Icha Adeela, anak angkat dari keluarga Raffi Hamzah. Dia diperlakukan tidak adil, dijadikan sebagai penebus utang. Ayah angkatnya mempunyai banyak utang dan keluarga mereka terancam kehilangan rumah dan aset lainnya.
Dalam upaya menyelamatkan keluarga dan ibu angkatnya yang sekarat di rumah sakit, Icha dipaksa menikah dengan orang tua dan cacat.
Ternyata, Icha juga diperlakukan kasar oleh suaminya. Icha berusaha membayar utang agar terbebas dari belenggu suaminya.
Apakah Icha berhasil membebaskan dirinya dari situasi tersebut?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Ancaman
Icha mulai menjalani hidupnya bersama keluarga barunya. Beberapa bulan pun berlalu, Icha akhirnya lulus dari SMP. Raffi mulai melupakan Icha. Acara kelulusan yang seharusnya dihadiri orang tua, Raffi tidak menampakkan dirinya.
Saat Icha menjenguk Carmen di rumah sakit, Kania bilang, Icha harus berusaha sendiri mencari biaya pengobatan Carmen karena Raffi kewalahan membuang biaya untuk wanita yang sudah berusaha melukai Kania.
Kania meninggalkan Icha yang mematung di depan ruangan ICU. Icha terduduk di lantai rumah sakit. Icha meneteskan air mata. Icha tidak menyangka Raffi begitu kejam terhadap Carmen. Raffi benar-benar melupakan Carmen.
Seorang Dokter yang kebetulan melihat Icha, menghampiri dan duduk berjongkok di depan Icha. Dokter berwajah tampan itu dengan hati-hati bertanya kenapa Icha menangis. Dokter itu juga memperhatikan pasien yang ada di dalam ruangan ICU.
Dengan terisak-isak Icha meminta tolong kepada Dokter agar dicarikan pekerjaan. Karena ibunya memerlukan biaya pengobatan. Ayahnya tidak mau lagi membiayai pengobatan karena tidak sanggup.
Dokter tidak bisa membantu tapi Icha terus memaksa. Akhirnya Dokter membawa Icha kebagian HRD rumah sakit. Bagian HRD rumah sakit tersentuh melihat Icha. Mereka memberikan pekerjaan bersih-bersih kepada Icha dan waktu kerjanya sepulang Icha sekolah.
Icha merasa bersyukur karena diberikan pekerjaan. Icha pulang ke rumah dan memberitahu keluarga barunya bahwa Icha mendapatkan pekerjaan di rumah sakit.
Emil dan Sara sontak kaget mendengar cerita Icha bahwa Raffi menghentikan biaya rumah sakit untuk Carmen. Emil memutuskan menemui Raffi di rumahnya.
Akan tetapi, setibanya Emil di rumah Raffi, Kania tidak mengizinkan Emil untuk menemuinya karena Raffi sangat sibuk. Emil keesokan harinya juga berusaha menemui Raffi di kantornya tetapi Emil juga tidak bisa bertemu.
Emil dan Sara pergi ke rumah sakit tempat Carmen dirawat, mereka mencek biaya pengobatan Carmen. Dan ternyata memang benar, sejak satu minggu yang lalu, Raffi tidak lagi membiayai pengobatan Carmen.
Emil dan Sara memutuskan untuk membantu Icha mencari biaya pengobatan untuk Carmen. Bagaimanapun Carmen harus sembuh dan mendapatkan perawatan. Emil dan Sara ingat budi baik Carmen selama ini kepada mereka.
Icha memutuskan tidak melanjutkan sekolah SMA, dengan alasan semua tabungan yang diberikan Raffi kepadanya akan digunakan untuk biaya pengobatan Carmen. Emil dan Sara diam sejenak. Mereka tidak ingin Icha putus sekolah.
Icha menyebutkan jumlah nominal yang ada di dalam tabungannya. Emil dan Sara memperbolehkan Icha menggunakan tabungannya untuk biaya pengobatan Carmen tapi Icha harus melanjutkan sekolah.
"Icha, kamu harus sekolah. Kamu boleh menggunakan tabungan kamu untuk biaya pengobatan Nyonya Carmen, tapi ada syaratnya. Kamu harus melanjutkan sekolah. Soal biaya biar kami yang mengupayakan," kata Emil.
Icha sangat beruntung memiliki Emil, Sara dan juga Ade. Mereka sangat sayang dan menganggap Icha sebagai anak kandung mereka sendiri.
Waktu pun terus berjalan, Icha melanjutkan sekolah tingkat SMA. Sepulang dari sekolah Icha bekerja bersih-bersih di rumah sakit. Icha sering menjenguk Carmen. Icha diperbolehkan masuk ke dalam ruangan ICU.
Sambil terisak Icha curhat kepada Carmen. Icha percaya Carmen mendengar semuanya. Tidak ada satupun yang disembunyikan Icha, termasuk Raffi yang mengusirnya dari rumah. Icha berharap setelah Carmen mendengar curhatannya, Carmen segera membuka mata.
Carmen masih enggan membuka mata. Icha semakin sedih. Tidak terasa hampir tiga tahun berlalu. Carmen tidak mengalami perubahan. Icha mulai kehabisan uang tabungan untuk biaya pengobatan Carmen.
Dan tepat di hari kelulusan SMA, Icha mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit bahwa Carmen dibawa Kania ke rumahnya. Icha takut terjadi sesuatu kepada Carmen karena Icha tahu bagaimana jahatnya Kania.
Setelah tiga tahun lamanya, Icha kembali menginjakkan kakinya di rumah yang dulu sempat menjadi tempat tinggalnya. Icha memencet bel dan berdiri di depan pagar hitam yang tinggi.
Pintu pagar terbuka, Alula dengan ramah menyambut kedatangan Icha. Alula menggandeng tangan Icha dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Tidak hanya Alula, Raffi dan Kania juga dengan lembut menyambut dan memeluk Icha. Mereka memperlakukan Icha tidak seperti biasanya.
Raffi bertanya kabar dan bagaimana sekolah Icha. Dan Icha menjawab kabarnya tidak begitu baik. Icha mencari keberadaan Carmen. Icha menanyakan apakah benar Carmen ada bersama Raffi. Raffi kemudian menyuruh Icha untuk duduk di kursi tamu.
Raffi, duduk di kursi tamu. Di sebelah kanannya ada Kania dan Alula. Di sebelah kiri Raffi, Icha duduk sambil memandangi Raffi dengan begitu banyak pertanyaan.
Raffi terus terang tentang perekonomian keluarganya. Raffi terlilit utang. Raffi hampir kehilangan rumah yang sekarang ditempatinya. Dan Raffi meminta bantuan kepada Icha.
"Bantuan apa Yah?" tatap Icha.
"Icha, kamu pasti tidak ingin kehilangan rumah Bunda. Ayah yakin kamu pasti mau membalas semua kebaikan kami selama ini yang sudah membesarkan kamu. Sekarang Ayah ingin meminta balasan."
"Apa itu?" Icha semakin tidak mengerti.
Raffi mempunyai banyak utang. Raffi berusaha untuk membayar semua utang-utangnya. Dan ada seseorang yang bisa membantu keuangan Raffi, tapi syaratnya Raffi harus menikahkan anaknya dengan putra orang tersebut.
Kania kemudian menjelaskan kesehatan Alula kepada Icha. Alula sering sakit-sakitan. Setiap bulan harus cek ke rumah sakit. Keluarga tersebut tidak ingin Alula menjadi menantu mereka karena kondisi kesehatannya. Alula juga masih berstatus pelajar SMA.
"Dan lagi, siapa juga yang mau nikah sama orang tua dan cacat," sahut Alula.
"Tua dan cacat?" Icha memandangi wajah Raffi.
Raffi kemudian dengan sedikit ancaman memaksa Icha untuk menerima lamaran orang tersebut. Raffi ingin terbebas dari segala utang. Icha harus menuruti perintah Raffi. Jika Icha menolak, Carmen akan kehilangan rumah dan asetnya beserta kelangsungan hidupnya.
Kania juga membantu Raffi untuk memaksa dan mengancam Icha. Jika Icha berani melawan ataupun melaporkan kepada pihak kepolisian, mereka akan pastikan Icha tidak akan pernah bertemu dengan Carmen.
Kania juga kembali mengingatkan, berapa banyak biaya yang dikeluarkan Raffi untuk membesarkan Icha. Sekarang saatnya Icha membalas semua kebaikan Raffi. Dan hanya Icha lah yang bisa menyelamatkan masalah finansial Raffi.
Icha terdiam dan lama berpikir. Icha tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Ayah Raffi bisa terlilit utang dan untuk apa semua itu. Apakah karena Ayah Raffi terlalu banyak mengeluarkan biaya perawatan Alula di rumah sakit.
Icha melirik ke arah Alula yang sedari tadi seolah tidak henti-hentinya mengejeknya dengan isyarat wajahnya. Icha merasa seolah-olah semua ini hanya akal-akalan Alula dan Kania. Tapi ketika melihat wajah Raffi yang begitu tegang, Icha mulai sedikit percaya.
"Bagaimana Icha? Apa kamu bersedia?" tanya Raffi.
"Syarat dari mereka apa Ayah," Icha bertanya balik.
"Mereka ingin menikahkan anak mereka dengan putri kandung Ayah," jawab Raffi.
"Maaf Ayah, aku bukan anak kandung Ayah. Seharusnya yang menikah dengan orang itu adalah Alula," Icha menatap tajam ke arah Alula.
"Anak tidak tahu balas balas budi!" Raffi bangkit dari tempat duduknya dan mencengkeram kerah baju Icha.
PLAK!
PLAK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...