NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Reinkarnasi / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

Noura mati dibunuh suaminya dan diberi kesempatan hidup kembali ke-3 tahun yang lalu. Dalam kehidupannya yang kedua, Noura bertekad untuk membalaskan dendam pada suaminya yang suka berselingkuh, kdrt, dan membunuhnya.

Dalam rencana balas dendamnya, bagaimana jika Noura menemukan sesuatu yang gila pada mertuanya sendiri?

"Aah.. Noura." Geraman pria itu menggema di kamarnya. Pria itu adalah Zayn, mertua Noura yang sering menyelesaikan kebutuhan diri sambil menyebut nama menantu wanitanya.

"Kenapa dia melakukan itu sambil menyebut namaku..?" Noura harus dihadapkan mertua gilanya yang sudah duda. "Anaknya gila.. ayahnya juga lebih gila, eh tapi.. besar juga ya kalau dilihat-lihat."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Uh, basah

Air mata Noura mengalir tanpa henti, membasahi wajahnya yang merah padam. Nafasnya terasa tersumbat oleh emosi yang bergemuruh di dalam hatinya.

Dalam kebingungannya, tangan Noura gemetar mencoba meraih pundak Zayn, memohon agar dia berhenti sejenak.

Tetapi, bukannya mereda, Zayn malah semakin memperdalam ciumannya.

Ciuman itu begitu intens, seolah membawa Noura ke dunia yang tak pernah dia bayangkan.

Perlahan, pagutan intens itu berubah menjadi kelembutan yang menyelimuti mereka.

Sentuhannya terasa panas, namun menenangkan. Noura tenggelam dalam perasaan yang asing, namun begitu memikat.

Sebelumnya, Noura tidak pernah merasakan ciuman seperti ini—lembut, mendalam, dan penuh dengan emosi yang membuatnya merasa hidup untuk pertama kalinya.

Jemari Zayn meraih tangan Noura dengan perlahan, menggenggamnya seakan ingin meyakinkannya bahwa dia aman.

Jari-jari pria itu hangat, dan genggamannya kuat, penuh kelembutan.

Setelah beberapa saat.. Zayn akhirnya melepaskan ciuman itu, membiarkan nafas mereka bergema di ruangan yang sunyi.

Suara nafasnya, yang berat namun menenangkan, menggema di telinga Noura. “Aku tidak akan ke mana-mana, Noura,” bisiknya dengan suara serak.

Kata-kata itu mengguncang hati Noura, membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Tanpa sadar, tubuh Noura mendekat, memeluk Zayn erat-erat. Air matanya masih mengalir, tetapi kali ini bukan karena kesedihan, melainkan kelegaan.

Zayn mengelus kepalanya dengan lembut, jemarinya menyusuri helai-helai rambut Noura dengan penuh kasih sayang.

“Selamat malam, Noura,” ucapnya, suaranya seakan menjadi penghantar tidur yang menenangkan.

Noura memejamkan matanya perlahan, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan pelukan Zayn.

...***...

Pagi hari..

Sinar matahari mulai menembus tirai jendela, menyinari ruangan yang kini terasa begitu hangat dan damai.

Noura masih terlelap di pelukan Zayn, tubuhnya tenggelam dalam kenyamanan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Ketika Noura mulai terbangun dan membuka matanya perlahan, kenyataan menyerangnya seperti gelombang yang menghantam keras.

Noura terkesiap saat melihat tangan Zayn melingkar di pinggangnya. Dengan panik Noura langsung menyingkirkan tangan itu dengan perlahan, berusaha tidak membangunkan pria di sampingnya.

Sambil menenangkan nafasnya yang masih tersengal, Noura bergumam pelan,

"Aku benar-benar... ciuman dengan mertuaku sendiri." Tangannya terangkat, menyentuh bibirnya yang masih terasa hangat seolah jejak Zayn belum sepenuhnya menghilang.

Sebelum Noura bisa lebih jauh memproses pikirannya, suara gerakan Zayn membuatnya tersentak.

Zayn mulai bangun, meregangkan tubuhnya sebelum mengusap matanya dengan santai.

Pandangan pria itu jatuh pada Noura yang tampak tegang di sudut ranjang.

"Bagaimana tidurmu, Noura?" Tanyanya dengan suara serak, penuh ketenangan.

"Aku... aku baik," jawab Noura cepat, berusaha mengalihkan pandangannya.

Noura tertawa kecil, mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Maaf, Daddy. Semalam aku terbawa suasana. Tolong... anggap ciuman itu tidak pernah terjadi, ya."

Mendengar hal itu, raut wajah Zayn berubah dingin. Rahangnya mengeras, dan dalam sekejap, ia meraih leher Noura dengan sedikit kasar, membuat wanita itu terkesiap.

"Kamu pikir aku bisa melupakan hal itu begitu saja?" Suaranya tegas, penuh dengan rasa kesal yang terpendam.

Noura hampir tidak bisa bernafas, tubuhnya menegang di bawah genggaman Zayn.

Pria itu mendekat, wajahnya semakin mendominasi pandangan Noura. "Itu sepele bagimu, ya? Tapi kemarin... kamu terlihat menikmatinya."

Wajah Noura memerah. Wanita itu ingin membantah, tetapi lidahnya terasa kelu. Pandangan Zayn yang tajam membuatnya terdiam.

Perlahan, Zayn menyelipkan rambut Noura ke belakang telinganya, jemarinya menyentuh kulitnya dengan lembut.

"Jangan bohong pada dirimu sendiri, Noura." Bisik Zayn sebelum mendekat untuk mencium bibir Noura sekali lagi.

Ciuman itu singkat, tetapi tetap terasa intens. Namun kali ini, Noura menggigit bibir Zayn dengan keras hingga berdarah.

"Ack!"

Zayn mundur dengan erangan kesakitan, bibirnya mengeluarkan darah segar. Dia menatap Noura dengan ekspresi kesal.

"Aku peringatkan, Daddy," suara Noura bergetar. "Jangan pernah bahas dan melakukan hal itu lagi. Ini salah! Sangat salah!"

Zayn terkekeh kecil, ekspresinya kembali santai meskipun matanya tetap berkilat penuh emosi.

"Entahlah, Noura. Aku lebih suka kamu yang seperti tadi malam. Bagaimana aku bisa membuat sisi itu keluar lagi?"

"Daddy benar-benar gila!" seru Noura, suaranya semakin tinggi. "Aku sudah punya suami! Dan dia... dia adalah anakmu sendiri!"

Zayn mendekat lagi, senyum sinis menghiasi wajahnya. "Kalau kamu begitu menyayangi suamimu, kamu tidak akan berada di sini bersamaku, Noura. Berapa kali kita tidur sekamar, hm?"

Plak!

Tamparan Noura mendarat keras di pipi Zayn, membuat ruangan itu terasa membeku sejenak.

"Keluar dari sini, Daddy!" Seru Noura seraya menunjuk pintu kamar dengan tegas. Suaranya penuh dengan kemarahan dan kepedihan.

Zayn menyeringai, mengusap pipinya yang memerah. "Haha, akhirnya aku diusir lagi," gumamnya sambil melangkah menjauh.

Sebelum meninggalkan kamar, Zayn berhenti sejenak di depan pintu yang sedikit rusak karena insiden semalam.

"Aku akan memanggil orang untuk memperbaiki pintu ini," ucapnya santai sebelum benar-benar pergi meninggalkan Noura yang masih terguncang.

Setelah ditinggalkan Zayn, Noura menghempaskan dirinya ke atas tempat tidur. Wajahnya tenggelam dalam bantal, berusaha meredam teriakannya.

"Sepertinya kehidupanku akan jauh lebih sulit," gumamnya sambil menghela napas panjang.

"Aku harus cari kelas bela diri. Aku nggak bisa terus seperti ini. Selain untuk Darrel, aku juga harus menjaga diri dari si tua bangka itu!"  Tekad Noura untuk bertahan hidup.

Beberapa saat kemudian, setelah membereskan kamar, Noura turun ke ruang makan.

Rumah terasa sepi, seperti biasanya. Di meja makan, ia melihat sepotong roti dan telur rebus, lengkap dengan secarik catatan yang tertulis rapi.

Makan ini sebelum kamu pergi. Jangan lupa menjenguk Darrel.

- Zayn

Noura menghela nafasnya. "Lagi-lagi aku harus bertemu dia," gumamnya, mengambil roti itu dengan malas.

Tidak lama setelah itu, Noura sudah berada di rumah sakit, berdiri di depan kamar Darrel.

"Aku harap dia tidak menyusahkanku." Gumamnya sebelum membuka pintu, Noura mendengar suara wanita dari dalam kamar.

Pintu yang sedikit terbuka membuatnya bisa mengintip. Seorang wanita berambut hitam lurus, mengenakan pakaian minim, tampak sedang menyuapi Darrel dengan mangkuk di tangannya.

"Aku mau ayamnya dong~" Pinta Darrel dengan manja.

“Sabar ya, Darrel. Nih, aku kasih ayamnya ya,” balas wanita itu sambil menyuapi Darrel.

Darrel, yang tampak gugup, hanya tertawa kecil. Melihat itu, darah Noura sengaja membuka pintu dengan keras, membuat wanita itu dan Darrel terkejut.

“Ah, halo, Noura!” Sapa wanita itu dengan senyum ceria, seolah tidak ada yang salah.

Noura tau persis siapa dia. Wanita itu bernama Mia, teman kuliahnya sekaligus selingkuhan Darrel di masa lalu.

Bibir merah segar dan sikap ganjennya tidak pernah berubah.

“Harus banget disuapin? Kan tangannya tidak sakit.” Sindir Noura dengan nada tajam, menatap Mia penuh kebencian.

Mia tersenyum manis. “Aku cuman mau bantu aja, kok. Darrel pasti masih lemas.”

“Iya, Noura. Aku memang lemas sekali,” timpal Darrel dengan nada manja, membuat Noura memutar matanya.

“Terserah kalian saja,” sahut Noura dengan ketus. Ia berbalik hendak pergi. “Hei, Mia,” panggilnya tanpa menoleh. “Suapi dia sampai kenyang. Aku ada urusan.”

Noura meninggalkan kamar itu dengan langkah tegas, tetapi baru beberapa langkah, Mia mengejarnya.

“Tunggu, Noura!” Panggil Mia sambil menarik tangan Noura.

“Ada apa lagi?” Tanya Noura dingin, menepis tangan Mia.

“Kamu kelihatannya marah banget. Maaf ya,” kata Mia dengan nada sok polos, senyum tipis di wajahnya. “Aku benar-benar cuman mau bantu Darrel. Aku nggak bermaksud apa-apa.”

Mia lalu kembali menggenggam tangan Noura secara tiba-tiba.

“Lepaskan tanganku!” Gertak Noura, menarik tangannya dari genggaman Mia.

Namun, tiba-tiba Mia jatuh sendiri ke lantai. “Ah!” Pekiknya, membuat perhatian orang-orang sekitar tertuju pada mereka.

Mia mulai menangis, mengusap-usap lututnya yang tidak terluka. “Aku cuman mau minta maaf, kenapa Noura malah mendorongku. Kenapa kamu seperti ini ke aku?” Isaknya dengan nada menyayat.

“Aku sama sekali tidak mendorongmu, Mia,” tegas Noura, mencoba membela diri.

Tetapi, Mia tidak berhenti. “Aku tau kalau Aku pantas dibully dari dulu! Sampai sekarang pun aku masih dibully sama kamu..” Katanya, mencoba menarik simpati orang-orang di sekitar.

Noura menghela nafas panjang, berusaha menahan emosinya. Ia tau betul ini semua hanyalah drama Mia.

Masa lalu kembali teringat—bagaimana Mia pernah mempermalukannya, menyudutkannya di depan semua orang.

Mia memang selalu mengaku-ngaku menjadi korban bully untuk menarik simpati orang lain.

Namun kali ini, Noura tidak mau kalah. Ia mengambil gelas air yang ada di dekat seorang pria yang sedang minum, lalu menuangkannya ke kepala Mia yang masih duduk di lantai.

“Ini baru yang namanya bully, Mia.” Kata Noura dingin, menatap Mia dengan penuh kekesalan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!