"Apa kabar, istriku? I’m back, Sanaya Sastra."
Suara dingin pria dari balik telepon membuat tubuh Naya membeku.
Ilham Adinata.
Tangannya refleks menahan perut yang sedikit membuncit. Dosen muda yang dulu memaksa menikahinya, menghancurkan hidupnya, hingga membuatnya hamil… kini kembali setelah bebas dari penjara.
Padahal belum ada seumur jagung pria itu ditahan.
Naya tahu, pria itu tidak akan pernah berhenti. Ia bisa lari sejauh apa pun, tapi bayangan Ilham selalu menemukan jalannya.
Bagaimana ia melindungi dirinya… dan bayi yang belum lahir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Regazz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Tamu tidak di undang
Bab 21 Tamu tidak di undang
Azzam termenung di dalam kamarnya. Ia merutuki kebodohan dirinya. Ia menarik rambutnya dengan kedua tangan dengan kuat.
"Kenapa aku jadi begini?!"
Bayangan wajah ketakutan Naya masih berputar-putar di otaknya.
Ia segera mengambil ponselnya dan mulai mengirim pesan pada Naya. Namun, tidak dibaca olehnya.
"Ya Allah, maafin aku Nay..." bisiknya begitu gelisah sekali.
"Kenapa aku jadi begini sih?!"
Keesokan harinya, Azzam menunggu Naya di area parkiran motor. Ia sengaja datang lebih awal agar bisa bertemu dengan Naya disana.
Tak lama, Naya pun datang. Mereka saling tatap. Setelah turun Naya langsung pergi.
Tapi, tangannya dicegat oleh Azzam.
"Lepasin, Zam!"
"Aku mau minta maaf, Nay." pinta Azzam dengan raut wajah sedih.
Naya segera menarik tangannya, "sudah aku maafin " ia berjalan kembali.
Kembali Azzam menahan tangannya, "Naya, aku mohon jangan begini."
Naya menatap Azzam tajam dari balik cadarnya, "Zam, aku mau masuk kelas." Ia menarik tangannya dengan keras dan menghempaskan tangan Azzam dengan kasar.
Ia pergi meninggalkan Azzam dengan cepat. Mereka kini bahkan menjadi bahan omongan beberapa mahasiswa yang masih berada di parkiran tersebut.
•••
Naya hanya diam sepanjang kelas, Hayu yang melihat itu jadi curiga. Namun, ia enggan menanyakannya, berharap Naya akan bercerita pada dirinya.
Meski, ia nampak murung. Naya bersyukur hari ini ia tak harus melihat wajah Ilham.
Namun, ia juga merasa aneh kenapa Ilham tidak mengajar hari ini?
Rindu?
Bukan.
Tapi, hanya penasaran.
Suasana di perpustakaan sangat sepi seperti biasa. Naya dan Hayu sedang membaca buku di dalam perpustakaan. Berbeda dengan hayu yang sibuk membaca sembari mencatat. Naya hanya duduk termenung menatap kearah luar jendela yang kini sedang turun hujan rintik-rintik.
Ia melamun.
"Nay!" Tegur Hayu pelan.
Dan benar saja, Naya langsung tersentak kaget. Hayu tersenyum.
"Melamunin apa sih?" tanya Hayu.
"Gak apa-apa ko, Yu."
"Kita temen atau bukan sih, Nay?"
Naya langsung mengerti menatap heran Hayu.
"Lah, kita kan memang teman."
"Trus, kenapa kalau ada masalah kamu gak mau cerita? Apa mulut aku ember banget, ya? Atau kamu yang gak anggap aku teman?" raut wajah Hayu nampak kecewa saat mengatakan itu.
Naya terdiam menatap Hayu dalam. Gerimis yang awalnya pelan kini berubah menjadi lebih deras. Beruntung hari ini jadwal kelas mereka kosong, karna Dosen yang berhalangan hadir.
"Jangan bilang aku gak merhatiin kamu, Nay. Kamu yang tiba-tiba aja gelisah saat di kelas. Kamu yang sering melamun. Kamu bisa cerita sama aku, Nay. Jangan di pendam sendirian. Kamu kan sedang hamil." ucap Hayu menggenggam kedua tangan Naya.
Naya diam sebentar. Ia bingung harus menceritakan semuanya pada Hayu atau tidak.
"Aku boleh peluk kamu, nggak?" tanya Naya.
Hayu mengangguk tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya.
Naya memeluk dirinya dengan begitu erat sekali. Bahkan, di tengah derasnya hujan ia bisa mendengar isak tangis Naya yang memilukan.
Masalah apa yang menimpa Naya sebenarnya.
Hingga akhirnya, Naya pun menceritakannya semua.
"Sebenarnya Yu, bapak dari anak dalam kandungan aku tidak berada di luar negeri, kayak yang aku cerita selama ini." kata Naya.
Hayu shock, "trus?"
"Dia ada disini, dia ada di kampus ini juga."
"Apa?! Siapa laki-laki yang nggak bertanggung jawab itu, Nay. Biar aku labrak dia!" Hayu mulai emosi. Naya tersenyum tipis, pasti Hayu mengira dirinya hamil diluar nikah.
"Kami sudah menikah kok." ucap Naya dan ia menceritakan semuanya secara detail tanpa satupun yang terlewatkan.
Hayu yang mendengarkan sambil memakan bakso bakar pun ikut terperangah mendengar cerita Naya yang begitu menyedihkan sekaligus bikin merinding.
"Astaga Nay, aku nggak nyangka jika Pak Il..." sebelum Hayu menyebut nama Ilham, Naya langsung membekap mulut Hayu.
Hayu langsung sadar dan mengangguk paham.
"Aku janji rahasia kamu aman kok." ucap Hayu.
"Makasih, Yu. Sekarang hati aku lebih lega setelah cerita sama kamu."
Hayu memengang kedua pundak Naya, "kamu perempuan yang kuat, Nay. Sekarang rencana kamu apa?"
"Entahlah, aku gak tau." nada bicara Naya kembali muram.
"Kita lapor polisi aja, Nay."
"Jangan! Percuma. "
"Oh iya, kamu benar. Hukum di negara ini lebih runcing ke bawah."
"Atau aku berhenti kuliah aja ya?" tanya Naya. Sudah lama ia memikirkan ide ini. Namun, ia masih maju mundur. Ia kembali mengelus perutnya yang terkadang merasa kram.
•••
Disisi lain, jauh di luar Ibukota Jakarta. Terlihat seorang wanita paruh baya sedang menyiapkan sarapan dibantu oleh kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP. Yaitu, Andi dan Aila.
Mereka sudah siap dengan pakaian seragam sekolah mereka.
"Ibu, libur semester ini Kak Naya pulang kan, Bu?" tanya Aila yang duduk di bangku SMP kelas 3.
"Gak tau, Aila. Lagian kakakmu kan sedang hamil, pasti capek naik bus sepanjang malam apalgi sendirian." ujar Ibu Yanti.
Wajah Aila jadi murung.
"Gimana kalau kita yang kesana, Bu?" saran Andi.
"...udah lama kita nggak ke Jakarta juga, Bu."
Ibu Yanti menatap kedua anaknya penuh harap. "Insyaallah, ya nak. Ibu gak bisa janji kan kalian tau sendiri uang hasil panen belum diberikan pada kita." kata Ibu Yanti.
"Yeeee!" seru mereka berdua begitu senang sekali.
Tok...Tok...Tok...
Ada sebuah ketukan pintu. Mereka saling pandang. Siapa gerangan pagi-pagi begini malah bertamu?
Ibu Yanti ingin bangkit, namun dicegat oleh Andi. "Biar aku aja, Bu."
Andi langsung pergi dengan cepat. Ia langsung membuka pintu.
Sosok bertubuh tinggi tegap, berwajah tampan dan tatapan tajam menatap dirinya.
"Selamat pagi..." sapanya dengan senyuman menyeringai.
"Siapa yang datang Andi?" tanya Ibu Yanti dan kaget saat melihat siapa yang berdiri di ambang pintu.
Tubuhnya yang besar bahkan bisa menghalangi cahaya yang masuk kedalam rumah tersebut.
"Kamu!" kagetnya seperti melihat mayat kembali hidup.
"Apa kabar Ibu mertua?"
To be continue...
aku tunggu up nya dari pagi maa Syaa Allah 🤭 sampai malam ini blm muncul 😁
kira-kira itu pak dosen gila ngapain krmh ibu Yanti 🤔