenyum.
Namun kata-kata itu membuat Kevin merasa semakin bersalah pada Alika. Suami? Sedangkan Kevin sudah memilih siapa yang akan menjadi istrinya, dan tentu wanita itu bukan Alika, melainkan Ruby.
Jika saja bukan syarat yang harus Kevin penuhi, mungkin saat ini Kevin sudah memutuskan Alika. Ia ingin fokus dengan hubungannya dan Ruby, meskipun Ruby masih ingin merahasiakan hubungan mereka, Kevin tidak keberatan. Tapi sialnya hubungannya dengan Alika juga menjadi syarat mutlak yang Ruby ajukan.
*
*
*
*
*
TBC
Happy reading 🤗