Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laki-laki di samping Erina
Dua hari kemudian
Erina diantar Ayah dan bunda je bandara Juanda untuk berangkat ke Paris. Ia akan naik pesawat jam 2 siang ini. Erina sengaja memilih kelas ekonomi agar lebih irit. Ia tidak memanfaatkan uang orang tuanya untuk kembali ke Paris. Semuanya ia tanggung sendiri. Meski ia sangat mampu untuk naik pesawat yang kelas bisnis dengan uangnya sendiri, namun ia lebih suka naik yang kelas ekonomi. Saat ini mereka sudah sampai di bandara Juanda. Erina segera pamit kepada orang tuanya untuk cek in.
"Hati-hati, dek. Jangan lupa kabari kalau sudah sampai." Ucap sang bunda, seraya memeluk Erina.
"Iya, bunda. Jangan khawatir. Erina berangkat dulu ya."
Erina mencium punggung kedua orang tuanya.
"Iya, sayang."
"Dah Ayah, dah bunda.... "
Mereka pun saling melambaikan tangan.
Masih terasa berat bagi kedua orang tuanya untuk melepaskannya meski hanya satu bulan. Namun Ayah Fadil meyakinkan sang istri kalau putrinya itu akan baik-baik saja.
Beberapa menit kemudian setelah cek in, Erina naik ke dalam pesawat. Pesawat itu nanti akan transit di Jakarta.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, pesawat mendarat di bandara, Soekarno Hatta. Dan mungkin nanti akan terbang kembali 2 jam kemudian. Mengingat waktu sudah sore, Erina pun pergi ke musholla untuk shalat Ashar.
Setelah itu, ia mencari sesuatu yang dapat ia makan. Erina memutuskan untuk membeli roti dan es coffe. Ia pun duduk di salah satu kursi sambil menunggu pesawat. Sambil makan, Erina asik men-scrol handphone nya. Ia membuka galery album foto nya. Dadanya kembali sesak saat melihat sebuah foto.
"Ah, kenapa aku masih menyimpan foto ini. Melihatmu hanya menambah kesedihanku. Maaf, Nin. Kamu sudah tenang di sana. Semoga Allah mengampuni dosamu."
Erina pun menghapusnya setelah sekian tahun menyimpannya. Foto tersebut adalah foto sahabatnya yang telah meninggal. Ternyata Erina trauma kepada laki-laki. Erina trauma dengan laki-laki bukan karena ia pernah sakit hati. Namun salah seorang sahabatnya yang bernama Nina saat kuliah semester 1 meninggal karena bunuh diri. Saat itu memang gaya pacaran Nina terlalu bebas, sehingga menyebabkan dirinya hamil di luar nikah. Namun saat meminta pertanggungjawaban pacarnya, justru pacarnya menuduh Nina berhubungan dengan orang lain. Betapa hancur hati Nina. Ia tidak kuat menahan malu. Saat itu hidupnya sudah kacau. Ingin mempertahankan anak tapi akan berpengaruh pada kuliahnya. Ingin menggugurkannya tapi ia takut menambah dosa. Suatu ketika, Nina sudah tidak tahan dengan gunjingan orang sekitar yang mengetahui keadaannya. Nina pun bunuh diri kost-annya. Hal tersebut membuat sering sangat terpukul. Sehingga ia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Ia sangat benci saat benci jika bertemu dengan mantan pacar Nina yang tidak bertanggung jawab itu.
Erina tersadar dari lamunannya karena mendengar panggilan pesawatnya akan berangkat. Erina pun segera naik kembali ke dalam pesawat. Kali ini orang yang duduk di sampingnya berbeda dengan yang sebelumnya. Ia duduk dengan seorang laki-laki yang ia tafsir usianya tidak jauh dengannya. Namun tubuhnya yang tinggi membuatnya terlihat lebih tua daripada usianya. Laki-laki tersebut bersandar di kursi dan menutup wajahnya dengan topi. Dengan ragu-ragu, Erina pun lewat di depannya.
"Maaf, permisi." Ujar Erina.
"Hem... " Jawabnya sambil menyamping kan kakinya.
Erina memiringkan badannya untuk masuk ke posisi kursinya yang berada di dekat jendela. Sedangkan laki-laki tersebut pas di samping kursinya.Erina pun duduk di kursinya. Mengingat perjalanannya akan lebih lama, Erina pun mengambil buku novel dari dalam tasnya. Ia berniat ingin membaca novel untuk menghindari rasa bosan dan mengurangi tidurnya.
Pesawat mulai lepas landas. Erina dengan santai membaca novel yang berjudul "Ketegaran Hati Raisya." Saking mendalami cerita dalam novel tersebut, Erina ikut emosi. Ia juga berkali-kali ngomong sendiri karena begitu kesalnya kepada pemeran laki-lakinya yang bernama Firman. Ia tidak sadar jika tingkahnya itu membuat laki-laki di sebelahnya merasa terganggu. Dari balik topinya, ia melirik wanita di sampingnya yang dari tadi ngomel sendiri.Namun ia tidak dapat melihat dengan jelas wajah Erina karena Erina memakai hijab pasmina dengan model layer. Sehingga layernya menutupi pipi sebelah kanannya.
"Dasar wanita. Di mana-mana bikin ribet." Batinnya.
Setelah sekitar satu jam lebih Erina membaca novel, akhirnya ia pun merasa ngantuk. Erina bersandar di kursinya lalu tertidur begitu saja. Bahkan tanpa sadar, kepala Erina menyender pada lengan kiri laki-laki di sampingnya. Laki-laki tersebut kebetulan juga sudah tertidur. Namun beberapa saat kemudian, Laki-laki itu terbangun karena mendengar suara sesuatu yang terjatuh. Ternyata buku novel yang dipegang Erina jatuh. Kepala Erina nampak sangat nyaman bersandar di lengannya. Laki-laki tersebut bingung mau bertindak. Biasanya ia akan langsung menyingkirkan kepala orang yang menyender di bahunya karena merasa tidak nyaman. Namun entah kenapa kali ini hatinya cukup baik untuk tetap membiarkannya. Bahkan dengan rasa penasarannya, ia mencoba untuk mengintip wajah perempuan itu dengan memiringkan wajahnya. Sayangnya yang dapat ia lihat hanya bibir Erina.
"Astaga... " ucapnya tanpa sadar.
Suaranya membuat Erina terbangun. Laki-laki itu pun pura-pura memejamkan mata dan menutup kembali wajahnya dengan topi. Erina mengucek matanya dan menoleh ke samping kanannya.
"Astaghfirullah, dari tadi aku tidur di... " Erina menutup mulutnya dengan tangannya.
"Aduh... malu-maluin saja. Jangan sampai orangnya tahu. Kalau sampai istrinya nih orang tahu, ntar aku dikira pelakor. Ih serem. Maafkan aku ya Allah. Aku tidak sengaja." Batinnya.
Siena mengambil bukunya yang jatuh kemudian ia bersandar miring ke jendela sambil membaca novelnya kembali. Entah sampai part ke berapa yang ia baca, namun saat ini ia hanya bisa menangis karena terhanyut dengan ceritanya.
"Sreg... sreg... " Hidung Erina berair karena menangis.
Laki-laki di sampingnya hanya bisa menggelengkan kepala sambil memberikan tisu kepada Erina. Erina pun mengambil tisu itu tanpa melihat orangnya.
"Terima kasih." Ucapnya.
"Hem."
"Perasaan dari tadi jawabnya cuma Hem doang nih orang. Lagi sariawan apa memang jaga sikap. " Batinnya.
Tidak lama kemudian, pramugari mengantarkan makan malam untuk penumpang.
"Terima kasih." Ucap laki-laki tersebut.
"Sama-sama, kak."
"Yang ini untuk istrinya, kak."
"Bu-bukan... saya bukan istrinya, hehe... " Sahut Erina seraya menerima makanan tersebut.
"Oh bukan ya. Soalnya tadi mbaknya nyenyak banget tidur bersandar di lengan kakaknya. Maaf kalau saya salah."
"Oh tidak.. pramugari ini terlalu jujur. " Batin Erina.
Laki-laki itu pun menoleh pada Erina.
"Ma-maaf... tadi tidak sengaja." Ujar Erina sambil tersenyum kaku namun tak melihat orangnya.
"Ehem... bisakah kalau ngomong itu lihat orangnya." Sergahnya.
Erina pun langsung mendongak.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga kalian berdua segera saling membuka hati, apalagi kedua ortu kalian dah memaksa kalian untuk tinggal bersama ?? Hayo kita semua dah siap nungguin kalian berdua belah duren 🤣🤣🤣🤩🤩🤩🙏