Selama tiga tahun menikah, Elena mencintai suaminya sepenuh hati, bahkan ketika dunia menuduhnya mandul.
Namun cinta tak cukup bagi seorang pria yang haus akan "keturunan".
Tanpa sepengetahuannya, suaminya diam-diam tidur dengan wanita lain dan berkata akan menikahinya tanpa mau menceraikan Elena.
Tapi takdir membawanya bertemu dengan Hans Morelli, seorang duda, CEO dengan satu anak laki-laki. Pertemuan yang seharusnya singkat, berubah menjadi titik balik hidup Elena. ketika bocah kecil itu memanggil Elena dengan sebutan;
"Mama."
Mampukah Elena lari dari suaminya dan menemukan takdir baru sebagai seorang ibu yang tidak bisa ia dapatkan saat bersama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20. MENGAMBIL ALIH
Pintu kafe baru saja terbuka keras, dan Hans tadi muncul dengan aura dingin yang membuat ruangan yang sebelumnya tegang berubah semakin mencekam.
Namun sebelum sampai ke momen itu, beberapa menit sebelumnya, Hans berada di dalam kantor di perusahaannya yanh sedang berbicara dengan Roland membahas draft kontrak, terhenti saat seseorang dari timnya mengetuk pintu ruangannya dengan wajah cemas.
"Mr. Hans, maaf mengganggu ... saya baru saja mendapat kabar dari orang di kantor Alvarez," ujar staf itu.
Hans mengangkat alis, menutup berkas di tangannya. "Ada apa?"
"Ini tentang Miss Elena, Sir," jawab staf itu. "Salah satu staf di sana melihat Miss Elena keluar dari ruangan rapat terburu-buru. Wajahnya ... seperti marah sekali. Katanya Miss Elena bilang akan keluar sebentar."
Hans langsung diam.
Terdiam satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Lalu napas Hans turun dalam, tatapannya menajam. Dia sangat mengenal Elena.
Ketika Elena marah, itu selalu karena satu dari dua hal: diserang atau disakiti.
Dan satu-satunya orang yang masih berani membuat Elena marah di luar masalah bisnis hanyalah ....
Raven Wattson.
Hans langsung berdiri, mengambil jasnya dan berkata, "Aku akan pergi dulu. Tunda semua meeting setelah ini."
Roland langsung mengangguk, paham urusan yang lebih besar terjadi.
Bergegas Hans menuju ke kantor Alvarez, memacu kencang dengan sedikit kekhawatiran kalau-kalau sesuatu terjadi pada Elena.
Begitu sampai di gedung Alvarez, Hans menepikan mobilnya sembari mengambil ponsel. Napasnya sedikit tidak teratur karena terburu-buru. Ia langsung menekan nama Elena.
"Kau dimana?" tanya Hans tanpa basa-basi.
Suara Elena terdengar datar. "Aku sedang di kafe sebelah kantor Alvarez."
Hans menegang. "Dengan siapa?"
"Dengan pria tidak tahu diri," jawab Elena.
Panggilan langsung diputus oleh Hans tanpa sepatah kata.
Ia langsung berlari menuju ke kafe yang dimaksud Elena.
Wajah Hans tegang, rahangnya mengeras, dan mata gelapnya menajam seolah siap membunuh siapa pun yang berani menyentuh Elena.
Raven bahkan belum selesai mencaci Elena ketika pintu kafe dibanting terbuka dan suara langkah berat memenuhi ruangan.
Raven dan Elena secara refleks memutar kepala.
Di sana Hans berdiri. Napasnya berat. Wajahnya marah. Matanya menatap Raven penuh ancaman. Aura itu ... cukup membuat dua barista yang dipaksa keluar oleh Raven tadi bersembunyi di dapur.
Hans berjalan cepat. Langsung. Tanpa bicara.
Dan begitu sampai di dekat Elena, ia langsung merangkul pinggang Elena dan menarik tubuh wanita itu ke dadanya. Ia menunduk sedikit dan mencium pucuk kepala Elena di depan Raven. Bukan sekadar ciuman, itu pernyataan kepemilikan.
Raven berdiri dari kursinya dengan wajah merah padam karena marah.
"Kau?! Jangan sentuh dia!" seru Raven.
Hans tidak peduli. Ia tetap memeluk Elena erat seolah Raven bukan siapa-siapa.
Elena, yang tadi duduk santai menghadapi Raven, langsung luluh dalam rangkulan Hans. Ia membalas ringannya, menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Namun di mata Raven, itu hanya membuatnya makin terbakar.
"Apa maksudmu memeluk Elena seperti itu?!" seru Raven geram.
Hans mengangkat wajah, menatap Raven dengan dingin menusuk. "Memangnya kenapa? Dia calon istriku."
"Bullshit!" Raven menunjuk Hans kasar. "Kau pikir kau bisa mengambil Elena dariku begitu saja?!"
Hans tersenyum sinis. "Bukankah kau sendiri yang menyia-nyiakannya? Atau kau lupa waktu kau tidur dengan wanita lain? Dan ingat ... kau sudah bercerai dengan Elena secara resmi."
Raven merona marah. "Jangan bawa itu-"
"Kenapa?" Hans memotong. "Takut aibmu terbongkar lebih jauh?"
Raven hendak maju, tapi Elena berdiri.
Begitu Elena berdiri, Hans otomatis merapatkan tubuhnya ke Elena, tangan kokoh di pinggangnya, tatapan tajam ke arah Raven memberi tanda jelas:
Sentuh satu jari Elena, kau mati.
"Aku sudah tidak ada urusan lagi di sini," kata Elena datar. "Percakapan kita selesai, Raven."
Raven maju setengah langkah. "Kau tidak akan pergi sebelum aku selesai bicara!"
Hans langsung menarik Elena ke belakangnya, memindahkan posisi Elena ke sisi yang lebih jauh dan aman. Tubuhnya menjadi tameng penuh. Tatapannya menusuk Raven dalam-dalam.
"Berani kau menyentuh Elena," suara Hans rendah tapi penuh ancaman, "bahkan menunjukkan wajahmu sekalipun ... aku sumpah akan menghancurkan Wattson dari akar sampai atas."
Raven terdiam.
Bukan karena takut, lebih karena Hans bukan tipe orang yang asal bicara. Jika Hans bilang akan menghancurkan, dia akan melakukannya. Raven masih dalam pengawasan ayahnya untuk kepengurusan Wattson Corporation.
Hans menarik Elena lebih dekat, merangkul sang gadis ke sisi tubuhnya dan mulai berjalan menuju pintu kafe.
Sebelum keluar, Elena berhenti sejenak dan menatap Raven dengan dingin.
"Raven," kata Elena lembut namun tajam. "Kalau kau ingin hidupmu tidak hancur ... jangan terlalu percaya pada Jessy."
Raven terbelalak. "Elena, kau-"
Elena sudah berjalan keluar bersama Hans, tak memberi Raven kesempatan bicara lebih jauh.
Begitu pintu kafe tertutup, Hans dan Elena berjalan ke mobil Hans.
Namun begitu sampai di depan pintu mobil, Hans memutar tubuh Elena menghadapnya.
"Katakan," suara Hans rendah, dingin, tapi khawatir. "Kenapa kau menemui Raven? Dan kenapa kau mau?"
Elena menghela napas pelan, menyandarkan punggung ke pintu mobil. "Dia mengancam akan membuat keributan di kantor Alvarez kalau aku tidak datang."
Hans memejamkan mata sejenak. "Pria sialan itu ... terus?"
Elena menatap Hans, lalu menjelaskan semuanya dari awal.
Tentang butik.
Tentang Jessy yang datang membuat keributan, memanggilnya mandul, menghina Hans, menghina masa lalunya, semua pelanggan yang melihat, semua pegawai yang kaget, dan bagaimana Jessy memutar balik cerita dan melapor ke Raven bahwa Elena yang mendorongnya sampai hampir keguguran.
Hans menggeser rahangnya, mengumpat kasar. "Satu, Jessy itu wanita tidak waras. Dua, Raven terlalu tolol sebagai pria, dan terlalu bodoh sebagai pebisnis kalau bisa termakan cerita seperti itu."
Elena tertawa kecil, menutup mulut karena ekspresi Hans yang begitu kesal. "Aku tahu kau akan bereaksi begitu."
Hans mendekat, menatap Elena lebih dalam. "Elena, lain kali, jangan pernah hadapi mereka sendirian."
"Aku tidak mau masalah makin besar," kata Elena pelan.
Hans mengembuskan napas kasar. "Masalah akan tetap besar kalau menyangkut mereka. Tapi satu hal yang harus kamu ingat ..."Hans mengangkat dagu Elena lembut. "... kau tidak sendirian lagi. Jadi jangan bertindak sendirian."
Elena menunduk, wajahnya memerah sedikit.
Hans mengusap pipi Elena. "Sekarang masuk ke mobil. Kita pulang."
Elena hanya mengangguk.
Hans membuka pintu mobil untuk Elena, dan keduanya pergi, meninggalkan kafe yang masih dipenuhi aura sisa kemarahan Raven.
Sementara itu ...
Di dalam kafe, Raven berdiri mematung di tengah kafe yang kosong dengan ekspresi campuran antara marah, terhina, dan bingung.
Namun satu emosi paling kuat di wajahnya adalah:
ketidakpercayaan.
Elena berkata jangan percaya Jessy.
Tapi Raven berpikir keras ...
Dan itu hanya membuat kepalanya semakin panas. Tanpa tahu badai seperti apa yang terjadi karena Jessy.
masih penasaran sm mlm pertama mereka berdua, othor nih bikin penasaran aja deh 😁
kalau Elena gak mandul, semoga yg mandul Raven dan ternyata Jessy hamil dgn pria lain, pasti aku akan bersorak kegirangan 🤣
selamat atas pernikahan Hans dgn Elena dan selamat untuk Theo akhirnya Elena jadi Mama nya beneran 😍