Bagaimana rasanya menjalani pernikahan tanpa adanya cinta? Hana terpaksa menerima tawaran seseorang untuk menjadi istri dari anaknya karena hutang-hutang sang Ayah. Reputasinya sebagai model hancur karena Ibu dan adik tirinya.
Belum lagi ketidak perawanannya yang menjadi duri tajam yang terus menerus diungkit Kenaan Atharis, suami arogan yang selalu berlaku sesuka hatinya.
Disaat Hana berharap menikah adalah jalan lepas dari derita, Kenaan justru menganggapnya bak kertas kotor yang pantas dibuang.
Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - berbaikan
Sakit
Tak sanggup
Sadarkah kita terlalu hancur
Hilang
Habis tak bersisa
Tapi tak mampu ku menyerah...
Tak mau kehilangan
Tapi lelah berjuang
Bukankah rumah tempatku bersandar?
Sendiri ku tak bisa
Bersama ku tersiksa
Ini kenyataannya kita tak baik saja...
(Song - Tertawan hati)
***
Puas membuat Kenaan terbakar cemburu ia pun mengantar Rey sampai di depan pintu apartemen. Mengabaikan Kenaan begitu saja dan malah sibuk asyik mengobrol meski Rey pamit akan pergi.
"Next time kita ketemu lagi, makasih berkat kamu juga aku sekarang bisa kembali jadi model. Bahkan nih ya, Pak Darwis memujiku terang-terangan di depan semua orang! Bukankah itu bagus untuk karirku nantinya." Hana sengaja meninggikan suaranya agar Kenaan mendengar.
"Wow, itu hal yang luar biasa. Si kaku Darwis bisa memujimu di depan umum." Rey berdecak sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Hehehehe, mungkin dewi keberuntungan sedang berpihak padaku! Aku bisa bangkit lagi itu juga berkat kamu. Makasih saja aku rasa tak akan cukup," ujar Hana.
"Next time kamu harus mentraktirku makan lagi di luar dan kita jalan-jalan oke?"
"Tentu."
"Maaf, tapi sepertinya bukan ide bagus jika kamu ingin jalan-jalan dengan istri orang!" Kenaan merangkul bahu Hana posesif, ia sungguh tak tahan melihat Hana tersenyum bahkan tertawa lebar dengan orang lain.
"Oh ya, aku lupa! Jika suamimu ini jauh-jauh dari Jakarta datang kesini mencarimu. Na, aku pamit dulu sebelum kena amukannya," ujar Rey melambaikan tangan dan segera kabur untuk menghindari tatapan tajam Kenaan.
"Lepas! Untuk apa kamu bersikap seperti itu," ujar Hana melepas tangan Kenaan dari bahunya dan meninggalkannya masuk ke dalam.
"Hana..."
"Kamu masih lapar?" tanya Hana melihat Kenaan mengikutinya dari belakang.
"Apa keputusanmu?"
"Aku akan tetap disini, memperjuangkan karierku!" jawab Hana.
"Kalau begitu, aku akan menemanimu disini. Malam ini juga aku akan pindah ke apartemenmu dan kita tinggal bersama. Aku akan mengikutimu kemanapun!"
"Kau gila?" Hana menaikkan alisnya, melipat tangan di depan dada.
"Ya, aku gila. Bisakah kita kembali menjadi suami istri yang normal?"
"Tentu saja bisa, selama kamu mau menerima seperti apapun perlakuanku!" desis Hana.
Mengingat sekelebat sikap kejam Kenaan membuatnya ingin paling tidak sedikit saja membalasnya.
Hana masuk ke kamar dan Kenaan dengan setia mengikuti.
"Aku mau mandi," kesal Hana.
"Biar aku yang siapkan airnya." Kenaan dengan sigap masuk ke dalam kamar mandi. Menyiapkan air hangat di dalam bathub dan menambah sedikit aromatherapy.
"Ho..." Kenaan seketika menutup mulutnya dengan telapak tangan lalu segera keluar untuk memanggil Hana.
"Sudah, kamu mandilah!"
Hana menatap heran Kenaan, raut wajahnya berubah panik. Apakah dia mual lagi di dalam kamar mandi? Pikir Hana.
Hana masuk tanpa menutup pintu, melepas pakaiannya hingga menyisakan dalaman tipis berenda.
"Masuk, bantu aku menggosok punggung!"
Kenaan merasa Dejavu. Bedanya, saat itu ia yang berada di posisi Hana. Mendadak hatinya kembali sesak membayangkan betapa sakitnya perasaan sang istri kala itu menerima perlakuan kejamnya.
"Baik, ayo!"
Hana tersenyum tipis membelakangi Kenaan.
"Apa aku harus ikut mandi?" tanya Kenaan dengan bodohnya.
"Terserah."
Hana masuk ke dalam bathub disusul Kenaan yang sudah melepaskan kaos dan celana panjangnya.
Dengan gerakan lembut ia menggosok punggung putih mulus Hana meski susah payah ia menelan saliva dan menahan diri.
"Selesai, keluarlah! Aku akan mandi!" Hana kembali menatap Kenaan dengan datar.
"Kita bisa mandi bersam-"
"Aku mandi sendiri," ujar Hana.
Kenaan terpaksa bangkit dengan tubuh setengah kuyup ia memunguti pakaiannya.
"Berapa sandi apartemenmu! Aku harus keluar mengambil barang-barangku?"
"Sama seperti sebelumnya," jawab Hana tanpa menatap ke arahnya.
Kenaan segera bergegas, ia kembali ke apartemennya untuk membersihkan diri, dengan terpaksa ia bermain solo karena melihat tubuh Hana telah berhasil membuat juniornya memberontak.
"Bisakah kita menjadi sepasang yang saling menyayangi, saling memberi cinta lalu hidup bahagia?" batin Kenaan menerawang.
Belum selesai dengan ritual tunggalnya, bunyi bell apartemennya.
Kenaan keluar dengan handuk melilit pinggangnya.
"Na,-" Kenaan terkejut, karena bukan Hana yang datang, melainkan Marvin.
"Kau sudah bertemu dengan Hana?" tanya Marvin.
"Sudah, kenapa kau bertanya seperti itu?"
Marvin menghela napas, "baguslah! Aku pikir belum bertemu, aku datang karena khawatir dengan kesehatanmu!" Marvin mengangkat plastik yang berada di tangannya. Sebuah logo restorant terkenal yang ada di kota Surabaya.
"Kau tau aku disini?" tanya Kenaan mengernyit setelah membiarkan Marvin masuk ke apartemennya.
"Tau. Rey yang memberitahuku," ujar Marvin.
Kenaan ber-ohh ria lalu ke kamar untuk memakai pakaiannya.
"Kau hanya beli dua?" tanya Kenaan mengernyit.
"Ya, aku satu! Dan kamu satu."
"Ck! Ya sudah kau makan saja, dan tinggal disini. Aku akan ke tempat Hana." Kenaan mengeluarkan satu box makanan ke hadapan Marvin lalu menenteng sisanya ke apartemen Hana.
"Na, kamu sudah tidur?" panggil Kenaan.
Tak ada sahutan, Hana rupanya sudah terlelap dengan selimut menutup hampir seluruh tubuhnya.
Kenaan berjalan ke dapur, membuka kulkas dan memasukkan makanannya. Tertegun saat melihat beberapa resep guntingan yang tertempel di dapur Hana.
"Benar-benar," gumam Kenaan.
Ia kembali masuk ke kamar Hana dan ikut merebahkan diri di samping sang istri, Kenaan mengirim pesan pada Marvin bahwa saat ini ia sedang berada di apartemen Hana.
Hoek...
"Eughh..." Hana terbangun kala mendengar suara berisik dari kamar mandi.
"Ken kau baik-baik saja?" tanya Hana dari luar pintu. Tak ada jawaban, akan tetapi tak berselang lama Kenaan keluar dengan wajah pucat pasi.
"Ayo ke rumah sakit, wajahmu pucat sekali."
Kenaan menggeleng, "aku tak apa! Hanya sedikit mual," ucap Kenaan pelan.
Hana merasa kasian lalu menuntun Kenaan agar duduk di sisi ranjang.
"Tunggu sebentar! Mungkin ini bisa sedikit membantumu," ujar Hana menyodorkan minyak kayu putih.
"Sedikit lebih baik, makasih."
Hana mengangguk, "sejak kapan kamu jadi begini?"
"Sejak kamu pergi, dan Marvin yang selalu mengurusku! Aku sampai tidak bekerja." keluh Kenaan.
"Itu karma, anak kamu tak terima makanya dia marah dan bikin ayahnya menderita! Biar tahu rasa." tiba-tiba Hana mengomel membuat Kenaan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya, kan aku sudah minta maaf." ingin rasanya Kenaan mengusap perut Hana, akan tetapi keinginan itu hanya bisa terpendam di hati mengingat sekarang sang istri berubah galak.
Hana melakukan pemotretan terakhirnya ditemani Kenaan. Bukan hanya Kenaan, tapi bahkan Marvin dan Rey juga ada disana.
Meski awalnya kesal dengan Marvin, pada akhirnya Kenaan hanya bisa memakhlumi sang assisten karena apa yang dilakukan oleh Marvin semata demi kebaikan dirinya dan Hana.
"Terima kasih Nona Hana," ucap Darwis tak menyangka jikalau wanita yang jadi brand ambasadornya adalah istri Kenaan Atharis.
"Sama-sama Tuan. Senang bekerja sama dengan anda," ucap Hana diiringi senyum menjabat tangan Darwis sebelum ia kembali ke Jakarta bersama Kenaan.
***
Perjalanan ke Jakarta mereka bertiga tempuh dengan pesawat. Hana terpaksa ikut Kenaan pulang karena kondisi kesehatan Marry dikabarkan menurun oleh orang rumah. Selain itu, Hana juga berasa bersalah dengan mertuanya karena kabur begitu saja setelah mendapatkan uang.
"Aku senang, kamu mau ikut pulang! Bagus juga kalau mama sakit kan, kamu jadi..."
"Jadi apa? Jangan seneng dulu," kesal Hana memutar bola matanya malas.
"Jadi mau memaafkanku lebih cepat. Jangan jadi pendendam sayang, nanti anak kita mirip Papanya!" Kenaan menggenggam erat telapak tangan Hana lalu menyunggingkan senyum.
"Ck! Mana bisa, aku yang mengandungnya! Dia pasti mirip denganku," ujar Hana tak terima. Ia memalingkan wajah. Pemandangan pulau Indonesia dari atas sungguh menakjubkan dan berhasil membuat perasaannya lebih baik.
BETUL KATA LO, LO HRS JGA PRASAAN KENAAN, JGN SMPE KENAAN YG SDH MULAI JDI BAIK, KMBALI JDI IBLIS KEJAM.. DN INGAT JUGA SLALU PESAN MMA MARRY....
SI ALBERT DPT SIAL DGN SELINGKUH DN MNIKAHI MELYSA
TPI GK APA2 ANAK PRTAMA NYA KGUGURAN,, KRN HSIL PERZINAHAN, DMN BENIH ARMAN BRCAMPUR ALKOHOL, DN HANA JUGA PNGARUH OBAT PRANGSANG, YG MNA MNGKIN BSA PNGARUHI TUMBUH KMBANG BAYI.. SKRG SDH SAH SUAMI ISTRI, JDI BSA BUAT KMBALI DGN HALAL..