Ardi, seorang ayah biasa dengan gaji pas-pasan, ditinggalkan istrinya yang tak tahan hidup sederhana.
Yang tersisa hanyalah dirinya dan putri kecil yang sangat ia cintai, Naya.
Saat semua orang memandang rendah dirinya, sebuah suara asing tiba-tiba bergema di kepalanya:
[Ding! Sistem God Chef berhasil diaktifkan!]
[Paket Pemula terbuka Resep tingkat dewa: Bihun Daging Sapi Goreng!]
Sejak hari itu, hidup Ardi berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hamei7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Habis Terjual
Melihat antrean yang panjang meliuk sampai ke ujung jalan, Ardi cuma bisa garuk-garuk kepala.
“Ya ampun… ini kalau begini, seberapa banyak bihun yang kubawa, tetap aja nggak bakal cukup!” batinnya.
Memang stamina Ardi sudah didorong sampai MAX berkat Sistem Dewa Memasak, tapi kan bukan berarti dirinya mesin abadi. Tetap aja manusia biasa bedanya cuma lebih tahan capek.
Kalau tukang masak lain baru sejam udah gemetaran, Ardi bisa tahan sampai dua jam lebih. Tapi kalau disuruh goreng nonstop belasan jam tanpa henti? Ya wassalam, tetap tumbang juga!
Baru ia mau berhenti sebentar buat tarik napas, para pelanggan langsung ribut.
“Loh, Bang Ardi jangan berhenti dulu lah, saya udah antre sejam lebih nih!”
“Air liur udah kering, Bang. Masa mau tutup sekarang?!”
“Bang, jangan marketing kelangkaan gini, cepet goreng lagi!”
Ardi nyengir kecut. Duh, kelakuan orang Indonesia kalau udah lapar memang bisa barbar begini.
Tiba-tiba ada cowok sok gaya nyeletuk sambil nunjuk ke arah cewek cantik yang baru dapat seporsi lengkap bihun goreng sapi plus es kacang hijau dingin.
“Gue mau porsi yang ada di tangan cewek secantik itu, gue rela bayar sepuluh kali lipat harganya!”
“???” Semua orang bengong.
“Sepuluh kali lipat? Jadi maksudmu mau bayar dua ratus ribu cuma buat semangkok mie?” Ardi melotot.
Cowok itu nyengir kaku. “Eh… iya, kalau bisa…”
Ardi ngibasin tangan. “Nggak dijual! Aturannya jelas, satu orang satu porsi. Udah titik.”
Wanita cantik di sampingnya sedang memegang mie daging sapi goreng. Ia beruntung, dan kebetulan giliran makan.
Sekarang aku punya seporsi mie daging sapi goreng dan sebotol es kacang hijau, yang pasti akan membuat orang-orang di belakangku menangis karena keserakahan!
"Belum lagi dua ratus, bahkan jika kamu kasih 2 juta apa kamu sanggup bayar? "
Si cantik mendengus dingin lalu pergi dengan mie daging sapi goreng dan es kacang hijau.
Si cewek cantik langsung tersenyum puas, buru-buru cabut sambil memeluk mangkoknya erat-erat. Dalam hati dia takut ada yang beneran nawar jutaan, bisa goyah imannya.
Belum selesai drama itu, tiba-tiba ada bapak gendut keluar dari kerumunan. Tangannya penuh: tiga kotak bihun sapi goreng, enam gelas es kacang hijau. Jalan sambil bersiul, sok pamer.
Mata orang-orang langsung merah.
“Woy! Aturannya kan satu orang satu porsi, kok bisa bawa tiga?!”
“Rakus banget, Pak! Emang sanggup makan segitu?!”
“Udah, serbu aja, bagi rata!”
Si bapak kaget setengah mati. Tadi gaya-gayaan biar kelihatan keren, eh sekarang malah kejebak!
“A…aku kasih dua kotak deh! Sisanya biar buat anak di rumah ya!” katanya dengan wajah pucat.
Kerumunan akhirnya setuju. Tapi muncul masalah baru: dua kotak itu harus dibagi ke puluhan orang yang antre.
“Udahlah, gampang. Bagi gigitan aja. Satu orang satu suap!” celetuk seorang pemuda.
Semua mengangguk.
Orang pertama maju, nyendok bihun sapi goreng, masuk mulut langsung matanya berbinar. Tapi wajahnya seketika jadi tragis.
Saking enaknya, lidahnya kayak nggak mau lepas. Tapi… cuma satu suap!
Dengan berat hati dia serahin sumpit ke orang kedua. Sambil menatap penuh penyesalan.
“Buset, siapa yang kuat cuma makan segigit doang gini?!”
Ardi cuma bisa angkat bahu. “Maaf ya, semuanya udah habis. Lain kali datang lebih awal!”
Kerumunan pun terdiam, rasa frustrasi bercampur puas karena sempat ngerasain walau cuma secuil.
Sementara itu Ardi mulai beberes kiosnya. Meja kena cipratan minyak, panci ada sisa kuah, bahan berantakan. Dengan telaten, ia bersihkan satu-satu.
Jam tangannya menunjukkan pukul 16.10. “Waduh, Naya pulang TK jam 16.30. Harus buru-buru jemput!” gumamnya.
Ia tutup kios, naik sepeda listrik kesayangannya, lalu meluncur ke TK.
Para pedagang lain yang dari tadi iri akhirnya lega. “Alhamdulillah dia pergi, sekarang giliran kita cari untung!” pikir mereka.
Tetapi... setelah menunggu lebih dari sepuluh atau dua puluh menit, tidak ada pelanggan yang datang!
Meski Ardi sudah pergi, pembeli tetap tak ada.
Mereka bengong. “Loh, biasanya rame. Kok sekarang sepi amat?”
Bapak penjual roti isi yang sudah lama buka di situ cuma geleng-geleng.
“Dasar. Orang-orang itu antre bukan karena tempatnya, tapi karena masakan Ardi. Tanpa dia, ya nggak ada magnetnya.”
Para pedagang yang tadinya penuh semangat langsung lesu. Mereka sadar Ardi bukan sekadar tukang mie goreng. Ia sudah jadi fenomena baru di jalanan kota ini.
tapi untuk menu yang lain sejauh ini selalu sama kecuali MIE GORENG DAGING SAPInya yang sering berubah nama.
Itu saja dari saya thor sebagai pembaca ✌
Apakah memang dirubah?
Penggunaan kata-katanya bagus tidak terlalu formal mudah dipahami pembaca keren thor,
SEMAGAT TERUS BERKARYA.