Suami Kedua Pilihan Mertua (Setelah Ditalak)

Raja berlarian di sepanjang lorong rumah sakit dengan penuh kecemasan, baginya Jasmin bukan sekedar ibu tiri. Jasmin menikah dengan Ayah nya di usianya yang ke 18 tahun, hampir 14 tahun dia tinggal bersama Jasmin sebagai keluarga.

“Bang! Disini!“ seorang wanita memanggil Raja, dia adalah anak tiri Jasmin dari mantan suaminya yang kedua setelah Bram.

Ayah Raja adalah suami Mama Jasmin yang ketiga, dari suami kedua Mama Jasmin tak mempunyai anak. Begitu pun dengan Ayah Raja, tak ada anak dalam pernikahan.

“Gimana keadaan Mama?“ Raja menatap pintu IGD.

“Permisi...“ dengan wajah khawatir Bram menghampiri Raja.

“Bang, katanya dia mantan suami Mama. Mantan suami pertama... namanya Pak Bram.“

“Bram...“ pria dengan penampilan sederhana itu mengulurkan tangan ke arah Raja.

Raja menyambutnya. “Saya Raja. Apa Anda yang membawa Mama saya ke rumah sakit?“

"Iya, kami tak sengaja bertemu di swalayan. Saat kami masih berbincang, Jasmin memegang dada nya terlihat kesakitan lalu dia tak sadarkan diri.“

“Terima kasih sudah membawa ibu saya ke rumah sakit.“

Bram mengangguk kecil.

Pintu IGD terbuka, Dokter keluar seraya membuka masker di wajah. “Untung saja pasien dibawa secepatnya untuk mendapatkan pertolongan, kalau terlambat sedikit saja nyawa pasien akan terancam. Pasien mengalami serangan jantung mendadak, sekarang sudah baik-baik saja.“

“Terima kasih, Dok.“

"Sama-sama, silahkan urus rawat inap nya karena pasien harus di observasi."

Tak lama tubuh Mama Jasmin di dorong di atas brankar, akan dipindahkan ke ruang rawat inap.

Raja memesan kamar VVIP, saat pemindahan Raja ditemani mantan anak tiri Jasmin bernama Melody. Bahkan Bram masih belum pergi karena khawatir pada Jasmin.

“Pak Bram tidak perlu menunggui Mama saya, silahkan pergi. Sekali lagi terima kasih banyak sudah membawa Mama tepat waktu ke rumah sakit, saya berhutang pada Anda.“

Bram masih ingin tinggal, namun ia paham dirinya tak ada hubungan apapun lagi dengan Jasmin. “Bisakah kabari saya, kalau Jasmin sudah siuman. Hanya kabari kalau dia baik-baik saja..."

“Baiklah, nomer Anda.“

Bram membuka ponselnya yang tak seberapa mahal, ia sudah lama hidup dalam kesederhanaan karena ia tak sekuat dulu untuk bekerja di perusahaan dan hanya membuka bengkel kecil-kecilan untuk menyambung hidup sehari-hari. Setelah berpisah dari Melati, Bram tidak pernah menikah kembali dan lebih banyak menyesali perbuatannya pada Jasmin.

Selesai pertukaran nomor telepon, Bram pun pamit pergi. Ia sempat mengingat plat nomer mobil Melati, ia akan menyelidiki plat nomer itu untuk menemukan Melati.

Melody mendekati Raja, wajahnya tampak masam. “Bang... Abang nggak tau kalau Pak Bram mengkhianati Mama Jasmin? Kok Abang ramah sama dia, kasih nomer lagi.“

Raja duduk di samping brankar Mama Jasmin terbaring, “Aku tidak berhak mencampuri masalah Mama, biarkan Mama yang mengurusnya setelah Mama siuman.“

“Tapi selama ini Mama nggak pernah sakit kayak gini, setelah bertemu Pak Bram Mama malah drop kayak gini. Aku duga ada sesuatu yang tejadi... Abang harus selidiki.“

Raja menghela nafas pelan, “Oke.“

“Abang tadi di perusahaan?“

Raja menggeleng, “Lagi ada urusan penting diluar.“

“Tadi pagi pas aku telepon Mama, katanya Abang lagi dekat sama perempuan. Calon kakak iparku, ya? Apa dia tahu kalau Abang__“

“Dia tahu aku mandul, tapi hubungan ku sama dia masih belum tentu. Bahkan Abang belum memulai pendekatan...“

Melody duduk di seberang Raja, “Selama ini setelah Abang bercerai dari Mbak Andin, Abang kan sering berobat ke berbagai Dokter bahkan ke luar negeri. Aku yakin Abang sekarang sehat, Bang Raja bisa punya anak. Siapa wanita itu... biar aku yang bicara sama dia biar dia menerima Abang.“

Raja menggeleng, namun ia tersenyum tipis. “Jangan urusi hidup Abang terus, usia mu udah 25 tahun... sudah waktunya nikah. Katanya mau ngenalin Abang sama dia, kapan?“

“Dia sulit di dapatkan, apa aku nyerah aja ya? Huff! Dokter menyebalkan!“

“Dokter?“

“Abang juga kenal dia..."

“Siapa?“

“Dokter Adam.“

Mata Raja menyipit tajam, “Dia sudah punya wanita yang dia suka, kamu nyerah aja.“

Bibir Melody cemberut, “Apa perempuan itu Dokter Anggun?“

“Dokter Anggun? Apa wanita yang semalam?“

Mata Melody melebar, “Abang sudah kenal Dokter Anggun? Gimana menurut Bang Raja, cantikan aku apa Dokter Anggun?“

“Jelas saja cantikan__“ Raja menjeda kata-kata nya, ia tersenyum saat membayangkan wajah Embun. “Cantikan Embun.“

“Embun? Ah! Perempuan yang lagi dekat sama Abang! Jadi namanya Embun! Wow! Abang beneran jatuh cinta sama dia! Ini harus dirayakan...!" Melody berteriak senang karena akhirnya Raja menemukan tambatan hati baru setelah lama bercerai.

“Jangan heboh!“ Raja berdecak ringan.

“Aku mau ketemu dia! Ayo kenalin!“

“Belum waktunya.“

“Yahhhhh....“ Wajah Melody berubah kecewa.

Raja menatap Melody, bagaimana respon Melody jika tau Embun adalah perempuan yang sebenarnya dicintai Adam, laki-laki yang wanita itu incar?

•

Di panti asuhan, Adam masuk dengan membawa paper bag di kedua tangan. Namun saat ia melangkah melewati pintu panti, suara seseorang memanggil nya.

Mengenali suara wanita yang memanggil namanya, Adam sontak menghentikan langkah. Ia menatap wanita yang berdiri di hadapan nya dengan kondisi berantakan, wajah dan pakaian wanita itu penuh dengan cat lukisan.

Dokter Anggun?