Mati sebelum kematian, itulah yang dirasakan oleh Jeno Urias, pria usia 43 tahun yang sudah lelah dengan hidupnya. keinginannya hanya satu, mati secara normal dan menyatu dengan semesta.
Namun, Sang Pencipta tidak menghendakinya, jiwa Jeno Urias ditarik, dipindahkan ke dunia lain, Dunia Atherion, dunia yang hanya mengenal kekuatan sihir dan pedang. Dunia kekacauan yang menjadi ladang arogansi para dewa.
Kehadiran Jeno Urias untuk meledakkan kepala para dewa cahaya dan kegelapan. Namun, apakah Jeno Urias sebagai manusia biasa mampu melakukannya? Menentang kekuasaan dan kekuatan para dewa adalah hal yang MUSTAHIL bagi manusia seperti Jeno.
Tapi, Sang Pencipta menghendaki Jeno sebagai sosok legenda di masa depan. Ia mendapatkan berkah sistem yang tidak dimiliki oleh siapa pun.
Perjalanan panjang Jeno pun dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Lupharion, Binatang Suci.
Bab 23. Lupharion, Binatang Suci.
Fajar menyingsing dengan perlahan di atas kanopi hutan yang mengelilingi Kota Velden, menghadirkan sebuah simfoni cahaya dan bayangan yang menari-nari di antara dedaunan. Kabut pagi masih menyelimuti sebagian besar Atherion seperti selubung suci yang enggan pergi, sementara embun berkilauan bagai permata yang tersebar di setiap helai rumput dan daun. Di tengah keheningan yang hampir sakral ini, tiga sosok berdiri di sebuah lapangan terbuka yang dikelilingi pepohonan raksasa.
Amelia Silverleaf berdiri dengan keanggunan yang tak tertandingi, rambut peraknya mengalir seperti air terjun yang memantulkan cahaya matahari pagi. Setiap gerakannya memancarkan aura kemuliaan yang telah diasah selama bertahun-tahun, sementara mata birunya yang jernih mengamati setiap detail dengan intensitas seorang master yang sedang menilai muridnya.
Di sisi berlawanan, Viconia berdiri dalam keheningan yang penuh misteri, jubah hitamnya yang dihiasi benang merah seperti darah naga bergerak lembut tertiup angin pagi, menciptakan bayangan yang berubah-ubah seolah hidup dan bernapas.
Dan di antara kedua wanita Penyihir Agung itu, Jeno Urias berdiri dengan tenang yang hampir supernatural. Perlengkapan barunya: armor berlapis sihir yang berkilau dengan cahaya sendiri, sepatu dengan mantra kecepatan, sarung tangan yang mampu meningkatkan kekuatan cengkeraman hingga batas yang tak masuk akal, dan pedang Mithril yang bersinar seperti bulan purnama, semuanya tampak alami di tubuhnya, seolah dia telah dilahirkan untuk mengenakan perlengkapan tersebut.
Di balik ketenangan yang dia proyeksikan, sistem dalam benaknya berdesir dengan aktivitas yang intens. Skill fusi yang semalam baru saja diperolehnya bergema dalam jiwanya seperti lagu perang yang menanti untuk dinyanyikan, masing-masing membawa kekuatan yang mampu mengubah nasib pertempuran.
"Ketika kita bertarung di Arena," suara Amelia memecah keheningan dengan kelembutan yang mengandung rasa penasaran mendalam, "aku merasakan kekuatan fisikmu yang luar biasa, tetapi tidak ada jejak sihir sama sekali. Apakah kau ingin mempelajari seni pedang sihir yang sesungguhnya?"
Mata Amelia berbinar dengan antusiasme seorang guru yang telah menemukan murid potensial yang langka. Ada sesuatu tentang Jeno yang membuatnya ingin membagikan seluruh pengetahuannya, sebuah dorongan yang tidak pernah dirasakannya terhadap siapa pun sebelumnya.
Viconia melangkah maju dengan gerakan yang mengalir seperti bayangan, suaranya rendah dan mengandung kedalaman yang hanya dimiliki oleh mereka yang telah menghadapi kegelapan dan kembali untuk menceritakannya. "Bergeraklah sesuai nalurimu, Jeno. Prinsip seorang master pedang sejati: fokus pada tujuan, biarkan hatimu menjadi kompas, dan ayunkan pedang hanya ketika jiwamu sudah menyatu dengan tujuan tersebut."
Kata-katanya bukan sekadar instruksi teknis, tetapi filosofi yang telah diasah melalui ribuan pertempuran dan kehilangan yang tak terhitung jumlahnya. Matanya yang gelap mengamati Jeno dengan intensitas yang hampir intimidatif, namun di baliknya tersembunyi kekaguman yang tidak bisa disembunyikan.
Jeno mengangguk dengan ekspresi yang tampak bingung, seolah dia benar-benar seorang pemula yang masih berjuang memahami konsep paling dasar. "Bagaimana cara menggabungkan kekuatan fisik dengan sihir?" tanyanya dengan nada yang penuh kepolosan.
"Kemampuan dasar manusia terbagi dalam tiga kategori utama," Amelia mulai menjelaskan dengan sabar yang hampir maternal. "Fisik murni, sihir murni, dan yang paling langka... fusi antara fisik dan sihir. Menggabungkan kedua aspek tersebut membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang aliran Mana dalam tubuh, dan biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dikuasai. Tapi..." Ia menatap Jeno dengan mata yang penuh harapan. "Kau bisa mencobanya sekarang."
Di balik ekspresi wajah pura-pura kebingungannya, sistem Jeno telah melakukan analisis menyeluruh terhadap setiap pola sihir yang dipancarkan kedua wanita itu. Setiap gerakan, setiap fluktuasi energi, setiap nuansa kekuatan mereka telah dipindai dan disimpan dalam database permanennya dengan akurasi yang sempurna.
"Frekuensi sihir Amelia mengandung elemen Lunar Ice dengan kemurnian 94.7%," bisik Angelina Urias, asisten sistemnya, dalam benaknya dengan suara yang terdengar seperti lonceng kristal. "Viconia menggunakan Dark Fire dan Shadow Flux dengan harmonisasi yang sangat advanced. Kedua spektrum kekuatan ini bisa dikombinasikan dengan skill milikmu jika kau menginginkannya."
"Belum saatnya," jawab Jeno melalui komunikasi telepati. "Aku tidak ingin menunjukkan kemampuanku yang sebenarnya."
Takdir, bagaimanapun, jarang memberikan kemewahan waktu persiapan.
Tanah di bawah kaki mereka mulai tiba-tiba bergetar dengan ritme yang tidak alami, seolah jantung bumi berdetak terlalu keras. Daun-daun mulai beterbangan dalam pola spiral yang menawan sekaligus menakutkan, sementara burung-burung terbang dalam kepanikan yang massal, seakan mereka merasakan kedatangan sesuatu yang tak boleh ada di dunia ini.
BOOM!
Gelombang tekanan udara yang menghantam mereka dari arah utara begitu dahsyat hingga membuat tiga sosok itu harus memasang kuda-kuda untuk mempertahankan keseimbangan. Pepohonan di kejauhan yang diselimuti oleh kabut mulai bertumbangan seperti dominan yang jatuh, menciptakan jalur kehancuran yang mengarah langsung ke tempat mereka berdiri.
Amelia dan Viconia bergerak dengan kecepatan yang hampir tidak bisa diikuti mata normal, tubuh mereka membentuk formasi segitiga defensif dengan Jeno berada di pusatnya. Mata mereka yang biasanya tenang kini dipenuhi ketegangan yang tak tersamarkan saat menatap ke arah kehancuran yang mendekat.
Dan kemudian, dari balik reruntuhan pepohonan yang hancur, sosok itu muncul: Lupharion.
Makhluk legendaris itu berdiri setinggi bangunan tiga lantai, tubuhnya yang memukau merupakan karya seni yang diciptakan oleh kekuatan primordial. Bulunya putih seperti salju yang tak pernah ternoda, namun di antara bulu-bulu itu berkilauan sisik perak yang memantulkan cahaya dengan pola yang hipnotis. Tanduknya yang menjulang seperti mahkota dari kristal kuno, sementara sayap-sayapnya yang terbuat dari bulu es bergerak dengan keanggunan yang hampir tidak masuk akal.
Mata birunya, mata yang telah menyaksikan bangkitnya dan runtuhnya peradaban. Saat ini, tertuju dengan intensitas yang menusuk langsung kepada Jeno.
Sistem Yang Mustahil langsung menganalisis makhluk di hadapan mereka:
[LUPHARION - GUARDIAN OF THE ETERNAL MIST]
- Level: 1.150
- HP: 2.289,000/2.289,000
- Atribut: Fire, Ice, Wind, Illusion.
- Kemampuan Khusus: Flight Mastery, Terrain Dominance, Magic Immunity, Physical Resistance.
- Status: Ancient Guardian - Awakened State.
Yang mengejutkan Jeno adalah ketika dia mencoba mengecek sistem milik Amelia dan Viconia, keduanya menunjukkan status error yang massal. Layar virtual mereka berkedip dengan pesan-pesan aneh:
[ERROR 404: ANALISIS TARGET GAGAL]
[PERINGATAN: ENTITAS DI LUAR PARAMETER KLASIFIKASI]
[DATA TERBATAS YANG TERSEDIA: LUPHARION, LEVEL-1.250]
"Lupharion..." Viconia berbisik dengan suara yang hampir tak terdengar, wajahnya pucat seperti mayat. "Penjaga Hutan Kabut Abadi. Makhluk ini... tidak seharusnya bisa keluar dari Domain Kuno. Ada pembatas energi magi yang dibuat langsung oleh Dewa Aetherian yang mencegahnya meninggalkan wilayah itu."
Suaranya bergetar dengan ketakutan yang tak tersamarkan. Sebagai anggota Faksi Kegelapan yang telah bersekutu dengan iblis dan menghadapi horror yang tak terbayangkan, melihat Viconia ketakutan seperti ini memberikan perspektif tentang betapa mengerikannya makhluk di hadapan mereka.
"Mungkin dia yang menyebabkan para petualang terus menghilang," lanjutnya dengan napas yang terengah-engah. "Jika dia telah meninggalkan domainnya..."
Amelia mengambil napas dalam untuk menenangkan diri, meskipun tangannya yang memegang tongkat sihir terlihat bergetar. "Dua ribu tahun yang lalu," katanya dengan suara yang berhasil dia stabilkan, "Lupharion pernah menghancurkan Kerajaan Babylon yang perkasa dalam waktu kurang dari sehari. Kerajaan yang memiliki tentara magis terkuat di benua itu lenyap tanpa jejak, dan sejak saat itu makhluk ini menghilang dari sejarah."
"Kehancuran Babylon..." Viconia mengangguk dengan pemahaman yang kelam. "Dari reruntuhan kerajaan itu muncul Labirin Babylon, dungeon terdalam yang pernah dikenal. Aku sering memasuki labirin itu dan hanya berhasil mencapai lantai ke-33. Menurut catatan kuno Faksi Kegelapan, labirin itu memiliki 75 lantai, mungkin lebih, dan monster di setiap lantai semakin kuat secara eksponensial."
Jeno menghela napas panjang. Dia hanya ingin hidup dengan damai, menjelajahi dunia baru ini dengan kecepatan yang bisa dia kontrol. Namun takdir tampaknya memiliki rencana lain.
-----
Dalam benak Jeno, suara Angelina muncul dengan nada yang berbeda, lebih formal dan sakral:
[MISI SAMPINGAN BARU TELAH DIAKTIFKAN]
- TARGET: TAKLUKKAN BABYLON LABYRINTH (SELESAI 0/75 LANTAI)
- HADIAH: 50.000.000 KOIN SISTEM
- HADIAH KHUSUS: KETERAMPILAN TELEPORTASI MUTLAK.
- PERINGATAN: MISI INI PADA DASARNYA AKAN MENGUBAH TAKDIR ANDA.
------
"Angelina," komunikasi telepatis Jeno dengan asistennya, "siapkan sistem level yang mampu mengalahkannya. Sepertinya aku tidak punya pilihan lain."
"Sistem Level 1 hingga 1.000 lebih telah standby, Tuan Jeno. Kapan pun Anda siap, saya bisa mengaktifkannya. Tetapi ingat, setelah Anda menggunakan kekuatan yang sesungguhnya, tidak ada jalan untuk kembali ke kehidupan yang damai."
Lupharion mengangkat kepalanya dan mengeluarkan auman yang membuat seluruh Hutan Kabut Abadi terdiam. Suara itu bukan sekadar raungan binatang, ini adalah proklamasi kekuatan yang telah tertidur selama dua milenium dan kini bangkit kembali.
Setiap hembusan napasnya membuat udara di sekitarnya berubah menjadi kristal es yang berkilauan, sementara setiap langkahnya meninggalkan jejak sihir primordial, membuat tanah subur di bawahnya berubah menjadi hamparan yang dipenuhi bunga-bunga es seperti kristal.
"Kita harus melawan, lalu mundur!" teriak Amelia, ketakutan akhirnya menguasai keanggungannya. "Makhluk ini berada di level yang sama sekali berbeda!"
"Tidak ada yang bisa kita lakukan selain berlari!" Viconia setuju, untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, dua Penyihir Agung yang bangga itu mengakui ketidakmampuan mereka.
Namun sebelum Jeno bertindak, Amelia dan Viconia sudah melompat menyerang.
"Kubah Es Lunar!" Amelia membentuk perisai kristal dari es perak yang menahan napas beku Lupharion.
"Lidah Neraka: Rantai Api Bayangan!" teriak Viconia sambil mencambukkan energi sihir yang berpilin seperti ular naga dari kegelapan.
Namun semua serangan itu hanya membuat makhluk itu mundur satu langkah, mengejutkan dua Penyihir Agung.
Mata biru Lupharion menatap tajam ke arah Jeno, tidak menunjukkan agresi terhadap kedua wanita itu. Mata birunya yang dalam tetap terfokus pada satu sosok.
"Kenapa...," Amelia berhenti di tengah mantra pelariannya, "kenapa dia hanya menatapmu?"
Kedua wanita itu melihat Jeno yang begitu sangat tenang.
Dalam keheningan yang mencekam itu, Angelina muncul sebagai proyeksi cahaya biru yang berkilauan di samping Jeno. Sosoknya yang lembut memancarkan aura kesakralan yang membuat udara di sekitarnya bergetar dengan harmonisasi yang indah. Tetapi, kedua Penyihir Agung itu tidak bisa melihatnya.
"Tuan Jeno," bisik Angelina Urias dengan suara yang terdengar seperti paduan suara malaikat, "makhluk itu tidak ingin menyerang. Dia sedang... menguji Anda. Lupharion adalah salah satu dari Makhluk Penjaga Primordial yang telah mengenali jiwa Anda... jiwa Sang Terpilih yang telah dinubuatkan dalam gulungan kuno."
Jeno merasakan sesuatu berubah dalam dirinya. Darah dalam nadinya mulai bergolak dengan ritme yang tidak familiar, seolah ada kekuatan kuno yang mulai bangkit dari kedalaman jiwanya. Roh sistemnya bergema dalam kesadarannya, memanggilnya untuk melangkah maju dan menerima takdirnya.
Dengan langkah yang tenang namun penuh determinasi, Jeno maju ke depan. Pedangnya masih tersarung di pinggangnya, namun aura yang mengalir dari tubuhnya mulai berubah secara fundamental. Tanah di bawah setiap langkahnya retak dengan pola geometris yang sempurna, sementara udara di sekelilingnya berdesir dengan energi yang membuat rambut di tengkuk Amelia dan Viconia berdiri.
"Berhenti," kata Jeno dengan suara yang hampir seperti bisikan, namun mengandung otoritas yang membuat seluruh alam semesta seolah ikut mendengarkan.
Dan Lupharion berhenti mendekat.
Makhluk legendaris itu, yang telah menghancurkan kerajaan dan membuat raja-raja berlutut dalam ketakutan, perlahan menurunkan kepalanya yang megah. Dengan gerakan yang penuh kemuliaan, Lupharion berlutut, kepala raksasanya menyentuh tanah dengan hormat yang mendalam.
Amelia dan Viconia terpaku dalam keterkejutan yang tak terkatakan. Apa yang mereka saksikan melawan segala logika, melawan semua pengetahuan yang mereka miliki tentang dunia ini.
Dari kening Lupharion yang dihiasi kristal biru yang berkilau, muncul cahaya yang lembut namun memiliki kekuatan yang tak terhingga. Cahaya itu mengalir dan mengelilingi tubuh Jeno dalam spiral yang indah, menciptakan ikatan yang tidak bisa dilihat mata namun bisa dirasakan oleh jiwa.
Suara Angelina kembali mengalun, kali ini dengan nada yang penuh kemenangan dan keagungan:
[PENCAPAIAN BARU TERBUKA: PENGAKUAN PENJAGA PRIMORDIAL]
- LUPHARION TELAH MENGAKU ANDA SEBAGAI TUAN.
- MULAI HARI INI, PENJAGA KUNO AKAN MENGIKUTI DAN MELINDUNGI ANDA.
- TAKDIRMU SEBAGAI YANG TERPILIH TELAH DISEGEL.
Di dalam cahaya yang mengelilingi mereka, Jeno merasakan sesuatu yang fundamental berubah dalam dirinya. Bukan hanya kekuatan yang bertambah, tetapi pemahaman tentang siapa dia sebenarnya, tentang peran yang harus dimainkannya dalam takdir dunia ini.
Pada saat yang sama, suara Angelina berbisik pelan: "Selamat. Anda telah menyelesaikan misi dari Serikat Petualang: Investigasi Hutan Kabut Abadi. Penyebab hilangnya para petualang karena dimangsa Lupharion ketika mereka terjebak di dalam kabut."
Situ Sehat ??!