Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Zakia Pergi Gus Kais Meradang.
"Memangnya tadi Umi ngak nanya Kia kemana? ujar Gus Kais nafasnya naik turun tidak beraturan ia yang baru saja pulang dari Caffe kaget saat mendapati wajah Uminya pucat asam lambung Umi naik dan Zakia tidak ada dirumah, sedangkan Abah juga masih di kecamatan.
"Umi sudah ngak papa kok tadi tiba-tiba saja ulu-hati umi sesek." Ujar Umi Salimah duduk di Sofa sambil selonjoran.
"Kais telfon Kia juga ngak di angkat lagi? Kia kemana sih Mi? pergi sama siap?" Gus Kais sudah seperti Suami yang nampak sangat posesif aslinya ia juga yang sering Playing Victim dan juga Egois.
"Perginya sih sama Melani, cuma Umi ngak nanya dia mau kemana lagian biarkan saja, barangkali Kia butuh angin segar kasihkan, kalu di dalam rumah terus" ujar Umi Salimah, ia nampak pening mendengarkan ocehan anaknya, dan ia berniat mau pindah ke kamar saja.
Baru Umi beranjak dari Sofa, Zakia pulang dengan wajah yang nampak segar tidak lagi sendu.
Namun sayang baru saja sampai. Gus Kais sudah menghujani kemarahan nya pada Zakia. "Darimana saja, kamu ngak tahu Umi di rumah sakit! Mbak ndalem ngak tahu obat Umi, kamu yang tahukan! kamu kenapa malah pergi?" Mata Gus Kais memicing. Zakia menunduk takut.
"Sudah-Sudah sih Kais, lagian Umikan sudah ngak papa, kamu kenapa malah marah-marah sama Kia." Umi Salimah langsung berjalan kearah Zakia yang ketakutan.
"Umi Kia minta maaf, Kia ngak tahu kalau Umi bakalan sakit, Umi sudah minum obatnya belum?" Zakia langsung meraih tangan Umi Salimah, ia hampir menangis Zakia yang takut karean di bentak Gus Kais ia meminta maaf langsung di hadapan Gus Kais juga namun Gus Kais malah angkuh buang muka.
"Sudah jangan nangis yah, sekarang kamu istirahat pastikan capek, Umi juga mau Istirahat besok kan Umi mau ke Semarang. Kebetulan Abah minta di jemput langsung saja ke kabupaten jadi Umi berangkat dari sini sendiri." Ucap Umi Salimah.
Gus Kais nampak masih marah, namun saat mendengar itu ia kembali melirik Uminya. "kita ngak jadi ikut kan Umi?" Gus Kais kembali memastikan, karean rasa-rasanya ia engan jika harus ikut bersama atau- pun bulan madu dengan Zakia.
"Ngak kok, soalnya Umi mau sowan dulu ngak mau jalan-jalan, tapi kalau nanti Umi sama Abah jalan-jalan nanti kamu sama Kia nyusul yah!" Ucap Umi Salimah.
"Eh-iya Umi..." Gus Kais menjawab getir, membirakan Zakia mengantarkan Uminya masuk kedalam kamar meningalkan Gus Kais yang masih terdiam mematung di ruangan keluarga.
Rasa-rasanya kepala Gus Kais begitu pening, sejak kejadian kemari lusa, Ayunda terus memaksa minta di nikahi, bahkan sekarang setiap hari Ayunda lebih posesif ia minta di telfon setiap tiga jam sekali, bahkan dimana pun Gus Kais berada harus di kabari.
"Mungkin dengan Umi pergi ke Semarang aku bisa banyak waktu menemui Ayunda." fikir Gus Kais diam-diam.
Ia lebih dulu masuk kedalam kamar, membiarkan Zakia bersama Uminya, saat masuk kedalam kamar biasanya pemandangan pertama yang ia lihat adalah, melihat Zakia duduk di jendela sambil membaca buku yang tidak ia ketahui judulnya, karean Gus Kais sama sekali tidak tertarik dengan aktifitas Zakia.
Namun entah menggap Saat Ia masuk kedalam kamar Zakia tidak ada di dekat jendela, rasa-rasanya kamar itu kembali hampa dan sunyi.
Gus Kais duduk sejenak ke tepian jendela, mengikuti langkah Zakia setiap malam. "Ternyata nyaman juga duduk disini." Gumam Gus Kais.
Perlahan ia meraih buku yang ada di meja dekat jendela, tempat Zakia menaruh buku-buku nya disana, entah mengapa? rasa-rasa nya malam ini ia begitu prasarana!
Selembar demi lembar Gus Kais membuka buka halaman milik Zakia, rupanya di dalamnya sebuah catatan tentang seorang perempuan yang terluka, tentang seorang yang memperjuangan perasaanya agar tetap kuat mental dan batinya.
"Apakah setiap malam ia membaca ini?" gumam Gus Kais, rasanya begitu miris jika benar setiap malam Zakia membaca buku-buku untuk belajar menguatkan mental dan batinnya sendiri yang terluka.
Gus Kais sadar ia adalah suami yang Dzalim, sejak kecil. Uminya sudah mengajarkan mana yang baik, mana yang tidak, mana yang menyakiti mana yang tidak, namun rasa-rasanya dewasa apakah tidak boleh memilih, dewasa apakah tidak boleh menentukan? sejak kecil Gus Kais sudah manut perintah Umi dan Abanya dimana ia harus menempuh pendidikan dan dimana ia harus belajar, semua itu adalah titah kedua orang tuanya bahkan sampai sekarang umurnya sudah beranjak tiga puluh tahun, Gus Kais juga tetap sama tidak di berikan pilihan, semua adalah titah Umi dan Abah.
"lalau aku harus bagimana?" Gus Kais mengusap wajahnya gusar, jadilah ia sekarang yang tidak memilki pendirian teguh, karean sejak kecil Gus Kais selalu di pilihkan bukan di beri pilihan!
"Gus sedang apa?" Zakia kaget melihat Gus Kais duduk di tempat Favoritnya.
Bahkan Gus Kais sampai tidak sadar kalau Zakia sudah masuk kedalam kamarnya.
"Eh-iya Aku..." Gus Kais tergagap, ia langsung menaruh buku Zakia kembali di atas meja dan pergi dari sana.
Zakia terdiam, hanya bisa melihat gerak gerik Gus Kais yang pergi begitu saja, langsung masuk kedalam kamar mandi.
Tadi siang Melani memberitahunya agar tidak perlu mengurus kebutuhan Gus Kais, namun ia tidak tega, mendengar sura Shower kamar mandi di matikan, ia sudah lebih dulu menyiapkan baju ganti Gus Kais.
Sementara itu Zakia langsung berbaring seperti biasa, selalu berdebar saat melihat Gus Kais baru saja keluar dari dalam kamar mandi.
Gus Kais keluar dari dalam kamar mandi hanya mengunakan handuk saja, rasa-rasanya melihat itu jantung Zakia hampir copot, ia bersembunyi di balik selimut dan juga di balik lampu temaram kamar mereka, sudah menginjak dua bulan pernikahan namun Zakia belum merasakan sentuhan hangat suami dinginnya itu.
"Mas Kais sedang mencari apa sih?" batin Zakia heran. Zakia mengintip dari celah selimut, karean ia nampak melihat Gus Kais kebingungan sedang mencari sesuatu.
Ingin membantu namun Zakia malu, karean ia sudah menutupi tubuhnya dengan selimut, yang ada nanti di kira mencari kesempatan dalam kesempitan.
Lemari laci nampak berantakan, nampaknya Gus Kais sedang mencari dalaman yang Kia taruh di lemari dekat Sofanya. "Apa Mas Kais cari CD-nya yah?" dalam persembunyian nya. Zakia tertawa dalam hati karean baru saja ia ingat kalau ia lupa mengambilkan CD untuk Gus Kais.
Karean tadi badanya sudah minta berbaring, sampai-sampai ia kelupaan. "Biarkan saja Mas Kais tidur tampa dalaman..." Zakia terkekeh dalam hati.