Siapa yang menyangka permohonan yang berada di ujung nyawanya terkabulkan. Arum, gadis cantik yang merupakan salah satu gundik gubernur jenderal Belanda kembali ke masa lalu.
"Aku tidak mau mati dalam keadaan mengenaskan! Dicampakkan dan kehilangan anakku! Terlebih, kepada mereka!"
Mampukah Arum merubah masa depan nya? Apakah semuanya berjalan seperti yang diharapkan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikorbankan!
"Aghhh!"
"Lepaskan!" Ditengah damainya malam itu justru berubah dengan suara teriakan dan tubuh yang meronta untuk lepas dari cengkraman para pria yang datang ke rumah-rumah mereka.
"Bapak!" Tentu saja suara-suara itu langsung membuat hati siapapun tidak tenang dan bergegas menuju keluarga mereka. Termasuk budhe Arum. Wanita itu berjalan dengan tergopoh-gopoh karena kesadaran yang belum maksimal.
"Rum! Arum!" Pintu kamar Arum dibuka dan terlihat gadis itu tengah kebingungan.
"Ada apa budhe?"
"Ayo bantu budhe, kita tutup pintu dengan meja atau apapun."
"Kenapa budhe?" Tanya Arum pura-pura tidak tau.
"Ayo cepat! Ini untukmu juga! Cepat rum!" Titah budhe nya. Arum menatap wanita yang gelisah itu.
'Tapi maaf budhe, semuanya akan tetap terjadi. Tapi setidaknya, aku tidak akan mengalami hal yang sama.'
"Arum!" Pekik budhe.
Keduanya menarik meja untuk menghalangi pintu terbuka. Tapi belum sempat meja itu sampai.
Brak!
"Aghhh!" Teriak budhe. Pintu kayu itu terbuka lebar dalam sekali hantam oleh para pria dengan senjata itu.
Para pria dengan wajah beringas itu langsung menatap Arum dan mendekatinya. "Jangan! Pergi kalian!"
"Minggir!"
"Budhe!" Arum mencoba menahan budhenya.
"Ikut!"
"Jangan bawa anakku! Lepaskan dia! Arum!"
"Budhe!" Tubuh Arum ditarik paksa. Dan berada di tanah lapang dengan udara malam yang menusuk tulang.
"Ini Tuan! Gadis terakhir!" Tubuh Arum hampir terjengkang karena ketidak seimbangan. Manik coklatnya bertemu dengan gadis-gadis lain yang dibawa paksa.
"Sudah habis?"
"Sudah tuan." Pria yang menaiki kuda itu turun dan kakinya mendekati para gadis dihadapannya.
"Bawa mereka!"
"Jangan! Tolong jangan tuan!" Seorang pria langsung bersujud di depannya.
"Tolong tuan, jangan bawa putri ku. Dia akan menikah bulan ini."
"Iya, tolong! Lepaskan putri kami!"
"Benar, kami tidak melakukan hal yang merugikan ataupun perlawanan. Kami rakyat kecil, tolong."
"Tapi ini adalah permintaan, langsung dari residen dan petinggi lainnya. Kalian tau kan?"
"Mau melawan, harus siap dihukum. Apa kalian mau?" Mereka menggeleng.
"Kalau begitu diam lah! Lagipula, putri-putri kalian ini akan menjadi wanita para petinggi, seharusnya kalian senang!"
"Sudah! Bawa mereka!"
"Tunggu!" Pria itu menoleh, terlihat sosok yang dikenalnya.
"Kepala desa. Selamat malam. Apa aku membuat mu terganggu di malam ini?"
"Apa gerangan Tuan Adi, datang kemari? Dan mengambil gadis-gadis desa." Pria bernama Adi itu tersenyum.
"Apalagi, permintaan. Lagipula, masih baik aku membawa mereka seperti ini. Daripada dip3rkosa di depan kalian oleh tentara." Jelasnya.
"Sudah ada wanita di tempat khusus, lagipula disana mereka dengan sukarela memberikan diri mereka. Kenapa mengambil dan membawa paksa gadis-gadis disini."
"Oh, putramu ternyata sudah besar. Apa kau marah, karena ada gadis mu diantara mereka?"
"Aku bisa berbaik hati sedikit. Bagaimana? Kalau tidak ada, aku harus pergi." Ujarnya. Manik Ari bertemu dengan Arum. Gadis itu berdiri menatapnya sekilas.
"Oh, baiklah. Yang mana? Apa, gadis itu...."
"Bukan! Gadis yang ini!" Seorang wanita paruh baya datang dan menarik satu gadis di sebelah Arum.
"Ini tunangan putraku. Jadi lepaskan dia, kalau perlu lepaskan ya lainnya juga. Karena aku dengar, hanya diperlukan satu gadis saja bukan?"
"Kalau begitu gadis mana yang akan dibawa? Jangan membuat ku sulit Bu Kartika."
"Kalau aku bertanya, tentunya tidak akan ada yang mau bukan?"
"Siapa yang bilang, tentu saja ada! Ini!" Wanita itu mendorong Arum.
"Gadis ini! Pastinya dia sesuai dengan kriteria bukan?"
"Ibu!"
"Ari, tidakkah kau kasihan pada Sari? Dia tunangan mu. Kau mau dia menjadi gund1k?" Ujar ibunya dengan senyuman tipis.
"Dengar, kalau kau memilih Arum gadis miskin itu. Pergilah! Tapi tinggalkan kami! Kau tidak akan mendapatkan apapun!" Bisik ibunya. Tangan dan lutut Arum yang bertemu dengan tanah hanya diam. Dulu, di kehidupan sebelumnya dia meronta dan memohon di depan Ari dan keluarga nya, tapi itu sia-sia. Pria itu takut akan kehilangan kemewahan dari orang tuanya dan mengorbankan dirinya. Bukan hanya itu, dia juga kehilangan budhe nya, karena itu dia memilih bersikap tenang.
'Sudah dapat ditebak. Cintamu itu omong kosong.'
"Lihat? Hanya gadis itu yang diam."
"Bawa dia!"
"Arum! Buk kepala desa, pak kepala desa. Kalian mengorbankan Arum? Dimana hati nurani kalian? Jika gadis lain bisa diselamatkan, kenapa tidak dengan Arum?"
"Lalu, siapa yang harus dikorbankan? Lagipula dia itu pembawa sial. Orang tuanya tiada karena ulahnya, kau juga jatuh miskin kan? Suami mu juga tiada saat dia masuk ke rumah mu. Tentu saja mengorbankan orang seperti itu, supaya desa kita tenang. Bagaimana saudara-saudari sekalian? Aku benar kan?"
"Iya! Itu benar! Benar!" Arum mengepalkan tangannya, alurnya tetap sama. Warga desa setuju karena tidak ingin anak gadis mereka menjadi korban.
"Bawa dia!"
"Arum! Arum!"
"Budhe, aku akan kembali. Aku akan menemui budhe. Aku berjanji! Sungguh! Aku berjanji, budhe hanya perlu jaga kesehatan. Aku akan kembali! Budhe harus percaya." Ucap Arum seiring dengan tubuhnya yang dibawa.
"Arum! Tidak!"
"Aku janji budhe! Jangan menangis!"
"Arum!" Teriaknya, tubuhnya menghantam tanah dengan obor yang mengelilinginya. Orang-orang hanya melihat, mereka menyelamatkan nyawa mereka sendiri tentunya, atau memang karena terdoktrin dari kepala desa.
"Aku berjanji budhe! Aku tidak akan tiada dengan kesengsaraan. Tapi dengan kekayaan dan juga status sosial! Dan membalas mereka!"
Bersambung.......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏