NovelToon NovelToon
Janda Cantik Untuk Om Duda

Janda Cantik Untuk Om Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Single Mom / Janda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Arumi Bahira, seorang single mom dengan segala kesederhanaannya, semenjak berpisah dengan suaminya, dia harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup putrinya. Arumi memiliki butik, dan sering mendapatkan pesanan dari para pelanggannya.
Kedatangannya ke rumah keluarga Danendra, membuat dirinya di pertemukan dengan sosok anak kecil, yang meminta dirinya untuk menjadi ibunya.
"Aunty cangat cantik, mau nda jadi mama Lion? Papa Lion duda lho" ujar Rion menggemaskan.
"Eh"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

Pagi yang cerah menyelimuti rumah Alvaro dan Naka. Sinar matahari menyusup masuk melalui jendela, menandai awal hari yang baru. Dalam suasana tersebut, Alvaro menghampiri putranya yang tengah asyik dengan aktivitasnya.

"Pagi boy, kamu lagi apa hmm?" tanya Alvaro sambil menjatuhkan tubuhnya di samping Naka. Suara hangatnya terasa seperti pelukan di pagi hari, namun Naka tampak sedikit sinis menanggapi.

Naka menatap ayahnya dengan tatapan mengejek, "kok di lumah, nda kelja? cudah cadal ya kalau puna anak," sindirnya. Seolah mengkritik pilihan ayah yang mulai mengambil waktu untuk bersantai, alih-alih menuntut keseriusan.

Alvaro mengerutkan kening, rasa kesal mulai muncul. "Kerja salah, tidak kerja salah. Dari dulu juga papa sadar kalau punya anak. Kalau tidak sadar, mana mungkin papa membelikanmu mainan?" balasnya cepat. Namun, dalam hatinya, Alvaro merasakan dampak dari pernyataan Naka yang tajam.

"Alacan, kalau tahu cudah puna anak, kenapa kelja telus? Nda pelnah papa temani Naka. Mendelita cekali dili ini, cendilian telus dibuatnya," ucap Naka dengan nada dramatis, seolah meminta perhatian yang selama ini ia rasa terabaikan.

Mendengar itu, hati Alvaro teriris. Ia menoleh, matanya menatap putranya yang masih kecil dengan beban rasa bersalah yang mendalam. Keberanian dan semangat Naka mengguncang kesadarannya.

"Naka, papa benar-benar minta maaf," ujarnya sambil menghela napas berat. "Papa bekerja keras agar bisa memberikan yang terbaik untukmu, untuk masa depan kamu." Suara Alvaro bergetar, mencoba menjelaskan perjalanan yang mungkin belum bisa dipahami oleh Naka.

Naka, dengan bola mata yang mulai berkaca-kaca, menundukkan kepalanya. Ia merasa bingung, tidak mengerti mengapa ayahnya selalu sibuk, sementara teman-temannya bisa merasakan kehangatan bermain bersama orang tua mereka.

Alvaro berusaha merangkul bahu Naka, tetapi Naka sedikit menghindar. Tindakan itu membuat Alvaro semakin menyadari bahwa masih banyak yang harus diperbaiki dalam hubungan mereka.

"Papa janji, akan mencoba lebih sering ada di rumah. Kita bisa main bola atau main game bersama, ya?" tawarnya penuh harap, ingin mengajak Naka kembali ke momen-momen indah yang pernah mereka lalui.

Namun, Naka mengangkat wajahnya, menatap Alvaro dengan ragu. "Nda mau, nda teltalik Naka" tolaknya dengan nada yang penuh ketidakpuasan, seolah mengisyaratkan bahwa luka hatinya belum sembuh.

"Terus kamu maunya apa? Kenapa kamu tidak mau ngertiin papa? Kalau papa ngga kerja, bagaimana bisa beli susu untuk kamu?" kesal Alvaro, perasaannya di ambang sewot, berjuang mengingatkan Naka akan kenyataan.

"Papa juga nda pelnah ngelitiin Naka, cih. Naka cudah becal nda butuh cucu, butuhnya mama balu," seru Naka sambil menahan emosinya yang mulai meluap. Kata-kata itu menggema, menandakan jarak yang semakin melebar antara mereka.

Keduanya terdiam, kesempatan untuk saling memahami terbuka lebar, namun keinginan untuk melanjutkan perdebatan lebih kuat. Dalam ketegangan itu, harapan untuk memperbaiki segalanya tampak semakin samar.

Alvaro melongo tak percaya. Kata-katanya berputar di benaknya, mencerna permintaan tak terduga dari putranya: ingin mama baru. Rasa kecewa menyelip di hatinya, menyadari bahwa ini semua mungkin karena Sang mommy yang meracuni otak kecil putranya.

Naka, putranya yang biasanya hanya menjalani hari-hari dengan ringannya, kini tiba-tiba saja menuntut sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Sebelumnya, Naka tidak pernah menyebut-nyebut tentang mama baru. Namun, belakangan ini, ia lebih sering berkata ingin memiliki sosok seperti mama teman-temannya yang selalu menjemput dengan hangat.

Di sudut ruangan, Alvaro duduk termenung, kepalanya bersandar pada dinding yang dingin. Ia mengusap wajahnya yang letih dengan kedua tangan, berusaha mencerna ucapan Naka yang baru saja terlontar. Cara pikirnya kacau; bagaimana mungkin anak sekecil itu, baru berusia tiga tahun, sudah berbicara tentang 'mama baru'? Pandangannya menerawang jauh ke dalam sisa-sisa memori, mencari jawaban yang mungkin bisa mengobati luka yang baru terbuka.

Di sisi lain, Naka duduk dengan kedua kakinya yang mungil bergelantungan di kursi, matanya menatap ayahnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Bibir mungilnya mengerucut, seolah menyimpan kekesalan yang dalam.

“Apa calahnya minta mama balu? Naka juga ingin cepelti teman-teman Naka,” ucapnya, suaranya lirih namun sarat akan tuntutan. Kesedihan dan kekesalan bercampur aduk dalam kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Alvaro menghela napas panjang, berusaha untuk tidak emosi.

"Untuk kedepannya, papa janji akan meluangkan banyak waktu untuk naka" ucap Alvaro sambil berjongkok di hadapan putranya.

Naka menyipitkan matanya, dia merasa papanya itu tidak mengerti keinginannya. "Papa ini cebenalnya mengelti nda cih? kecal kali Naka ini. Naka itu minta mama bukan minta waktu papa" serunya kesal.

"Cudahlah, males kali Naka ngoblol cama papa, nda pelnah nyambung" ucapnya dan pergi meninggalkan papanya.

Hari ini, Alvaro sengaja tidak masuk kerja untuk menemani putranya, Naka. Namun, rencana mulia itu sepertinya justru ditolak oleh Naka, yang merasa jauh lebih kesepian dan sakit hati daripada sebelumnya. Kesedihan menghantuinya, seperti bayangan panjang yang tak kunjung pergi.

"Al, mau sampai kapan kamu larut dalam kesedihanmu itu?" tanya Nyonya Julia, sang ibu, sambil melangkahkan kakinya penuh rasa prihatin menghampiri putranya. Ia tidak sengaja mendengar perdebatan antara Alvaro dan Naka, dan hatinya merasa terbebani melihat putranya terpuruk dalam kesedihan yang berkepanjangan. "Clara sudah tenang di sana. Tidak seharusnya kamu terus memikirkannya. Kamu juga harus memikirkan Naka. Dia membutuhkan kasih sayang seorang ibu," lanjutnya dengan nada lembut, berusaha menyentuh hati Alvaro.

"Yang dikatakan mommy mu benar, Al. Tidak ada gunanya kamu terus meratapi kesedihanmu itu. Toh, sampai kapan pun Clara tidak akan pernah bisa hidup lagi," timpal Tuan Jason, ayah Alvaro, dengan suara tegas namun tetap lembut. Dua orang yang paling dekat dengan Alvaro itu berusaha memberikan nasihat, berharap anak mereka perlahan bisa bangkit dari keterpurukan.

Alvaro menghela napas panjang, merasakan beratnya beban di dadanya. Dia merasa terpojok oleh kata-kata memojokkan dari kedua orang tuanya. Bukan tidak mau, tetapi di dalam hatinya masih tersemat begitu dalam nama almarhumah istrinya. Kenangan indah dan masa-masa bersamanya masih bercampur dengan rasa kehilangan yang menyakitkan.

Namun, di sudut hatinya, dia juga menyimpan harapan. Jika suatu hari dia dipertemukan dengan perempuan lain—seorang wanita yang tulus dan bisa menerima serta menyayangi kedua putranya sepenuhnya—mungkin dia akan mempertimbangkan semuanya. Mungkin dia akan membuka hati untuk wanita tersebut dan memberi mereka kesempatan.

"Aku masih belum bisa melupakan Clara, mom, dad,” ucap Alvaro pelan, suaranya nyaris terdengar putus asa. Kata-katanya menandakan betapa dalamnya kesedihan yang ia rasakan, tetapi di sisi lain, ia tahu bahwa hidup harus terus berjalan, dan Naka sedang menunggu di tengah pergulatan emosional ini. Kesedihan akan tetapi tetap menjadi bagian dari jalan menuju penyembuhan.

1
Marie Louis AK
dasar Reza bego. dikibuli ibunya yaa mau sj. jadi lelaki kok lembek dan tdk punya pendirian. hanya makan hasutan demi hasutan, shg tdk bisa berfikir logis.
Nety Dina Andriyani
Alvaro sdh move on tuh
seharusnya ganti tanya Arumi
bagaimana servisku jg lbh enakan mana sm clara wkwkwk
partini
Dah ga ingat istri yg dah meninggal nih ceritanya,,munafikun Weh Weh
Adinda
semoga dapat Triple biar seru /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Nety Dina Andriyani
aneh
Alvaro menyesal menghianati clara
kok minta jatah lagi sama arumi
itu mah suka al
partini
aku sumpahin bucin akut kamu sama Arumi segitunya ma istri yg sudah tiada merasa ini itu tapi menikmati malah minta lagi dasar laki laki kamfreeet to
partini
wah nyonya ada terbaik,,semoga di kasih kembar ma author nya 😁😁😁
Adinda
bella bella masih bocil udah pikirin pacaran,kalau kamu sudah besar nanti sama shaka
Adinda
lucu dua bocil gemesin
Jogrok Dewi Winarwan
semangat ya kak autornya, semoga sehat selalu biar bisa up mask terus.
Ariany Sudjana
Arumi harus belajar terbuka sama Alvaro, apalagi ini soal Reza, supaya Alvaro juga bisa lindungi Arumi
La Rue
masih ada typo ya,ayo semangat fokus buat Author biar gak salah penamaan utk tokoh² dlm cerita. btw thank utk updatenya 😊👍
Ariany Sudjana
semoga Alvaro tahu apa yang terjadi pada Arumi, dan bisa membalas ke Reza, yang begitu bodoh
Adinda
lanjut thor
TS
seru thour,,,,up lagi blm tau ini orang siapa yg akan di hadapi,,,,Shaka sudah di beri pesan bener2 bertanggung jawab.
La Rue
bagus ,tapi author masih keliru dg tokoh yang terkadang harusnya Shaka jd Alvaro. Semangat ya Author 👌
Nety Dina Andriyani
smangat kakak
Ariany Sudjana
senang bacanya
Adinda
kalau kamu sibuk terus Al siap siap istrimu direbut pria lain,lanjut thor
Marie Louis AK
dasar nenek lampir. blm tahu siapa Alvaro.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!