Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3 Terlalu Sakit.
Serra memejamkan mata dengan air mata yang masih mengalir di pipinya, setiap kali mencoba untuk membicarakan pernikahan mereka dan Serra hanya akan mendapatkan kata-kata yang sangat tajam itu yang begitu menyakiti hatinya.
"Apa aku memang tidak pantas untuk menjadi istrinya? Apa aku memang kurang bersabar, lalu berapa lama lagi aku harus menunggu semua ini. Aku tahu Mas Damar terpaksa menikah denganku, tetapi aku sudah mencoba untuk melakukan sebaik mungkin di rumah ini. Aku melakukan banyak hal untuk membuatnya senam dan berusaha sebaik mungkin menjadi istri yang dia inginkan,"
"Tapi semua yang aku lakukan hanya percuma. Jika Mas Damar tidak pernah memberi kesempatan pada dirinya dan mencoba untuk menerima pernikahan ini," ucap Serra dengan berlinang air mata.
***
Karena pertengkaran dengan suaminya yang membuat Damar tidak kembali ke kamar dan entah di mana Damar, karena Serra juga tidak mendengar suara mesin mobil. Tetapi tetap saja dia menunggu suaminya dengan gelisah yang tidak bisa tidur.
Matanya berulang kali melihat jam yang menggantung di dinding. Tangannya sejak tadi memegang ponsel yang ingin menghubungi Damar tetapi takut salah.
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Jika Mas Damar belum pulang dan mana mungkin aku bisa tidur," ucapnya dengan menghela nafas.
Sementara Serra yang gelisah memikirkan suaminya dan ternyata sang suami sedang enak-enakan berada di dalam kamar Maya yang meletakkan kepalanya di atas paha Maya yang mana keduanya sama-sama berada di atas ranjang dengan tangan Maya yang mengusap-usap rambut Damar.
"Sayang bukannya kamu mengatakan ingin mengerjakan laporan yang diminta Om. Bram?" tanya Maya.
"Bagaimana aku bisa mengerjakan semua itu, sementara wanita itu sudah mengganggu pikiranku," jawabnya dengan kesal.
"Tapi bukankah kamu yang mengatakan jika Kakek akan kembali dari Amerika. Lalu bagaimana jika pekerjaan kamu tidak beres. Dia bisa berubah pikiran untuk mengalihkan Perusahaan ke tangan kamu. Kamu bahkan sudah berkorban menikahi wanita itu," ucap Maya memberi ingat
"Maya apa kamu tidak bisa berhenti untuk tidak membicarakan wanita itu hah! Kepalaku benar-benar sakit. Aku sama sekali tidak peduli mau Kakek pulang atau tidak," ucap Damar.
"Wanita itu memang sangat menyebalkan. Aku juga begitu kesal tadi pagi dengannya. Dia seenaknya menyuruhku mencuci piring dan hanya karena satu piring saja menceramahiku dengan sesuka hatinya," ucap Maya dengan wajah kesalnya yang membuat gambar melihat serius ke arah Maya.
"Apa maksud kamu? Dia mulai berani berbicara kasar kepada kamu?" tanya Damar.
"Serra bukan wanita yang polos-polos amat. Sepertinya dia mencurigai hubungan kita, memang kamu tidak melihat gerak-geriknya bagaimana. Dia juga berbicara padaku dengan nada mengintimidasi," jawab Serra.
"Wanita itu benar-benar tidak tahu diri. Aku tidak peduli dia mengetahui hubungan kita atau tidak dan biarkan saja dia tahu agar dia sadar diri bahwa dia tidak ada apa-apanya dibandingkan kamu!" tegas Damar.
"Aku sama sekali tidak pernah takut dan tidak merasa jika kita berhubungan secara diam-diam. Tapi bagaimana jika dia mengadukan kepada Kakek. Bukankah itu akan menjadi masalah besar?" tanya Maya
"Wanita itu tidak akan berani bicara apapun. Aku yang mengaturnya," jawab Damar dengan yakin yang membuat Maya tersenyum miring.
Karena tidak bisa tidur membuat Serra keluar dari kamar yang merasa tenggorokannya sangat kering yang ingin mengambil air minum. Langkah Serra terhenti ketika pintu kamar Maya terbuka yang ternyata bukan Maya yang keluar dari kamar dan melainkan Damar.
Hal itu membuat Serra kaget dan Damar katanya juga tidak peduli jika istrinya mengetahui bagaimana dia dan Maya memiliki hubungan gelap dan ternyata dia juga cukup kaget.
"Ma-mas kenapa bisa dari kamar Maya?" tanya Serra terbata dengan jantungnya berdebar begitu kencang.
Damar terlihat kelimpungan harus menjawab apa. Apa yang dia katakan di dalam kamar ternyata tidak sama ketika benar-benar ketahuan oleh Serra.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Damar.
"Serra tidak memikirkan apapun jika Mas bisa menjawab kenapa bisa keluar dari kamar Maya?" tanya Serra.
"Kau memikirkan bahwa aku ada apa-apa dengan Maya?" tanya Damar.
"Maka itu jawablah kenapa bisa keluar dari kamar Maya. Ini sudah malam dan aku sejak tadi menunggu Mas di dalam kamar dan aku pikir Mas pergi dan ternyata sejak tadi berada di kamar Maya dan untuk apa?" tanya Serra dengan suara sedikit keras yang menggebu-gebu berbicara.
Wajar saja dengan perasaan yang tidak enak.
"Pelankan suaramu apa kau ingin membangunkan semua orang di rumah ini hah!" ucap Damar menekan suaranya mengingatkan istrinya itu.
"Kalau begitu jawab kenapa Mas ada di kamar Maya!" tegas Serra.
"Ada apa sih! kenapa harus ribut-ribut," Maya yang keluar dari kamar membuat mata Serra melihat ke arah Maya dengan penampilan Maya yang cukup seksi menggunakan baju tidur tanktop di atas pahanya.
"Apa yang baru saja kalian lakukan?" tanya Serra yang langsung pada intinya.
"Apa maksud mu? Kau berpikiran jika aku dan Maya..."
"Kamu baru saja keluar dari dalam kamarnya dan katakan kenapa bisa keluar dari kamar Maya hah?" Serra dengan tegas memotong kalimat itu.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Niken yang sangat terganggu tidurnya yang akhirnya keluar kamar dan bukan hanya Niken saja, ada juga Netty dan Andre.
"Serra suara kamu sejak tadi kedengaran ke kamar. Suami saya sedang tidur. Kamu bisa tidak pelankan suara kamu!" tegas Niken.
"Maaf. Jika Serra dan mengganggu semua tidur orang yang ada di rumah ini. Serra hanya kaget saja kenapa Mas Damar keluar dari kamar Maya," jawabnya dengan suara bergetar.
Niken melihat ke arah Damar dan juga Maya, sebagai seorang wanita dari ekspresi Niken juga seperti merasa ada sesuatu.
"Tante! Serra sangat berlebihan sekali. Mas Damar hanya mengambil file dokumen yang tadi aku kerjakan. Dia sudah berpikiran buruk dan bukankah biasa saja jika aku masuk ke dalam kamarnya dan begitu juga dengan dia. Apa yang aneh sih," sahut Maya.
"Apa dengan mengambil file dokumen sampai berjam-jam?" tanya Serra
"Serah sudah cukup! kamu jangan membesarkan masalah. Kamu tidak dengar apa yang dikatakan Maya bahwa Damar hanya mengambil file dokumen dan lagi pula kamu itu kenapa pikirannya kotor sekali hah! mereka ini sepupu dan Maya sudah lama di rumah ini dibandingkan kamu. Jadi kamu jangan membuat masalah yang tidak penting!" tegas Niken yang malah membela Damar dan juga Maya.
"Tapi...."
"Sudahlah kamu sebaiknya tidur agar besok pagi tidak terlambat bangun. Jangan gara-gara kamu semua orang di rumah ini beraktifitas terlambat!" tegas Maya tidak ingin mendengarkan apapun dari Serra yang akhirnya membuatnya berlalu.
"Ya ampun kak Serra berlebihan deh, kirain ada apa dan ternyata hanya seperti itu saja. Kakak jangan mengganggu tidur Netty!" ucap Netty yang juga meninggalkan tempat itu
"Huhhhh!" Andre juga ikut-ikutan tanpa berbicara apapun dan hanya menguap.
Sementara Serra melihat kembali ke arah Damar dan juga Maya dan lihatlah bagaimana tatapan Maya seolah ingin menantang dirinya.
"Sudah puas kamu buat semua orang di rumah ini bangun hanya karena pemikiran kamu?" tanya Damar.
"Apa sama jika aku curiga dengan apa yang dilakukan suamiku?" tanya Serra.
"Aku tidak memiliki waktu untuk berdebat dengan mu!" tegas Damar yang juga meninggalkan Serra.
Bersambung ...