Pelacur Cantik Di Tubuh Istri Sampah

Waktu terus berputar, hampir satu minggu sudah Clara menjabat sebagai CEO dari perusahaan milik papa mertuanya yang sudah dia ganti nama menjadi Perusahaan Claver Corp.

Dengan otak cerdasnya, Clara berhasil menemukan banyak kecurangan yang telah dilakukan Alvin. Tidak hanya menggelapkan dana tapi juga penyalahgunaan kekuasaan untuk memanipulasi banyak proyek besar.

Hasil audit yang telah tim lakukan memberikan bukti kuat untuk meneruskan kasus ini ke meja hijau. Beberapa petinggi perusahaan yang membantu Alvin melakukan kejahatannya sudah Clara laporkan ke polisi. Tetapi hingga saat ini Clara masih membebaskan Alvin. Bahkan pernikahan kedua suaminya akan digelar besok pagi di rumah yang mereka tempati.

Rumah mewah berlantai dua itu telah disulap sedemikian rupa oleh pihak EO yang disewa Nyonya Rossa sehingga terlihat indah untuk acara resepsi pernikahan kedua Alvin. Ya, mereka hanya mampu mengadakan pesta di rumah bukan di ballroom hotel mewah seperti impian Alice sang pelakor. Clara membiarkan saja apa yang mereka lakukan.

Tapi dibalik keterdiaman Clara sudah tersusun rapi rencana yang akan menjadi hadiah kejutan untuk Alvin.

Pagi ini, Clara tampil secara maksimal. Dengan uang semua terasa mudah dilakukan, perawatan mahal yang dilakukan Clara secara rutin telah memberikan hasil. Kulitnya sudah tidak sekusam dahulu meskipun belum bisa dikatakan mulus, begitupun dengan wajahnya.

Raga Clara yang sekarang sudah hampir serupa dengan raga Clara yang mati. Bagai pinang dibelah dua, tapi dengan usia berbeda.

Menurut pengakuan jiwa Clara sebelum menghilang, umurnya baru 20 tahun. Itu artinya selisih 5 tahun dengan umur Clara yang raganya telah hancur. Sekarang Clara hanya ada satu yaitu istri Alvin.

"Sepertinya suamiku ini tidak sabar menikahi pelacur ini, aku salut dengan perjuangan kalian mengadakan pesta."

"Tolong kali ini saja jangan buat masalah, biarkan aku menikahi Alice karena dia telah mengandung darah dagingku." Ucap tegas Alvin.

"Ya... Ya... Ya... Jangan khawatir, aku tidak akan mengacau. Justru aku akan berikan hadiah untukmu."

"Alvin... Ayo sayang kita ke depan, penghulu sudah menunggu kita. Kamu wanita miskin tunggu saja setelah aku sah menjadi istri Alvin, akan ku rebut kembali harta milik kami." Ucap Alice.

Clara hanya tersenyum miring mendengar omong kosong pelakor murahan itu. Dengan langkah anggun, Clara ikut memasuki tempat untuk ijab kabul.

Meskipun hanya diadakan di halaman rumah, tapi pesta ini masih terhitung ramai karena dihadiri oleh teman-teman sosialita Nyonya Rossa.

"Mari calon pengantin pria duduk di hadapan saya." Ucap penghulu.

Clara ikut duduk di samping Alvin, jika Alice di samping kiri maka Clara di samping sebelah kanan. Tersenyum penuh arti.

"Sudah siap?" Tanya ulang penghulu.

"Maaf... Sebelumnya bolehkah saya bertanya pak penghulu?" Tanya Clara dengan wajah yang polos dan lugu.

"Silahkan, kalau boleh tahu Anda ini siapa?" Tanya balik penghulu.

"Perkenalkan nama saya Clara, istri Alvin yang pertama yang sah dimata hukum dan negara." Jawabnya.

"Clara, jangan buat ulah sekarang."

Alvin nampak mengetatkan rahang karena sudah yakin istri pertamanya akan mengganggu acara pernikahan keduanya ini. Tapi Clara enggan peduli, dia tersenyum tapi menampilkan wajah sendu.

"Jika seorang suami menikah lagi tapi istri pertama tidak memberikan ijin apa pernikahan tetap dilangsungkan?" Tanya Clara seolah tidak mengerti.

"Tentu saja pernikahannya tidak sah."

"CLARA... APA-APAAN KAMU INI." Teriak Alice yang tidak terima dengan tindakan Clara yang dinilai sengaja ingin membatalkan acara pernikahannya.

"Tolong jangan buat keributan Clara." Pinta Alvin dengan wajah tegang.

"Jadi bagaimana pak penghulu, masalahnya suami saya ini memaksa menikah dengan wanita simpanannya meskipun saya tidak mengijinkan." Ucap Clara lagi.

Riuh sudah suasana pernikahan, banyak orang berlomba-lomba mengabadikan momen pernikahan kedua pria dengan selingkuhannya yang dihadiri istri pertamanya yang tidak memberi ijin. Bahkan ada yang sengaja menyiarkan secara live.

"Jika seperti itu, pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan. Saya sebagai penghulu tentu mengikuti aturan yang berlaku di negara ini." Ucapnya.

"Jika ingin poligami, harus ada ijin dari istri pertama. Kalau tidak, pernikahan tidak sah. Istri pertama berhak menuntut suami dan istri kedua dengan pasal perselingkuhan."

"Kalau begitu, semua tamu undangan bisa menjadi saksi. Saya Clara istri pertama tidak memberikan ijin pada suami untuk berpoligami." Lantangnya.

"Dan aku akan menuntut kalian."

"Tunggu Clara, aku mohon ijinkan aku menikahi Alice karena pertanggungjawaban terhadap kandungannya. Kamu boleh minta apa saja, asal kamu setuju aku menikah lagi." Ucap Alvin.

Tepat sasaran, Clara tersenyum tipis tanpa seorang pun yang melihat. Tujuannya sudah tercapai, kalimat yang ditunggu akhirnya terucap dengan sendirinya tanpa dia harus memaksakan keadaan.

"Baiklah, aku akan mengijinkanmu menikah dengan beberapa syarat. Dan tentunya hitam di atas putih dengan saksi bapak penghulu dan seluruh tamu undangan." Ucap Clara tegas.

"Katakanlah, aku tidak akan ingkar."

"Setelah kamu mengucapkan ijab kabul untuk kedua kali dengan wanita lain, maka jatuhkan talak untukku." Ucap Clara membuat Alice senang.

"Dasar perempuan miskin yang bodoh, jika dia ditalak artinya aku menjadi satu-satunya istri Alvin."

"Syarat kedua, setelah talak jatuh padaku. Artinya kita sudah bercerai secara agama, jadi permudah urusan pengadilan. Ketiga, kamu dan istrimu keluar dari rumah ini karena sudah menjadi milikku. Tidak ada perdebatan harta gono gini lagi."

"Urusan penggelapan dana perusahaan aku akan tetap menuntut menggantinya hingga lunas. Jika kamu setuju, silahkan lanjutkan ijab kabulnya. Aku juga sudah menyiapkan surat pernyataan darimu di atas materai." Ucap Clara.

"Kamu licik Clara." Ucap Alvin.

"TIDAK JANGAN TANDA TANGAN ALVIN." Teriak Nyonya Rossa. Dia sengaja menjebak kalian, jangan mau dibodohi."

"Terserah saja, aku tidak rugi di sini. Jika tidak mau tanda tangan, acara ini bisa dibubarkan. Dan tentu saja bayi itu akan lahir sebagai anak haram." Ucap Clara memprovokasi Alvin.

"Aku tidak mau Alvin, kamu harus tetap menikahiku. Kita bisa cari cara untuk merebut kembali harta milikmu itu." Ucap Alice.

"Kalian bertiga bisa berunding, aku beri waktu 30 menit saja. Jika waktu habis, maka semua keputusan tidak bisa ditarik ulang."

Bisik-bisik terdengar sumbang di telinga Nyonya Rossa, tentu saja kejadian seperti ini tidak pernah dia duga. Clara menantu dan istri sampah yang selama ini dipandang remeh ternyata bernyali besar.

"Alvin, mama tidak rela jika semua harta milik almarhum papa kamu dikuasai oleh Clara." Ucapnya.

"Tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa, mama juga sudah dengan kata pak Ferdy jika semua surat telah legal atas nama Clara. Papa tidak pernah terpaksa melakukan semua itu. Artinya kita memang kalah." Ucap Alvin.

"Tapi aku tidak mau hidup miskin Alvin, percuma dong aku mengandung anakmu tapi hidupku terlantar."

"Ya sudah aku batalkan saja niatku menikahimu. Pulanglah, jangan pernah lagi menuntut aku bertanggung jawab."

"Tidak bisa begitu Alvin, bagaimanapun juga bayi yang dikandung Alice adalah cucu mama. Penerus keluarga Aditya. Kamu harus tetap menikahinya."

"Waktu telah habis, keputusan ada di tanganmu Alvin. Hitungan ketiga aku ingin kamu mengatakan dengan lantang di hadapan para tamu."

"Aku akan menikahi Alice, karena bayi itu lebih penting daripada harta. Tapi aku akan kembali untuk merebut yang seharusnya menjadi milikku. Sampai kapan pun aku berhak atas harta warisan papaku."